15 Jun Sacrificial love
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita’pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” 1 Yohanes 3:16.
Ketika kita memahami dan mengalami bagaimana Kristus telah mengasihi kita, cara kita mengasihi’pun berubah.
- Rasul Yohanes berkata bahwa kasih dan kebencian tidak mungkin ada secara
- Kita tidak dapat mengalami kasih Kristus dan membenci saudara-saudara kita di gereja atau komunitas kita (itu salah satunya).
- Tetapi jika kita mengasihi saudara-saudara kita di dalam Kristus, maka kita tahu bahwa kita memiliki hubungan dengan Kristus.
Kehidupan yang penuh kasih merupakan ungkapan hidup beriman.
- Sebelum kita memahami bahwa Allah menerima kita sepenuhnya karena apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, kita tidak akan mampu menjalani hidup yang penuh kasih.
- Jika kita masih berpikir bahwa kita harus mendapatkan penerimaan Allah, segala sesuatu yang kita lakukan akan dimotivasi oleh keinginan yang egois bukan kasih.
Kasih yang utama adalah Yesus sendiri. Yesus sangat mengasihi murid-muridNya dan kita sehingga Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita semua.
- Salib menempatkan semua orang pada posisi yang sama.
- Setiap orang adalah pendosa di mata Allah.
- Setiap orang yang menaruh iman mereka kepada Yesus adalah anak-anak Allah.
Dengan memahami hal ini, kita dimampukan untuk hidup tanpa pamrih demi orang lain.
Kita tidak lagi berpikir bahwa kita lebih baik dari orang lain tetapi kita dimampu’kan untuk mengasihi orang lain apa adanya.
- Hubungan kita (satu sama lain) tidak berdasarkan pada tuntutan tetapi berdasarkan
- Sama seperti Yesus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, kita’pun memberikan hidup kita, satu sama lain.
- Kita mengasihi mereka karena kita telah dikasihi oleh kasih Allah yang sempurna di dalam Yesus Kristus.
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” Yohanes 15:13.
Sacrificial Love (Kasih yang Berkorban) menggambarkan kasih yang tulus dan rela berkorban demi kebaikan orang lain, seperti yang dicontohkan Yesus dalam berbagai tindakan kasih dalam kehidupan sehari-hari.
- Kasih yang berkorban tidak terbatas hanya pada pengorbanan yang besar.
- Kasih ini sifatnya universal dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” 1 Yohanes 3:18.
Kasih yang berkorban bukan tentang perkataan tetapi tindakan nyata.
Dalam keluarga dengan mengampuni kesalahan mereka dan membantu mereka meskipun kita merasa lelah atau tidak ingin.
Dalam pekerjaan dengan menolong rekan kerja tanpa pamrih atau kepentingan pribadi.
Dalam pelayanan dengan memberikan waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan dan sesama meskipun ada tantangan.
- Kasih yang berkorban adalah kasih yang rela memberikan sesuatu yang berharga bahkan mengorbankan kenyamanan (kepentingan atau kebahagiaan pribadi) demi kebaikan orang lain.
- Ini adalah bentuk kasih yang tidak egois dan didasari oleh keinginan yang tulus untuk melihat orang lain diberkati dan dipenuhi kebutuhannya.
- Kasih yang Berkorban Bersifat Universal
“Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” Efesus 3:18.
Kasih yang berkorban adalah prinsip yang relevan di semua zaman, dari dulu hingga sekarang dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” Galatia 6:10.
- Pentingnya Kasih yang Berkorban – kasih yang berkorban mencerminkan karakter Allah.
- Ketika kita mengasihi dengan berkorban, kita menunjukkan karakter Allah.
- Dampaknya adalah menguatkan relasi dalam hubungan keluarga, persahabatan dan komunitas menjadi lebih kuat dan tulus, ketika dilandasi kasih yang berkorban.
- Kasih yang berkorban menginspirasi perubahan positif, mendorong empati dan membangun kepedulian sosial.
- Ciri-Ciri Kasih yang Berkorban – Memberi tanpa pamrih.
- Kasih yang berkorban tidak mencari imbalan atau pengakuan.
- Memberi demi kebaikan orang lain, meskipun itu menyulitkan diri sendiri.
- Menempatkan kebutuhan dan kepentingan orang lain di atas kebutuhan pribadi.
Contoh: Orang tua yang bekerja keras demi pendidikan anak-anak mereka. Bersedia menderita, rela menanggung kesulitan, penderitaan atau kehilangan harta demi anak-anaknya.
Contoh tertinggi: Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” Yohanes 15:13.
- Untuk menghidupi “Kasih yang Berkorban”, dibutuhkan kesadaran, komitmen dan kekuatan dari Tuhan.
- Kita mungkin merasa terbatas tetapi dengan iman dan doa, Tuhan akan memberi kekuatan untuk mengasihi dengan cara yang lebih tulus.
Langkah–langkah praktis yang membantu kita menunjukkan kasih yang berkorban dalam kehidupan sehari-hari:
- Mulai dari Hal-Hal Kecil
- Kasih yang berkorban tidak selalu tentang tindakan yang
- Terkadang kita berpikir bahwa kasih yang berkorban harus berupa tindakan besar yang mengubah hidup seseorang.
- Seringkali kasih sejati terlihat dalam tindakan atau perbuatan kecil yang kita lakukan setiap hari.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar” Lukas 16:10a.
Mulailah dengan tindakan-tindakan yang sederhana:
- Membantu pekerjaan rumah tanpa diminta.
- Mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika seseorang bercerita tentang kesulitannya.
- Memberikan dorongan semangat kepada teman yang sedang berjuang.
Ingatlah bahwa kesetiaan dalam hal-hal kecil, sama dengan kita sedang melayani Tuhan dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
- Memberi Tanpa Pamrih
Kasih yang berkorban tidak mencari keuntungan pribadi atau balasan.
Memberi adalah salah satu ekspresi kasih yang nyata dan Alkitab mengajarkan kita untuk memberi dengan hati yang tulus dan tanpa mengharapkan imbalan.
3 “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu,
4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Matius 6:3-4.
Pemberian harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa mencari pujian.
- Berikan bantuan dengan tulus tanpa mengharapkan pujian atau imbalan.
- Latih kepekaan untuk melihat kebutuhan orang-orang di sekitar kita.
- Berdoa Mohon Kekuatan Tuhan
- Mengasihi dengan cara berkorban tidak selalu mudah dan memerlukan kekuatan dari Tuhan.
- Kita semua menghadapi tantangan dan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
- Terkadang mengasihi dengan tulus bisa terasa sangat sulit; oleh karena itu, kita perlu kekuatan dari Tuhan.
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Filipi 4:13.
- Kita membutuhkan kekuatan Tuhan untuk dapat mengasihi dengan cara yang Tuhan kehendaki.
- Kasih yang berkorban bukanlah kasih yang mudah, namun melalui kuasa Roh Kudus, kita diberi kemampuan untuk mengasihi seperti Yesus.
Untuk menghidupi kasih yang berkorban, kita perlu memiliki hati yang terbuka dan dipimpin oleh kuasa Roh Kudus. Kita mungkin merasa terbatas tetapi dengan iman dan doa, kuasa Roh Kudus akan memberi kekuatan untuk mengasihi dengan tulus.
Sorry, the comment form is closed at this time.