24 Feb Forgiving without limits
21 “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
22 Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Matius 18:21-22.
Ketika Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”, Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai 70 kali 7 kali.”
- Yesus menyampaikan ajaran ini untuk menegaskan bahwa pengampunan bukanlah tindakan yang terbatas.
- Sedangkan pertanyaan Petrus mencerminkan pandangan umum pada zaman itu bahwa pengampunan memiliki batasan.
- Namun Yesus memperkenalkan standard kasih Allah yang tidak terbatas.
- Angka “tujuh puluh kali tujuh” tidak dimaksudkan sebagai perhitungan literal, melainkan simbol pengampunan yang tanpa batas.
- Yesus ingin para murid memahami bahwa pengampunan adalah cermin’an kasih karunia Allah.
- Kita diampuni tanpa syarat melalui Kristus dan kita dipanggil untuk memperlakukan sesama dengan belas kasih yang sama.
- Ketidakmampu’an untuk mengampuni menyebabkan kepahitan dan keretakan
- Melalui pengampunan, kita dilepaskan dari beban kepahitan dan dendam serta diberi kekuatan untuk hidup dalam damai.
Pesan Yesus dalam Matius 18:21-22 untuk meneladani kasih Allah. Sebagaimana kita diampuni, kita juga dipanggil untuk menjadi saluran pengampunan bagi orang lain.
Pengampunan merupakan suatu sikap:
- Pengampunan Bukanlah Tindakan Yang Terbatas (ayat 21-22)
Petrus bertanya kepada Yesus “apakah mengampuni hingga tujuh kali sudah cukup?” Dalam konteks Yahudi, angka tujuh sering melambangkan kesempurnaan sehingga Petrus merasa itu adalah batas yang cukup mulia.
Namun Yesus menjawab dengan “tujuh puluh kali tujuh kali” menunjukkan bahwa pengampunan tidak memiliki batas.
- Sebagai murid Kristus, kita tidak boleh menghitung berapa kali mengampuni, melainkan hidup dalam pengampunan terus-menerus.
- Pengampunan mencerminkan kasih Allah yang tanpa batas kepada kita sehingga kita juga dipanggil untuk memberikannya kepada orang lain.
- Pengampunan Adalah Keputusan Hati, Bukan Emosi (ayat 22)
Pengampunan bukan berarti melupakan rasa sakit atau mengabaikan keadilan tetapi keputusan untuk tidak membalas dendam.
Lukas 6:36 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
- Yesus memerintahkan kita untuk “berbelas kasihan seperti Bapamu yang berbelas kasihan.”
- Hal ini berarti pengampunan lebih dari sekedar respons emosional; ini adalah tindakan ketaatan yang keluar dari hati yang telah diubahkan oleh kasih Allah.
- Pengampunan Membawa Kehidupan Yang Baru
Yesus mengajarkan bahwa pengampunan membuka jalan bagi pemulihan dan perdamaian.
- Setiap orang percaya adalah anak-anak Allah yang telah lahir baru oleh kuasa penebusan Kristus dan karya Roh Kudus.
- Oleh karena itu, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Allah yang telah mengampuni dosa-dosa kita melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
Sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa, manusia memiliki kecenderungan alami untuk membalas kejahatan dengan kejahatan dan kebaikan dengan kebaikan.
Kita perlu selalu ingat bahwa
- Allah dalam Kristus telah kehilangan nyawa-Nya demi mengampuni dosa kita.
- Kita yang semula adalah musuh Allah karena dosa, kini telah ditebus melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib.
- Dengan kuasa Roh Kudus, kita dimampukan untuk mengasihi dan mengampuni orang yang telah menyakiti kita.
- Kita mengampuni karena kita sendiri telah diampuni Allah dengan pengorbanan yang sangat besar.
- Dalam hubungan sehari-hari, mengampuni membantu membangun komunitas yang kuat dan penuh kasih.
- Yesus ingin kita sebagai murid-murid–Nya memahami bahwa pengampunan adalah inti kehidupan Kristen.
- Pengampunan membawa kebebasan, pemulihan dan menjadi saksi nyata dari kasih Allah.
Bagaimana kita mempraktekkan pengampunan:
- Menyadari Kasih Karunia Allah
Untuk mengampuni tanpa batas, kita harus terlebih dahulu menyadari betapa besar pengampunan yang telah kita terima dari Allah.
Roma 5:8 “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
- Jika Allah begitu murah hati mengampuni dosa kita, maka kita dipanggil untuk meneladani-Nya.
- Siapkan waktu untuk merenungkan kasih karunia ini melalui doa dan pembacaan Firman Tuhan sehingga hati kita dilembutkan untuk mengampuni orang lain.
- Menolak Luka dan Kepahitan
Pengampunan sering kali sulit karena kita masih menggenggam luka atau dendam.
Salah satu alasan mengapa sulit bagi kita untuk mengasihi adalah karena seringkali kita mencampur’adukkan kasih dengan perasaan.
- Kasih bukanlah perasaan, melainkan sebuah keputusan.
- Dengan demikian, bukan kasih yang mengikuti perasaan kita tetapi perasaan kitalah yang akan mengikuti keputusan kita untuk mengasihi.
- Meskipun mungkin perasaan kita masih terluka oleh perlakuan seseorang, kita tetap harus memilih untuk mengasihi.
Lukas 23:34a Yesus berkata: ”Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
- Yesus tidak membenci orang berdosa tetapi membenci dosa.
- Ketika ada orang yang menyakiti kita, bencilah dosanya, bukan orangnya.
- Yesus tidak hanya memerintahkan untuk mengampuni tetapi Ia sendiri memberikan teladan nyata dalam hidup-Nya.
- Ketika Yesus mengalami penderitaan yang begitu berat di kayu salib, respon-Nya adalah mengampuni mereka yang menyalibkan-Nya.
Pengampunan bukanlah pengakuan bahwa kesalahan orang lain benar tetapi keputusan untuk tidak membiarkan luka tsb menguasai hidup kita.
- Melatih Pengampunan Secara Aktif
- Pengampunan membutuhkan latihan dan keputusan yang terus-menerus.
- Ketika seseorang berbuat salah, pilihlah untuk merespons dengan kasih daripada dendam.
Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
There’s another name for forgiveness: FREEDOM.
Mulailah dengan langkah sederhana, seperti mendoakan orang yang menyakiti kita dan memulai percakapan yang penuh damai.
Dengan terus menerus melakukannya, pengampunan akan menjadi kebiasaan.
Filipi 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.”
Yesus memberikan teladan untuk merendahkan diri.
- Rendah hati adalah kunci untuk melepaskan pengampunan.
- Sifat sombong membuat seseorang sulit meminta maaf atau memaafkan.
- Kerendahan hati memampukan kita melakukan yang baik dan benar.
Kemampuan untuk mengampuni tidak datang dari kekuatan kita sendiri, melainkan dari Roh Kudus yang bekerja dalam hati kita.
Roh Kudus akan memampukan kita melihat orang yang menyakiti kita dengan belas kasih, bukan dengan kebencian.
Pengampunan yang tanpa batas ini juga akan membuat kita semakin serupa dengan keteladanan Yesus.
Dengan mengikuti teladan Yesus, merendahkan diri dan bersandar pada kuasa Roh Kudus, kita dimampukan untuk melepaskan pengampunan dan menemukan kedamai’an sejati.
Sorry, the comment form is closed at this time.