01 Oct Satu Menjadi Dua – Oct 14
By Martin Susatyo
Cerita ini berawal di Kuala Lumpur dimana saya sedang ditugaskan menyelesaikan proyek IT perusahaan . Waktu subuh, tepatnya jam 3 pagi , di hotel tempat saya sedang tidur; saya tiba-tiba terbangun kesakit-an tersebab oleh kesesak-an didalam dada. Kesesakan ini sungguh tidak dapat ditahan sampai sayapun mencari segala posisi yang bisa membuat kesakitannya berkurang untuk saya kembali tidur. Saudara mungkin tidak bisa merasakan apa yang saya rasakan pada waktu itu, tapi satu yang pasti pada saat itu; pikiran saya sudah melayang dan bahkan bertanya, “Apa ini sudah waktuNya saya dipanggil?”
Singkat cerita, setiba saya balik di Sydney, saya segera melalukan pemeriksaan yang detail oleh dokter spesialis. Ternyata penyebab kesesakan dada ini adalah terdapatnya satu batu empedu besar (2.5cm) yang terjebak di saluran pipa pencernaan pada saat makan makanan yg berminyak. Saya diberikan 2 pilihan: melakukan operasi pengambilan empedu, atau hidup dengan batu empedu yang ada, dan makan tanpa makan berminyak.
Saya berkeputusan untuk tidak di operasi dan berharap akan mujizat Tuhan untuk kedua batu empedunya diangkat secara supernatural. Beberapa bulan berlalu, seiring dengan pernyataan doa dari hamba-hamba Tuhhan bahwa batu empedunya sudah diangkat; datanglah saatnya untuk otopsi ke dua kali. Ketika berjalan ke tempat otopsi, saya dengan yakinnya, dari pernyataan hamba-hamba Tuhan dan iman saya, bahwa saya sudah sembuh, tetapi kenyataannya hasil otopsi baru membuktikan bukan saja batu empedunya masih ada, tetapi terdapat batu empedu besar (1.2cm) ke-dua. Jiwa serasa lemas setelah mendengar berita ini.
Pada akhirnya, saya berkeputusan mengambil operasi pengambilan empedu dan saya percaya Tuhan mengajar saya hal-hal berikut:
- Waktu dan cara Tuhan tidak sama dengan kemauan kita. Biarlah Tuhan menjadi Tuhan
- Kejadian-kejadian hidup kita ada di rencana Dia yang sempurna. Mari kita tetap bersukacita karena Dia mengasihi kita.
- Janganlah bersandar dengan kekuatan dan hikmat manusia. Berharaplah pada kasih karunia Dia yang tidak pernah terlambat.
Sorry, the comment form is closed at this time.