25 Mar Ketaatan Iman
Bacaan: Roma 1:1-7
“Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya” (Roma 1:5)
“through whom we have received grace and apostleship to bring about the obedience of faith among all the Gentiles for His name’s sake,” (Romans 1:5)
Dalam bahasa asli Yunani di dalam Roma 1:5, percaya dan taat bukanlah dua hal yang berbeda atau dua hal yang terpisah, terjemahan yang lebih baik dalam Bahasa Indonesia seharusnya, “Ketaatan Iman”. Dan di dalam terjemahan Bahasa Ingriss kita dapati lebih tepat yaitu, “obedience of faith”, demikian perkataan tersebut bisa berarti dua, pertama, “Ketaatan yang datang dari Iman”, atau yang kedua, “Ketaatan yang adalah iman”.
Perbedaan tersebut sangatlah penting untuk dimengerti karena mereka akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda. Namun dari beberapa referensi dari alkitab, kita bisa melihat bahwa yang kedua mempunyai arti yang tepat, “Ketaatan yang adalah iman”.
Jika kita tidak memiliki iman, maka segala yang kita lakukan yang kita pandang itu adalah ketaatan, semuanya akan menjadi sia sia, dan demikian juga kalau kita berkata kita mempunyai iman namun tidak ada ketaatan, Firman Tuhan berkata bahwa iman kita palsu.
Dua pengertian dari “Ketaatan Iman” adalah, Iman selalu akan menghasilkan ketaatan, ketaatan yang menyenangkan Tuhan, adalah ketaatan yang disertai oleh iman. Jadi walaupun “ketaatan” dan “iman” memilki dua arti yang berbeda, namun keduanya selalu berhubungan, dan tidak dapat dipisahkan. Seperti dua sisi dari sebuah koin, dan bukan dua tahap yang berbeda.
Namun kita jangan salah mengerti dan menjadi sesat. Ketaatan tidak menghasilkan iman atau
keselamatan. Kita taat sebab kita telah memiliki iman dan keselamatan; bukan kita taat karena kita mau diselamatkan.
Hal yang serupa adalah orang Kristen yang taat dan mencoba untuk hidup baik supaya mengalami perkenanan dari Tuhan. Ini tidak benar sama sekali. “Favour” (perkenanan) mempunyai makna “gift” (hadiah) atau “grace” (kasih karunia). Kita menerima favour bukan karena kita baik, sebab jika kita menerima favour karena kebaikan kita maka itu bukan favour melainkan gaji atau bayaran.
Di sisi yang lain, tidak sedikit juga orang Kristen yang mengaku sudah diselamatkan, percaya kepada Tuhan Yesus sebagai juru selamat namun tidak memiliki ketaatan sama sekali. Dengan kata lain, hidupnya masih tidak karuan dan tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal Kristus. Alkitab mengajarkan bahwa iman yang asli pasti menghasilkan ketaatan.
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26)
Seorang yang beriman akan hidup seperti yang Paulus katakan,
“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah. Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Korintus 9:24-27)
“Melatih”, dalam bahasa Yunani adalah berarti memukul mata sampai hitam dan “Menguasai tubuh”, dalam bahasa Yunani berarti menjadikan tubuh sebagai budak bukan sebaliknya dimana sering kali kita menjadi budak akan tubuh kita. Kita dapat perintahkan dan mendisiplinkan tubuh kita untuk kemuliaan Tuhan.
Banyak orang Kristen yang memilki sikap hidup keliru. Sering kali kita mau tahu sebagaimana jauh kita dapat melakukan suatu hal tanpa berbuat dosa. Sikap yang benar adalah, bertanya, kebiasaan apa yang harus saya lakukan supaya saya bisa lebih lagi mengasihi dan mengenal Tuhan? Apa yang harus saya lakukan supaya saya dapat dipakai lebih lagi untuk kerajaan Tuhan? Janganlah bertanya apa persyaratan minimal, namun kejarlah kebiasaan secara optimal dimana Tuhan boleh dipermuliakan melalui kehidupan kita.
Apakah saudara tergolong orang yang beriman? Bagaimana saudara tahu bahwa saudara beiman? Lihatlah ketaatan dalam hidup saudara. Apakah saudara taat akan Firman Tuhan dan membenci dosa? Ataukah saudara masih menyukai dosa? Tahukah saudara bahwa kita berdosa karena hati kita tidak puas dengan Tuhan? Dengan kata lain, Tuhan bukanlah segalanya bagi hidup saudara.
Hari ini, jika kita lebih menyukai dosa daripada firman Tuhan, berdoalah dan terimalah kasih karunia dari Tuhan atas hidup saudara. Rasul Paulus sendiri mengerti dengan baik betapa besarnya Kasih Karunia Tuhan, sebab ia sendiri sudah terlebih dahulu mengalaminya.
“Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:9-10)
Setiap kali kita membaca nama Paulus di dalam Alkitab, biarlah kita diingatkan akan kasih karunia
Tuhan yang melimpah, sebab Paulus, tanpa kasih karunia Tuhan adalah Saulus sang teroris. Namun Saulus sang teroris telah diubah oleh kasih karunia Tuhan menjadi Paulus sang rasul.
Apa yang sudah Tuhan lakukan atas hidup Paulus, dapat juga Ia lakukan hari ini bagi hidup saudara. Terimalah kasih karunia Tuhan melalui kematian Kristus.
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (2 Korintus 5:15)
“Karena bagiku hidup adalah Kristus i dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.” (Filipus 1:21-22)
Kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, melainkan untuk Kristus yang telah mati dan dibangkitkan bagi kita untuk kemuliaan nama-Nya.
Sorry, the comment form is closed at this time.