01 Feb Pendalaman dan Pengaplikasian Alkitab – Feb 11
By Ferdinand Haratua
Seringkali saat membaca Alkitab kita cenderung terburu-buru ingin mengaplikasikan tanpa terlebih dahulu menanyakan apa makna asli dari teks tersebut. Bahayanya mempertanyakan “apakah arti teks ini bagi saya?” tanpa memahami maksud aslinya ialah, kita sebagai manusia berdosa dapat mengartikan teks yang dibaca sesuai dengan keinginan kita. Berapa banyak kita mendengar orang mengutip tulisan dari Alkitab dengan tidak tepat dan diluar konteks?
Langkah pertama dalam mempelajari Alkitab adalah exegesis, artinya mempelajari Alkitab dengan cermat dan sistematis untuk menemukan arti asli, yakni makna sebenarnya. Exegesis mempunyai arti bahwa kita berusaha untuk membaca Firman Tuhan sebagaimana penerima asli terdahulu yang membacanya. Contohnya: Di dalam surat Perjanjian Baru, Paulus menulis surat yang ditujukan untuk orang-orang pada zaman itu. Jadi, di dalam kitab Filipi, Paulus menulis kepada orang-orang di Filipi.
Dalam mempelajari Alkitab, kita perlu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan konteks dan isinya, contoh: Dimanakah Filipi? Siapakah orang-orang di Filipi? Apakah mereka orang percaya atau bukan? Yahudi atau kafir? Apakah mereka memiliki masalah di gereja mereka yang menjadi alasan Paulus menulis surat tersebut? Apakah yang dimaksudkan Paulus ketika dia berkata: “hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus” (Filipi 1:27)?
Setelah kita mengerti ‘sejarah’ dari ayat yang kita baca, baru kita dapat beralih ke pengaplikasiannya. Pendeta Ray E. Baughman membuat suatu metode mengaplikasikan Alkitab dengan sederhana. Ia menyebutnya SPECS, dari kata Bahasa Inggris yang artinya kacamata, untuk membantu kita melihat Alkitab dengan jelas. SPECS adalah singkatan dari 5 pertanyaan yang perlu kita tanyakan:
Sins to forsake? (Dosa yang harus ditinggalkan)
Promises to claim? (Janji yang dapat diklaim)
Examples to follow? (Teladan yang harus diikuti)
Commands to obey? (Perintah yang harus dipatuhi)
Stumbling blocks or errors to avoid? (Kesalahan yang harus dihindari)
Contohnya di dalam cerita Tuhan Yesus berjalan di atas air (Markus 6:45-52):
Sins to forsake | Ayat ke-52 | Hati yang mengeras, menghalangi kita melihat
Yesus dalam badai kehidupan. |
||
Promise to claim | Ayat ke-51 | Yesus hadir di tengah-tengah badai. | ||
Examples to follow | Ayat ke-48 | Kesediaan Yesus masuk ke dalam badai agar dapat bersama dengan mereka yang membutuhkan. | ||
Commands to obey | Ayat ke-50 | Di tengah badai: tenanglah & jangan takut. | ||
|
Stumbling blocks to
avoid |
Ayat ke- 49 | Rasa takut yang menghalangi kita untuk mempercayai Tuhan. |
Sorry, the comment form is closed at this time.