Aroma Kristus

2 Korintus 2:14-17 (TB):

14Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. 15 Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. 16 Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian? 17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

Apa yang dimaksud oleh Rasul Paulus dengan “Sebab kami adalah bau yang harum dari Kristus”? (ayat 15)

Aroma dari Sebuah Negara

Saya baru saja pulang dari pelayanan di Dubai di mana saya transit di Singapura dan Bali. Tahukah Anda bahwa di setiap tempat memiliki aroma yang khas.

Aroma “hawkers centers” (pasar makan) di Singapura membangkitkan kenangan dari masa remaja saya 30 tahun yang lalu sewaktu sekolah di Singapura, sementara aroma di Bali seperti aroma bunga dari banyaknya kuil Hindu yang ada di sana.

Konteks

Hubungan Rasul Paulus dengan jemaat Korintus sangatlah dekat, namun juga sedikit ribet. Paulus merintis gereja di Korintus dan tentunya sangat peduli dengan jemaat di sana. Namun, seiring waktu, kasih jemaat Korintus terhadap Paulus mulai pudar. Mereka terpengaruh oleh pemimpin lain yang lebih berkarisma, dan mulai mempertanyakan kualifikasi Paulus.

Dalam surat 2 Korintus, Paulus mengingatkan mereka bahwa pelayanan yang sejati adalah soal authenticity, bukan kualifikasi.

Paulus menjelaskan bahwa pelayanan yang otentik  itu selalu memiliki aroma khas, khususnya aroma Kristus.

Dan Aroma Kristus akan selalu meninggalkan kesan kepada setiap orang yang menciumnya.

 

1. Apa itu Aroma Kristus?

Paulus menulis: “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.” (2 Korintus 2:14, TB)

“Jalan kemenangan”

Gambaran yang digunakan Paulus adalah prosesi kemenangan Romawi, di mana aroma dupa menandai kemenangan setelah perang.

“Aroma Kristus” berbicara tentang kemenangan Kristus, yaitu Injil—kebenaran tentang Allah yang dinyatakan dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.

Bagi orang percaya, Kristus adalah kemenangan sejati.

Jangan sampai kita salah mengerti!
Kristus adalah kemenangan, bukan sarana untuk mendapatkan kemenangan.

Apa yang dimaksud dengan “Aroma Kristus”?

“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.  (Efesus 5:1-2, TB)

Aroma Kristus memiliki dua makna:

i) Keharuman bagi Allah

Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada Allah, maka hidup kita menjadi persembahan yang harum bagi-Nya.

Thomas Watson, seorang Puritan, berkata:
“Semakin pahit dosa bagi kita, semakin manis Kristus akan terasa.”

Agar kita memancarkan aroma Kristus, kita harus: 1) berpaling dari dosa, dan 2) hidup dalam ketaatan.

ii) Keharuman bagi sesama

Ketika kita hidup dalam kasih terhadap sesama, maka kita sedang memancarkan aroma Kristus.

Bayangkan melewati dan masuk ke toko roti di mana aroma roti yang begitu enak ada di toko itu. Anda mungkin belum melihat rotinya, tetapi aroma roti nya saja cukup untuk menarik Anda untuk masuk dan mencicipinya.

Hidup kita juga harus demikian—memancarkan aroma Kristus, menarik orang lain untuk mendekat kepada Kristus.

Tetapi bagaimana kita dapat melakukannya?

Kita dapat menikmati aroma manis Kristus karena pengorbanan-Nya di salib.
Begitu juga dengan kita hari ini—kita harus dihancurkan terlebih dahulu agar aroma Kristus dapat terpancar dari hidup kita.

Namun, kecenderungan kita adalah menghindari penderitaan. Padahal, justru penderitaan adalah sarana yang sering dipakai Allah untuk memancarkan aroma-Nya yang mulia.

2 Korintus 4:7-10 (TB)
‘Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. ‘

Mengapa kita menyembunyikan kelemahan dan menghindari penderitaan?

Kita lakukan itu karena kita telah mempercayai kebohongan yang dunia gemakan tentang seperti apa orang yang sukses itu.

Pernahkah Anda menghadiri ibadah pemakaman seorang Kristen yang saleh?

Ketika Anda berada di ibadah pemakaman, maka Anda akan mendengarkan cerita dan kisah tentang hidup orang itu, serta pengorbanan hidupnya bagi Kristus.

Dan saat Anda akan meninggalkan ibadah itu, hati Anda akan dikuatkan, bukan hanya ingin mengasihi Yesus lebih sungguh-sungguh, tetapi juga ingin mengasihi orang lain lebih dalam lagi.

Dalam ibadah seperti itu, melalui kehidupan orang Kristen yang telah meninggal, keharuman Kristus terus terpancar memenuhi seluruh ruang itu.

Bejana Tanah Liat
Rasul Paulus mengingatkan kita: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. ” (2 Korintus 4:7, TB)

Bejana tanah liat itu lemah dan rapuh! Anda mungkin merasa diri Anda biasa-biasa saja secara manusiawi, tetapi Anda memiliki harta di dalam diri Anda, yaitu suatu harta yang tidak ternilai, yaitu Injil. Harta yang tidak dapat diambil dari kita!

Kekayaan bisa diambil. Kehormatan bisa diambil. Kesuksesan bisa diambil. Kesehatan bisa diambil. Kehebatan bisa diambil.

Hidup orang percaya itu penuh dukacita, namun bukan tanpa sukacita.

Rasul Paulus berkata: “Kita berdukacita, namun senantiasa bersukacita.” (2 Korintus 6:10)

“Penderitaan” & “Sukacita” — Dari seluruh surat Paulus, 2 Korintus yang paling banyak soal “penderitaan”, namun pada saat yang bersamaan, juga terdapat paling banyak “sukacita”. Bagi paulus, penderitaan dan sukacita itu tidak berlawanan.

Ketika orang-orang diberkati oleh hidup Anda, itu bukan karena bejana tanah liat itu, melainkan karena apa yang ada di dalamnya.

Kelemahan serta kehancuran Anda bukanlah kegagalan; justru itu adalah sarana Injil menyebarkan keharuman Kristus.

Mungkin Anda bertanya: “Mengapa Allah mengizinkan penderitaan?”

3 Kebenaran tentang Penderitaan:

  1. Penderitaan bukanlah sesuatu yang sia-sia—Dunia mengajarkan bahwa penderitaan itu tidak ada gunanya dan harus dihindari sebisa mungkin. Tetapi Paulus menjelaskan bahwa kami boleh ditindas, namun tidak hancur terjepit; boleh dianiaya, namun tidak pernah ditinggalkan sendirian (2 Korintus 4:8-9).
  2. Penderitaan membawa kita lebih dekat kepada Kristus—Penderitaan membuat kita bergantung pada Kristus—sama seperti duri dalam daging Paulus membuatnya tetap mengandalkan kasih karunia Allah (2 Korintus 12:9).
  3. Penderitaan membuktikan bahwa kita adalah milik Kristus—Dalam penderitaan kita mengikuti jejak Kristus. Penderitaan Kristus membawa kehidupan, dan dengan cara yang sama, penderitaan kita juga tidak akan pernah sia-sia.

2. Mengapa hal ini Penting?

2 Korintus 2:15-16 (TB)
“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?”

Aroma Kristus ini bukan hanya sebuah doktrin kebenaran, Aroma Kristus membawa dampak yang kekal.

i) Bagi orang percaya, Aroma Kristus adalah aroma kehidupan dan keselamatan.

ii) Bagi orang yang tidak percaya, Aroma Kristus adalah bau kematian dan penghakiman.

Aroma yang sama dapat menghasilkan dua respons yang sangat berbeda!

Durian

“Durian adalah buah yang memiliki aroma begitu intens dan sulit untuk dijelaskan. Baunya seperti campuran antara bawang busuk, bau selokan, dan telur busuk, namun secara bersamaan memiliki bau manis yang memiliki unsur karamel dan madu.

 

Bagi banyak orang Asia Tenggara, durian adalah suatu buah paling lezat, sementara banyak orang Barat menjauhinya dengan penuh ketakutan. Durian memiliki julukan ‘buah paling kontroversial sealam semesta.’”

Injil itu seperti durian! Bagi sebagian adalah aroma kehidupan, bagi yang lain adalah bau kematian.

Peran hidup kita dalam memancarkan Aroma Kristus itu sangatlah penting, sebab bisa membawa kehidupan, atau membawa kematian.


Namun, Paulus bertanya: “Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?” (ayat 16)

Paulus sendiri yang memberi jawaban:

2 Korintus 3:4-6 (TB)
“Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. 5 Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. 6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”

Ini adalah suatu penghiburan yang besar, sebab keberhasilan kita dalam memancarkan Aroma Kristus tidak bergantung pada diri kita, tetapi pada Kristus.

Ada satu perkataan:
“God doesn’t always call the equipped, but He always equips the called.”
“Allah tidak selalu memanggil yang mampu, tetapi Dia selalu memampukan yang dipanggil.”

Orang Kristen adalah orang-orang berdosa yang dipanggil untuk memancarkan Aroma Kristus.

Timothy Keller berkata: “Inji adalah: Kita lebih berdosa dan rusak daripada yang pernah kita bayangkan, namun pada saat yang sama kita lebih dikasihi dan diterima di dalam Kristus daripada yang pernah kita harapkan.”

3. Bagaimana kita dapat mewujudkannya dalam hidup kita?

Paulus menjelaskan bahwa kelayakan yang dia miliki sebagai pelayan perjanjian baru berasal dari Kristus, melalui Roh Kudus (2 Korintus 3:6)

Apa artinya?

Perjanjian baru:

  • Kita tidak lagi berada di bawah hukum, tetapi di bawah kasih karunia.
  • Kita diterima dan diselamatkan bukan karena ketaatan kita, tetapi karena ketaatan Kristus.

Dikuatkan oleh Roh:

  • Bukan dengan kekuatan kita, tetapi dengan kuasa Allah kita memberitakan Injil.

Aroma Kristus bukanlah hasil usaha kita, namun karya Roh Kudus dalam hidup kita.

 

2 Cara mewujudkan Aroma Kristus dalam hidup kita:

i) Bersandar pada Roh Kudus (Bukan kekuatan sendiri)

Kita memancarkan aroma Kristus dengan berjalan dalam kerendahan hati dan penuh kasih.

Paulus berkata:

“Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20 TB)

Inilah hidup yang memancarkan Aroma Kristus.

ii) Memandang pada Kristus Setiap Hari (Maka Anda akan memancarkan aroma Kristus)

Media Sosial

Sering kali, kita menggunakan media sosial untuk membuktikan nilai diri kita:

Dengan foto-foto liburan, kita berkata: “Lihat betapa suksesnya hidupku.”

Dengan foto-foto keluarga, kita berkata: “Lihat betapa harmonisnya keluargaku.”

 

Kita ingin menunjukkan bahwa kita layak untuk dikagumi.

Tetapi Paulus berkata, “Jangan memandang kepada dirimu sendiri, dan jangan juga memandang aku, namun pandanglah pada Kristus.”

 

Kita seharusnya menggunakan media sosial untuk memuliakan & meninggikan Kristus, bukan diri sendiri. Ketika Anda memandang Kristus, maka Anda akan memancarkan aroma Kristus.

 

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5 TB)

Injil tidak sekadar me-renovasi sebagian hidup, tapi men-transformasi seluruh hidup.

Aroma Kristus bukanlah soal jadi manusia baik, tapi jadi manusia baru (2 Korintus 5:17).

Artinya, kita sudah dibenarkan di dalam Kristus sebelum kita sempurna dalam perbuatan & ketaatan kita. Kita masih ada banyak kesalahan.

Jika kita mengandalkan usaha sendiri untuk memancarkan Aroma Kristus, maka kita akan gagal dan menjadi frustasi. Tetapi ketika kita bersandar pada anugerah-Nya, maka aroma Kristus akan terpancar lewat hidup kita.

Injil mengajak kita untuk tinggal di dalam Kristus. Sebab memang tidak cara lain—Jika kita ingin bertumbuh, maka kita perlu tinggal dalam Yesus.

Bagaimana kita mesti hidup sekarang?

  1. (Forgive radically) Mengampuni dengan radikal. Adakah orang yang perlu Anda ampuni?
  2. (Serve sacrificially) Melayani dengan pengorbanan. Siapa yang perlu Anda bantu?
  3. (Preach the Gospel boldly) Memberitakan Injil dengan berani. Siapa yang perlu mendengar kabar baik Kristus?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.