19 Jul Raja di dalam perapian
Daniel 3:14-25
Berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas. Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat. Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja!” Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!”
Berapa banyak dari anda yang menonton film dokumenter “The Last Dance”? Ini cerita tentang Michael Jordan dan jaman keemasan Chicago Bulls. Saya terlambat dalam hal ini. Saya baru mulai menonton akhir bulan lalu. Saya bahkan tidak suka main basket, tapi saya sangat suka “The Last Dance.” Menyaksikan “The Last Dance” membuat saya berharap bahwa saya adalah Michael Jordan. Ada saudara yang merasakan hal yang sama? Paling tidak, dokumenter ini membuat saya ingin bernyanyi, “I believe I can fly. I believe I can touch the sky. I think about it every night and day. Spread my wings and fly away.” Mari kita akhiri khotbah di sini dan mari kita mengangkat tangan bersama sama. Bercanda saudara. Salah satu bagian yang mengejutkan saya dalam dokumenter ini adalah ketika salah satu dari saudara Michael Jordan mengatakan sesuatu seperti ini, “Jika anda ingin melihat performa Michael yang terbaik, katakan padanya bahwa dia tidak bisa melakukannya, dan dia akan membuktikan anda salah.” Jordan didorong oleh keinginan akan kebesaran. Dia adalah gambaran umat manusia. Ada keinginan di dalam diri kita untuk mengejar kebesaran. Ada keinginan yang mendalam di dalam kita untuk menjadi seseorang dan meninggalkan tanda di dunia. Kita mungkin bukan Michael Jordan, tetapi kita ingin orang-orang di sekitar kita untuk mengakui kebesaran kita. Dan jika orang lain tidak mengakui kebesaran kita, kita akan memastikan bahwa mereka tahu siapa kita. Mengapa saya mengatakan hal ini kepada anda? Karena perikop kita hari ini adalah tentang seorang pria yang menginginkan kebesaran yang kekal bagi dirinya sendiri. Namanya adalah Nebukadnezar. Tapi sebelum itu, mari saya berikan konteks cerita ini terlebih dahulu.
Jadi yang terjadi adalah Daniel dan teman-temannya dibuang ke pengasingan ke Babel. Dan ini menciptakan ketegangan dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai kehidupan Babel sangat berbeda dari nilai-nilai kehidupan bangsa Yahudi. Sebagai contoh, Babel mempercayai banyak dewa sementara orang Yahudi percaya bahwa hanya ada satu Allah yang benar, yaitu Allah dalam Alkitab. Dan godaanya adalah untuk menarik diri dari Babel untuk menjaga identitas mereka sebagai orang Yahudi, atau berasimilasi dengan Babel dan meninggalkan identias mereka sebagai orang Yahudi. Namun, mereka memilih jalan ketiga. Mereka memilih untuk bekerja dan berdoa untuk kemakmuran Babel, sambil tetap setia kepada Allah pada saat yang bersamaan. Dan sejauh ini, segala sesuatu berjalan dengam baik. Daniel dan teman-temannya dengan cepat dipromosikan ke posisi tertinggi di kerajaan Babel. Namun, saat yang baik tidak berjalan selamanya. Akhirnya, dua nilai-nilai kehidupan yang berbeda ini bentrok satu sama lain dan mereka harus memilih salah satu. Dan itulah yang terjadi di pasal ini. Pertanyaanya adalah, apa yang anda lakukan ketika otoritas bertentangan dengan kepercayaan anda? Apa yang anda lakukan ketika anda dianiaya karena melakukan apa yang benar? Di mana anda menggambar garis antara kesetiaan kepada Allah dan menjadi berkat di mana saudara berada? Ini mengarah pada pertanyaan, dalam situasi seperti apa adalah benar bagi anda untuk tidak mentaati otoritas? Saya akan memberikan anda jawabannya. Adalah benar untuk tidak taat kepada otoritas ketika otoritas memerintahkan apa yang dilarang oleh Allah atau melarang apa yang diperintahkan oleh Allah. Dan kita dapat melihat kedua kasus ini terjadi di dalam kitab Daniel. Satu di pasal ini dan yang satu lagi di pasal 6. Fokus kita hari ini adalah ketika otoritas memerintahkan apa yang dilarang oleh Allah.
Cerita ini adalah salah satu kisah favorit saya dalam Alkitab. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego di dalam perapian. Guru sekolah minggu suka menceritakan kisah ini. Cerita ini memikat imajinasi kita. Inti ceritanya jelas. Allah turut bekerja untuk umat-Nya dalam menghadapi segala rintangan. Kisah ini sangat relevan untuk membantu kita hidup di kota Sydney. Kita mungkin tidak menghadapi situasi hidup dan mati karena iman kita, tetapi kita digoda setiap saat untuk menyembah ilah-ilah budaya kita. Tiga pria ini akan menunjukkan kepada kita apa yang harus kita lakukan ketika kita ditekan untuk meninggalkan iman kita dan mengikuti budaya. Dan sebelum kita mulai, izinkan saya menjelaskan sesuatu. Jangan tanya kepada saya, “Di mana Daniel?” Karena saya tidak tahu. Dia mungkin sedang berlibur ke Hawaii atau dia mungkin sedang mengurus masalah di tempat lain. Tapi dia tidak ada dalam cerita ini. Narator memutuskan untuk mengeluarkan Daniel dari cerita ini dan fokus pada teman-temannya.
Saya membagi pasal ini menjadi empat bagian. Ujian; Tuduhan; Pendirian; Perapian.
Ujian (V.1-7)
Kalau saudara ingat apa yang terjadi di pasal 2, Nebukadnezar bermimpi tentang patung raksasa yang terbuat dari bahan yang berbeda. Lihat gambar ini. Patung itu mewakili berbagai kerajaan yang akan datang setelah Babel dan bagaimana tidak satu pun dari kerajaan itu akan bertahan. Namun, Babel berdiri paling tinggi di atas kerajaan dunia lainnya. Babel adalah emas di patung itu. Dan Nebukadnesar adalah raja dari kerajaan emas. Tetapi emas itu hanyalah kepala dan kemudian akan digantikan oleh bahu dan tubuh yang terbuat dari perak, dan selanjutnya. Tetapi lihat apa yang terjadi pada awal pasal 3. Daniel 3:1-2 – Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel. Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu. Jangan lewatkan ini. Ini adalah upaya Nebukadnezar untuk mencapai kebesaran yang kekal. Daniel mengatakan kepadanya bahwa dia adalah emas di dalam patung yang dia mimpikan. Tetapi Daniel juga mengatakan kepadanya bahwa pemerintahannya akan berakhir. Hanya kerajaan Allah yang akan bertahan selamanya. Namun, Nebukadnezar melupakan arti mimpi itu. Bukannya mencari Kerajaan Allah yang kekal, Nebukadnezar sekarang mencoba untuk membuat kerajaannya sekokoh mungkin. Kalau di mimpinya dia melihat patung di mana hanya kepalanya yang terbuat dari emas, sekarang ia membuat sebuah patung di mana seluruh patung itu terbuat dari emas dari atas sampai bawah. Dia mungkin berpikir, “Bukankah akan lebih baik jika seluruh patung terbuat dari emas, dan bukan hanya kepalanya? Bukankah akan lebih baik jika Babel tetap berkuasa selamanya?” Ini adalah upaya Nebukadnezar untuk menjadi Allah. Dia ingin mengambil posisi Allah sebagai Raja yang berdaulat atas kerajaan yang kekal. Itu sebabnya patung itu sangat besar. Tingginya sekitar 30 meter dan lebarnya sekitar 3 meter.
Kita tidak bisa yakin dengan pasti patung apa yang dibuat oleh Nebukadnezar. Apakah ini patung Nebukadnezar? Jika ya, dia pasti sangat narsis. Atau apakah ini patung salah satu dewa Babel? Kita tidak tahu. Tapi itu tidak penting karena kita tahu apa arti patung ini. Patung ini adalah gambaran dari segala yang dimiliki Babel. Nilai-nilai mereka, budaya mereka, dewa-dewa mereka dan mungkin juga raja mereka. Dan Nebukadnezar mengumpulkan semua pemimpin dari setiap provinsi untuk penahbisan patung ini. Apa yang terjadi adalah jika orang-orang di tempat umum mendengar musik mulai diputar, mereka harus menghentikan apa pun yang mereka lakukan, sujud dan menyembah patung itu. Ini adalah langkah yang sangat strategis. Ingat bahwa Babel percaya pada banyak dewa. Babel juga memiliki bangsa-bangsa yang berbeda yang memiliki dewa-dewa yang berbeda di bawah pemerintahan kerajaan mereka. Tujuan dari patung ini adalah untuk menyatukan semua bangsa yang berbeda di bawah kerajaan Babel. Ini adalah tanda janji kesetiaan mereka kepada Babel. Jadi, Nebukadnezar tidak mengatakan bahwa patung yang ia buat adalah satu-satunya dewa yang harus mereka sembah. Dia tidak mengatakan itu sama sekali. Dia mengatakan bahwa patung ini adalah salah satu dewa yang harus mereka sembah. Mereka bebas memiliki dewa pribadi lainnya, tetapi mereka juga harus menerima patung ini sebagai salah satu dewa mereka. Patung ini adalah satu dewa yang akan menyatukan semua bangsa di bawah Babel. Tapi itu bukan masalah utamanya. Masalah utama adalah bahwa Nebukadnezar memerintahkan bahwa setiap orang yang menolak untuk menyembah patung akan dilemparkan ke dalam perapian. Jadi inilah masalahnya. Masalahnya bukan hanya bahwa budaya melawan kepercayan anda, tetapi anda dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan pola budaya atau anda akan menerima konsekuensi.
Ini menciptakan masalah besar bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Ada tiga tekanan untuk mereka. Pertama, otoritas menuntutnya. Kedua, semua orang melakukannya. Ketiga, ada hukuman jika mereka tidak melakukannya. Apa yang harus mereka lakukan? Jika hanya satu dan dua, dan tanpa hukuman, itu masih oke. Mereka dapat hidup dalam ketegangan itu. Mereka masih bisa mencintai dan bekerja untuk kemakmuran Babel sambil tetap setia kepada Allah. Tetapi sekarang, ada konsekuensi tinggi untuk tidak melakukannya. Mereka akan menjadi barbecue manusia jika mereka menolak. Ini adalah masalah hidup dan mati. Namun, mereka juga tahu sepuluh perintah Allah. Apakah anda ingat perintah pertama dan kedua? Janganlah ada padamu Allah lain dan jangan membuat bagimu patung dan sujud menyembah kepadanya karena Tuhan Allah adalah Allah yang cemburu. Jadi sekarang, nilai Babel dan nilai Israel bertabrakan, dan mereka harus memilih. Jika mereka mengikuti dewa-dewa budaya mereka, mereka akan makmur. Itu akan memajukan karir mereka. Tetapi jika mereka menentang dewa-dewa budaya, mereka akan menghadapi konsekuensinya.
Mari kita aplikasikan terhadap situasi kita. Inilah pertanyaan yang kita semua harus jawab. Apa yang anda lakukan ketika anda ditekan untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah? Ini adalah godaan yang kita hadapi setiap hari. Budaya kita menggoda kita untuk melayani banyak dewa-dewa lain setiap hari. Mereka tidak memberitahu kita untuk meninggalkan iman kekristenan kita. Mereka tidak memiliki masalah dengan kita menjadi orang Kristen. Apa yang mereka katakan adalah supaya kita menyimpan iman kita untuk diri kita sendiri. Anda bisa menjadi orang Kristen di rumah tetapi ketika anda berada di tempat umum, anda harus melayani para dewa budaya ini. Saudara bebas menjadi diri saudara di rumah tetapi saudara harus menjadi seperti Babel di luar rumah. Jangan berbicara tentang imanmu di depan umum dan jangan mencoba merubah kepercayaan orang lain. Tindakan tesebut tidaklah toleran. Di depan umum, anda harus hidup seperti orang lain di sekitar anda. Kalau tidak, anda akan menghadapi konsekuensinya.
Saya berikan beberapa contoh. Untuk dunia bisnis. Budaya memberi tahu anda untuk menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin. Bersikaplah sangat kejam dalam praktik bisnis anda. Jangan khawatir tentang bisnis orang lain selama anda menghasilkan uang sebanyak mungkin. Cara bisnis nyaris tidak legal. Mereka terus menyuap otoritas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tetapi sekarang, anda adalah seorang Kristen. Dan semua saingan bisnis anda melakukan hal tersebut. Cara orang lain melakukan bisnis mereka memberikan anda tekanan besar untuk melakukan hal yang sama. Bagaimana mungkin anda bisa bersaing dengan mereka jika anda tidak mengikuti cara mereka? Tetapi jika anda seorang Kristen dan anda memutuskan, “Aku harus bersikap kejam dan nyaris tidak sah seperti bisnis orang lain untuk bisa bersaing dengan mereka,” maka anda sudah menjadi sama dengan pola budaya. Anda mengatakan bahwa anda adalah seorang Kristen secara pribadi dan anda percaya akan pentingnya kejujuran dan kemurahan hati, tetapi ketika menyangkut bagaimana anda melakukan bisnis anda, anda sama seperti orang lain. Anda bahkan mencoba membenarkan diri anda dengan mengatakan bahwa keuntungannya akan digunakan untuk kerajaan Allah. Tetapi kenyataannya adalah, anda telah sujud kepada dewa budaya.
Contoh lain. LGBTQ. Budaya memberitahu anda bahwa LGBTQ adalah masalah hak asasi manusia. Setiap orang berhak untuk mengejar keinginan mereka. “Siapa kamu untuk bisa melarang aku untuk mengejar hasrat dalam diriku. Ini adalah tubuhku. Ini hidupku. Ini hakku. Aku dapat memilih apa pun yang aku inginkan dalam hidup. Kamu boleh tidak setuju dengan aku tetapi simpan itu untuk dirimu sendiri. Aku bebas menjadi aku di depan umum.” Inilah yang dikatakan kebanyakan orang di sekitar anda. Apa yang anda lakukan? Katakanlah ada pasangan homoseksual datang kepada saya dan meminta saya untuk melakukan upacara pernikahan mereka. Dan mereka mengancam akan menuntut saya jika saya menolak. Mereka memiliki budaya di pihak mereka. Mereka memiliki pemerintah di pihak mereka. Adalah sah bagi sesama jenis untuk menikah. Tetapi saya tahu apa yang Alkitab katakan tentang tindakan homoseksual. Itu adalah dosa. Saya tahu bahwa Allah menciptakan pernikahan untuk menjadi persatuan antara pria dan wanita. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana posisi gereja terhadap LGBTQ? Jika saya menerima LGBTQ, budaya akan memuji saya. Mereka akan memanggil saya pahlawan. Itulah sebabnya banyak pendeta menerima LGBTQ hari ini. Tetapi jika saya menolak, saya akan dianiaya. Mereka akan memanggil saya pembenci. Godaannya adalah untuk berpikir, “Aku tahu apa yang dikatakan Alkitab. Aku percaya pada Alkitab. Tapi aku akan merahasiakan kepercayaanku. Yang penting, Allah tahu isi hatiku. Tetapi di depan umum, aku akan menjadi seperti orang lain.” Jika saya melakukan itu, saya sudah sujud kepada patung. Apakah saudara melihat apa yang terjadi? Kita menghadapi godaan ini setiap hari. Budaya kita memberi tekanan besar kepada kita untuk menyimpan iman kita untuk diri kita sendiri. Mereka tidak memberi tahu kita untuk meninggalkan iman kita tetapi untuk mempertahankannya untuk diri kita sendiri. Apakah anda merasakan godaan itu? Apakah anda melawan tekanan itu? Jika anda tidak merasakan tekanan itu, maka anda tidak melawan. Anda telah bertekuk lutut. Mari kita lanjutkan ceritanya.
Tuduhan (V.8-12)
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mulai dari posisi paling bawah dalam pasal 1. Mereka adalah orang-orang buangan dari Israel. Tapi kemudian mereka dipromosikan dengan sangat cepat. Pada akhir pasal 2, mereka ditempatkan pada posisi terbaik yang tersedia di Babel. Dan bukan hanya itu, tetapi mereka jauh lebih handal daripada yang lain. Dan banyak orang yang tidak menyukai apa yang mereka lihat. Hal ini terjadi setiap saat hari ini. Para pelajar, berapa banyak dari anda yang tidak suka dengan murid yang selalu menjawab pertanyaan guru dan mengingatkan guru akan PR? Angkat tangan. Saya tidak bisa mengangkat tangan saya karena saya adalah murid yang tidak disukai orang-orang di kelas saya. Tapi inilah kebenarannya. Ketika anda berdoa dan bekerja keras untuk kemakmuran kota anda, saat anda memiliki pengaruh yang besar, anda akan memiliki orang-orang yang tidak menyukai anda. Apalagi jika anda jauh lebih handal dari mereka. Orang-orang di sekitar S, M, A cemburu dengan kenaikan mereka yang begitu cepat. Jadi, mereka datang ke Raja Nebukadnezar dan dengan jahat menuduh S, M, A. Dan cara mereka sangat pintar. Mereka mulai dengan memuji Raja Nebukadnezar terlebih dahulu. “O raja, engkau begitu luar biasa. Kamu adalah raja terhebat. Semoga kamu hidup selamanya dan semoga kerajaanmu bertahan selamanya. Semoga setiap orang menyembah patung yang telah engkau buat.” Nebukadnezar menyukai apa yang dia dengar sejauh ini.
Tapi dengarkan apa yang mereka katakan selanjutnya. Daniel 3:12 – Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan.” Orang-orang ini menempatkan S, M, A, langsung melawan Raja Nebukadnezar. Memang benar bahwa S, M, A, tidak memuja dewa Babel dan menyembah patung emas. Tetapi mereka melakukan itu karena iman mereka. Bukan karena mereka mengabaikan raja. Ini adalah masalah keyakinan mereka dan bukan serangan pribadi terhadap raja dan Babel. Mereka memberikan hidup mereka untuk kesejahteraan Babel. Tetapi sekarang mereka dituduh mengabaikan titah raja dan tidak peduli tentang Babel. Dan raja sangat marah.
Pendirian (V.13-18)
Raja memanggil Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan dia bertanya, “S, M, A, apakah benar bahwa kalian tidak memuja dewa-dewaku dan tidak menyembah patung yang telah aku buat? Inilah yang akan aku lakukan. Aku akan memberikan kalian satu kesempatan lagi. Kalian adalah orang-orang penting di kerajaanku. Aku membutuhkan hikmat kalian. Tapi aku juga ingin kalian bertekuk lutut. Bersujud. Itu saja. Hanya bersujud dan menyembah patung ketika kalian mendengar music mulai bermain. Jika tidak, aku akan melemparkan kalian ke dalam perapian.” Lihat apa yang dia katakan selanjutnya di akhir ayat 15. Daniel 3:15 – Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku? Rupanya, Nebukadnezar telah melupakan mimpinya. Dia berpikir bahwa dia memegang kendali. Dia berpikir bahwa dia adalah yang terhebat. Dia berpikir bahwa dia berdaulat. Jadi taruhannya lebih tinggi sekarang. Ini bukan hanya konfrontasi Nebukadnezar melawan S, M, A. Ini adalah konfrontasi melawan Allah dari S, M, A.
Saya ingin menekan tombol pause di sini sebentar. Apa yang akan anda lakukan jika anda adalah S, M, A? Jangan menjawab dengan cepat karena mereka punya banyak alasan yang baik untuk kompromi. Saya bisa memikirkan tiga. Pertama, alasan rasional. Mereka dapat berkompromi demi orang Yahudi lainnya di pengasingan. Penolakan mereka untuk bertekuk lutut dapat menyebabkan kebinasaan orang Yahudi di Babel. Tetapi jika mereka bertekuk lutut dan tetap berkuasa, mereka dapat melindungi orang-orang buangan lainnya. Bahkan, mereka dapat melakukan banyak hal baik untuk orang-orang Yahudi dalam pembuangan dengan posisi mereka. Jadi, mereka bisa bertekuk lutut demi tujuan yang lebih besar. Rasional kan? Kedua, alasan bijak. Nebukadnezar sangat menyukai mereka. Jika tidak, mengapa dia memberikan mereka kesempatan kedua? Yang harus mereka lakukan adalah menenangkan kemarahan Nebukadnezar saat itu dan di kemudian hari mereka bisa mencoba lagi untuk berbicara kepada Raja ketika suasana hatinya lebih baik. Tentunya, raja bisa melihat nilai mereka di kerajaannya. Yang perlu mereka lakukan adalah bertekuk lutut untuk saat ini dan menemukan waktu yang lebih baik untuk membicarakannya di masa depan. Kedengaran bijaksana bukan? Ketiga, alasan teologis. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa berhala bukanlah apa-apa. Hanya ada satu Allah dan setiap ilah lainnya adalah palsu. Tidak ada salahnya menundukkan lutut ke berhala. Mereka mencintai Allah dan Allah melihat hati mereka. Jadi, mereka dapat sujud di luar dan tetap berdiri di dalam hati. Bukankah hal ini benar secara teologis? Tapi lihat respons mereka. Ini adalah detak jantung dari perikop ini. Mereka tidak memilih satu pun pilihan di atas. Ini sangat indah.
Daniel 3:16-18 – Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Jawaban yang sangat indah! Ada dua bagian dari jawaban mereka. Pertama, mereka yakin akan kekuatan Allah untuk menyelamatkan. “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja.” Mereka tahu Allah mereka mampu. Mereka telah mendengar bagaimana Allah membelah laut merah menjadi dua. Bagaimana Allah memberikan tanah Kanaan kepada leluhur mereka. Bagaimana Allah menunjukkan kepada mereka mimpi dan interpretasinya ketika mereka mencarinya. Mereka tahu Allah tidak mau ada seorangpun mencuri posisinya sebagai Raja yang berdaulat, terutama ketika orang-orang dari setiap suku dan bangsa berkumpul. Ini adalah kesempatan yang tepat bagi Allah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa dialah satu-satunya yang harus disembah. Mereka yakin bahwa Allah mereka dapat menyelamatkan mereka dari perapian. Dan tidak hanya dia mampu, tetapi dia juga akan melakukannya. Dia akan melakukannya. Tetapi tidak berhenti sampai disitu saja.
Kedua, mereka mempercayai kedaulatan rencana Allah. Bersamaan dengan ini muncul 3 kata yang sangat kuat tentang pernyataan iman. “Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Tetapi seandainya tidak. Tiga kata ini mengungkapkan apa sebenarnya iman itu. Mereka memiliki keyakinan penuh bahwa Allah sanggup menyelamatkan. Tetapi seandainya tidak, mereka masih akan percaya pada Allah dan mereka tidak akan menundukan lutut mereka. Dengan kata lain, iman mereka terutama dan pertama adalah pada pribadi Allah dan bukan pada apa yang Allah dapat lakukan untuk mereka. Mereka mencintai Allah karena Allah. Bagi mereka, ketaatan kepada Allah lebih penting daripada mujizat dari Allah. Apakah anda mengerti? Saya akan komunikasikan dengan cara lain. Iman yang benar percaya pada pribadi Allah dan bukan hanya pada kekuatan Allah.
Ini sangat relevan bagi kita. Kita hidup di zaman dan masa di mana banyak orang meninggalkan iman mereka karena Allah tidak memberikan apa yang mereka harapkan. Mereka percaya pada semacam bentuk Injil kemakmuran di mana Allah akan selalu memberikan apa yang mereka inginkan jika mereka memiliki iman. Pemahaman mereka tentang iman kekristenan adalah bahwa adalah kehendak Allah untuk anda menjadi sehat dan kaya. Bukanlah kehendak Allah bagi anda untuk menjadi manusia barbeque. Jika anda mengalami penderitaan, itu karena Allah sedang mempersiapkan anda untuk menjadi Perdana Menteri Mesir berikutnya. Apakah anda mengerti? Itu adalah kebohongan dan itu bukanlah iman keKristenan. Iman kekristenan adalah iman tetapi-seandainya-tidak. Iman kekristenan percaya bahwa Allah sanggup. Tetapi iman kekristenan juga percaya bahwa Allah sering bekerja dengan cara yang berbeda dari yang kita harapkan. Kadang-kadang Allah campur tangan cara ajaib dengan kekuatan kuasanya, namun kadang-kadang dia menahan kekuatan itu dan membiarkan umatnya menderita. Itu berarti bahwa jika Allah dimuliakan melalui pembebasan kita, terpujilah Dia. Jika Allah dimuliakan melalui kematian kita, terpujilah Dia.
Saya melihat kebenaran ini terjadi dalam hidup saya sendiri. Ketika saya didiagnosis terkena leukemia, dokter tidak yakin apakah saya akan bisa sembuh atau tidak. Rupanya, leukemia saya adalah jenis mematikan yang langka, bahkan jika saya terlambat satu bulan saja, saya sudah tidak disini sekarang. Jadi, ketika kami mendesak dokter untuk memberi tahu kami apakah kemoterapi akan menyembuhkan saya atau tidak, dia menolak untuk menjawab. Sebagai dokter, ia tidak diizinkan memberikan harapan palsu kepada pasiennya. Yang dia katakan adalah dia akan melakukan yang terbaik. Dan ada banyak orang berdoa untuk saya. Salah satu kelebihan menjadi anak pendeta, setiap pendeta yang dikenal papi mami saya berdoa untuk saya. Papi saya bahkan mengurapi kepala dan kaki saya dengan minyak. Karismatik. Singkat cerita, sebelas tahun kemudian, saya masih di sini. Allah menjawab doa kami dan memperpanjang hidup saya. Dan sekarang saya adalah salah satu pendeta anda. Puji Tuhan. Namun bukan kemoterapi yang menyembuhkan saya. Allah mungkin menggunakan kemoterapi, tetapi Allahlah yang menyembuhkan saya. Saya percaya itu dengan sepenuh hati. Tetapi kemudian, karena saya sembuh dari leukemia, orang-orang mulai meminta saya untuk berdoa bagi mereka yang menderita leukemia. Dan saya melakukannya. Sampai hari ini, saya telah berdoa untuk empat orang yang menderita leukemia. Dan saya bisa mengatakan bahwa saya memiliki rekor 100%. Saya telah berhasil mengirim keempat pasien itu untuk kembali bersama dengan Yesus. Apakah saya percaya bahwa Allah dapat menyembuhkan? Tentu. Apakah saya percaya bahwa Allah masih menyembuhkan? Ya dan amin. Apakah saya percaya bahwa Allah selalu menyembuhkan jika kita memiliki iman? Tidak. Inilah alasan mengapa saya ragu-ragu untuk menceritakan pengalaman kanker saya di masa lalu. Saya diminta datang ke beberapa tempat untuk menceritakan kesembuhan ajaib saya, tetapi saya menolak. Mengapa? Karena mereka hanya memikirkan bagian pertama dari iman, kuasa Allah untuk menyembuhkan. Meskipun saya tahu bahwa Allah mampu, saya tidak berasumsi bahwa saya mengetahui rencana dan kehendak Allah. Dia bekerja dengan cara yang misterius. Bisakah iman mendatangkan kekecewaan? Sangat bisa. Tetapi jika anda meninggalkan iman Kekristenan karena Allah tidak memberikan apa yang anda inginkan, maka kemungkinannya adalah anda tidak pernah mempercayai pribadi Allah. Mari kita lanjutkan cerita.
Perapian (V.19-30)
Nebukadnezar tidak senang dengan jawaban mereka. Bahkan, jawaban mereka membuatnya semakin marah. Jadi, dia memerintahkan perapian untuk dipanaskan tujuh kali lebih panas dari sebelumnya, sampai panas itu membunuh prajurit yang melemparkan S, M, A ke dalam perapian. Jadi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Apa yang terjadi selanjutnya? Daniel 3:24-25 – Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja!” Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” Nebukadnezar kaget. Dia menghitung, “Satu, dua, tiga, dan empat? Hai para menteri, berapa orang yang kita lemparkan ke perapian? Dan mengapa mereka berjalan dengan bebas di dalam api? Dan siapa pria keempat itu? Kenapa dia terlihat seperti anak dewa?” Kemudian Nebukadnezar memerintahkan S, M, A untuk keluar dari perapian dan dia benar-benar terkejut dengan apa yang dilihatnya. Daniel 3:27 – Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka. Ini Allah sedang pamer. Dia menunjukkan kepada Nebukadnezar siapa sebenarnya yang memegang kendali. Nebukadnezar menantang Allah ketika dia berkata bahwa tidak ada dewa yang bisa menyelamatkan mereka dari tangannya. Dan inilah jawaban Allah. Bahkan tidak ada sedikitpun bekas api yang ditemukan pada mereka.
Jangan lewatkan intinya. Bagaimana cara Allah menyelamatkan mereka? Allah menyelamatkan mereka bukan dari perapian melainkan di dalam perapian. Apakah saudara melihat itu? Maksud saya, Allah bisa menghancurkan perapian dengan mengirimkan halilintar dari surga dan menyelamatkan umat-Nya dari api. Dia bisa merubuhkan atap dan menarik mereka keluar dengan tangan-Nya yang perkasa dari perapian. Tapi dia tidak melakukannya. Sebaliknya, Allah yang tidak membebaskan mereka dari perapian ada bersama mereka di dalam perapian. Setiap kali saya membaca cerita ini, saya teringat akan ayat-ayat yang diberikan papi saya sebelum saya harus menjalani kemoterapi. Yesaya 43:1-2 – Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Perhatikan bahwa Allah tidak mengatakan bahwa Ia akan membebaskan kita dari api. Tapi dia akan berjalan menyertai kita kita melalui api.
Apa implikasinya bagi kita? Ini berarti bahwa kita tidak dapat menghindari penderitaan. Hidup sebagai umat Kristus akan mengharuskan anda untuk mengambil sikap dan hal itu akan menyakitkan. Anda tidak dapat menghindari penderitaan. Jika anda menghindari penderitaan, anda telah berasimilasi dengan budaya. Tetapi Allah berjanji bahwa jika anda mempercayai Allah, ia ada bersama anda di dalam perapian. Betapa indahnya hal ini? Dan tidak hanya itu. Tetapi lihatlah orang yang keempat di dalam api. Siapa orang keempat ini? Ini adalah salah satu momen di mana Yesus muncul dalam Perjanjian Lama. Kenapa dia muncul dalam cerita ini? Karena kisah ini adalah terutama tentang dia. Kita bukan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Kisah mereka menunjuk pada Yesus. Kisah mereka adalah kisah Yesus.
Sama seperti S, M, A, Yesus ditawari untuk sujud dan menyembah pada dewa dunia ini. Yang harus Yesus lakukan hanyalah menyembah Setan dan Setan akan memberikan semua kerajaan dunia ini kepada Yesus. Yesus tidak perlu melalui kayu salib. Setan menawarkan jalan pintas. Tetapi Yesus menolak untuk tunduk kepada Setan. Sama seperti S, M, A, Yesus harus mengambil sikap. Di taman Getsemani, dia berdoa kepada Tuhan, “Bapa, jika engkau mau, engkau sanggup mengambil cawan ini dariku.” Dengan kata lain, Yesus berkata, “Bapa, aku tahu engkau sanggup. Engkau bisa melakukan segala hal. Engkau dapat menghilangkan cawan ini dariku. Engkau sekuat itu. Tidak ada yang mustahil bagiMu. Aku yakin dengan kekuatanMu.” Tapi kemudian Yesus melanjutkan, “Namun, bukan kehendakku yang jadi namun kehendakMu.” Iman Yesus adalah iman tetapi-seandainya-tidak. Yesus berkata, “Aku tahu kamu bisa. Tapi aku percaya jalanMu dan aku percaya tujuanMu di atas kehendakku. Jadi, biarlah kehendakMu yang terjadi dalam hidupku.” Dan karena itu, Yesus masuk ke dalam perapian murka Allah. Tetapi tidak seperti S, M, A, Allah tidak berada dalam perapian bersama Yesus. Di kayu salib Yesus berseru, “Ya Tuhan, Ya Tuhan, mengapa engkau meninggalkan aku?” Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yesus merasakan kehilangan kehadiran Allah. Allah tidak bersamanya. Mengapa? Karena Yesus menanggung hukuman atas dosa kita. Yesus dihakimi atas dosa-dosa kita. Dia menanggung perapian Allah yang terutama. Sehingga hari ini, anda dan saya yang menaruh iman kita kepada Yesus dapat memiliki keyakinan bahwa Yesus berjalan bersama kita melalui api. Saudara, inilah Injil. Kita bukanlah S, M, A. Kita membutuhkan Yesus untuk menyelamatkan kita dari perapian yang terutama. Kita mungkin bukan S, M, A, tetapi di dalam Kristus, kita lebih dari S, M, A. Kita dilindungi oleh kebenaran Yesus yang sempurna dan dia bersama kita di setiap langkah.
Bagaimana kita bisa menghadapi perapian api kita hari ini? Kita harus melihat Yesus masuk ke dalam perapian utama bagi kita. Ini satu-satunya cara. Saya suka cara Keller mengatakannya. “Jika anda tahu Kristus dilemparkan ke dalam perapian yang terbesar untuk anda, anda akan merasakan kehadirannya di perapian yang lebih kecil. Perapian hanya membuat anda lebih baik. Yesus tidak menderita agar anda tidak menderita, tetapi ketika anda menderita, anda menjadi seperti dia.” Salah satu pertanyaan yang sering kita tanyakan di tengah penderitaan adalah ini, “Mengapa? Mengapa Allah mengijinkan aku untuk melalui penderitaan ini?” Dan inilah jawaban Injil. Kita mungkin tidak tahu mengapa Allah mengijinkan kita mengalami penderitaan, tetapi kita bisa tahu dengan pasti bahwa itu bukan karena dia tidak mengasihi kita. Yesus masuk ke dalam perapian Allah untuk kita sehingga dia bisa bersama kita di dalam perapian kita.
Saya akan menutup dengan ini. Di akhir cerita, Nebukadnezar mengakui bahwa tindakan S, M, A untuk tidak menaatinya adalah benar. Dan dia memuji Allah dari S, M, A dan mengakui bahwa tidak ada Allah lain yang bisa menyelamatkan dengan cara ini. Ini sangat penting. Nebukadnezar belum bertobat. Dia harus tenggelam jauh lebih dalam terlebih dahulu sebelum dia benar-benar bertobat. Tapi terjadi kemajuan. Dari pasal 1, 2 dan 3, Nebukadnezar mengalami kemajuan secara perlahan. Inilah poin saya. Penderitaan anda bukanlah hanya tentang anda. Penderitaan anda adalah peragaan keindahan Injil. Orang-orang di sekitar anda memperhatikan bagaimana anda menghadapi penderitaan dan iman mereka perlahan-lahan tumbuh. Jadi, jangan takut mengahadapi penderitaan. Dengarkan perkataan Yesus. Yohanes 16:33 – Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia. Selama anda ada di dunia ini, anda akan memasuki perapian. Tetapi ketika anda berjalan masuk ke dalam perapian, ketahuilah, Yesus sudah ada di dalam menunggu anda. Sang Raja ada di dalam perapian.
Discussion questions:
- List out some examples from your daily life where you are pressured to do something that God forbids. What is the common theme in those lists?
- Recall the three reasons to compromise (rational; wise; theological). Which one do you often used? Why?
- Read Daniel 3:16-18. There are two parts of what true faith is. In your own experience, which one comes more naturally for you? Confident in God’s power or trusting God’s purpose?
- Why is it important to hold the two parts together? What happen when you hold one but not the other?
- What does this story teaches us about living a spiritually bi-cultural life?
- John 16:33 – I have said these things to you, that in me you may have peace. In the world you will have tribulation. But take heart; I have overcome the world. How does Jesus’ words encourage you today?
- Take time to pray for one another as we deal with our own ‘little furnaces.’
Sorry, the comment form is closed at this time.