26 Aug Menjadi tempat kediaman Tuhan 13
Divine Appointment: Moses and the burning bush
Keluaran 2:11-14
“Pada waktu itu, ketika Musatelah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranyauntuk melihat kerja paksamereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: “Mengapa engkau pukul temanmu?Tetapi jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya: “Tentulah perkara itu telah ketahuan.”
Musa diangkat dan dibesarkan di dalam keluarga Firaun dan menerima pengajaran, pengetahuan dan segala yang terbaik selama 40 tahun. Musa juga menikmati ketenaran, kekayaan dan kekuasaan selama itu. Namun semua itu tidak membuat Musa lupa akan siapa jati dirinya.
Ayat diatas menunjukkan bagaimana Musa sangat memperhatikan bangsanya sendiri. Kisah Para Rasul 7: 20-24 menjelaskan bagaimana Musa mempunyai keinginan/kerinduan untuk mengunjungi saudara-saudaranya.
Banyak daripada kita lupa akan jati diri kita setelah mendapatkan kekayaan, nama baik, kuasa bahkan terkadang orang dapat lupa jati diri hanya karena mendapatkan pendidikan di luar negeri. Kita harus belajar dari Musa yang tidak malu mengaku bangsa Israel sebagai saudaranya walaupun status bangsa Israel pada saat itu adalah sebagai budak dari bangsa Mesir.
Musa pada saat dia membunuh seorang dari bangsa Mesir, sangat sadar bahwa dia melakukan perbuatan yang mengandung resiko sangat besar. Namun Musa rela menanggung resiko tersebut hanya untuk membela saudara-saudaranya. Arti rohani dari perikop ini adalah, berapa banyak dari kita yang mengerti bahwa pada saat kita melakukan kehendak Tuhan, selalu ada resiko yang harus kita pikul. Banyak orang yang hanya ingin berkat dari pada Tuhan namun takut mengambil resiko berjalan bersama Tuhan.
Mengapa kekayaan, kekuasaan dan ketenaran dapat merubah jati diri seseorang? Ini dikarenakan orang tersebut tidak mengerti dan mempunyai identitas dalam diri mereka. Ibrani 11:24-27 menyatakan bahwa Musa dengan iman menolak disebut anak Putri Firaun. Pada saat kita menerima panggilan khusus (divine appointment) dengan Tuhan, maka kita akan mengerti siapa jati diri kita yang sesungguhnya. Kita tidak akan menukarkan jati diri kita dengan apapun yang dunia tawarkan.
Keluaran 3:1 menggambarkan bagaimana kehidupan Musa yang berubah secara drastis, dari seorang pangeran menjadi buronan. Arti rohani dari ayat ini adalah, pada saat kita melalukan kehendak Tuhan tidak selalu kita akan berada di puncak gunung, seringkali kita berada di lembah – lembah kekelaman. Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dimana Dia akan bersama-sama dengan kita dimanapun kita berada.
Musa menghabiskan 40 tahun hidupnya di padang gurun Horeb (desolate=terasing). Musa kehilangan semua yang terbaik yang dia miliki. Dia harus memulai hidup yang baru ditempat yang terpencil dan penuh dengan kesukaran. Gunung Horeb merupakan bagian dari jajaran pengunungan Sinai yang mempunyai arti “thorn” atau duri. Arti rohani dari perikop ini adalah, seringkali pada saat kita melakukan kehendak Tuhan, kita diperhadapkan dengan keadaan yang tidak menyenangkan, terasing dan penuh dengan “duri” namun Tuhan ingin kita selalu setia dalam setiap keadaan dan pada waktuNya (Kairos) kita akan mencapai puncak gunung Tuhan.
Keluaran 3:3 mengambarkan bagaimana Tuhan membuat satu fenomena yang ajaib dengan semak duri yang menyala-nyala namun tidak terbakar. Tuhan ingin menarik perhatian Musa. Semak duri yang menyala tersebut tidak terletak didekat jalan yang biasa dilalui oleh Musa. Musa harus menyingkir dari jalan yang biasa dilaluinya dan mendekati semak berlukar tersebut.
Arti yang dapat kita pelajari adalah, seringkali Tuhan harus menarik perhatian kita dari perjalanan kita yang sehari-hari. Seringkali kita terjebak dalam rutinitas sehingga kita tidak dapat melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib. Tuhan harus “memaksa” kita untuk keluar dari jalan kita (kenyamanan hidup) sehingga kita dapat bertemu dengan Dia secara pribadi.
Kesimpulan dari kotbah ini adalah:
1. Kita harus selalu ingat siapa jati diri kita. Kita adalah orang – orang pilihan Tuhan yang dibayar mahal oleh darah Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya kita tidak menukarkan jati diri kita dengan apa yang dunia tawarkan dalam bentuk kekayaan, kemewahan, kuasa dan sebagainya.
2. Tuhan sangat rindu kita selalu mempunyai hubungan pribadi dengan Dia oleh sebab itu Dia melakukan segala cara untuk menarik perhatian kita berbalik kepadaNya. Amin.
Sorry, the comment form is closed at this time.