26 Jun Situasi terjepit
Apakah kita pernah memperhatikan kesaksian-kesaksian yang muncul di mimbar-mimbar gereja atau kadang viral di media sosial?
- Saya ini dulu bangkrut, namun setelah saya bertemu dengan Tuhan Yesus; sekarang saya sukses. Tuhan memberkati saya dengan luar biasa.
- Saya dulunya sakit, namun saya bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi, kini saya sembuh dan melayani pekerjaan Tuhan.
- Saya dulu bukan siapa-siapa, setelah saya bertemu dengan Yesus Kristus secara pribadi, sekarang dunia mengenal saya.
Pasti anda pernah mendengar kesaksian-kesaksian semacam itu, bukan?
Apa yang anda rasakan ketika mendengarkan orang-orang bersaksi demikian?
Ikut gembira? Pasti! Kagum? Yaa, sangat mungkin kita merasakan itu.
Namun jika kita mencoba lebih jujur dengan diri sendiri, mungkin kadang muncul juga dalam pikiran kita pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggelisahkan saat kita melihat pada keadaan diri kita.
- Mengapa hal yang seperti itu tidak terjadi dalam hidup saya?
- Mengapa hidup saya tidak ‘seberuntung’ mereka?
- Dan pastinya masih banyak pertanyaan lain yang muncul dalam pikiran kita.
Yaa secara pribadi, saya percaya kesaksian yang seperti itu bisa saja terjadi dalam hidup orang-orang tertentu, namun itu tidak bisa dijadikan patokan, jaminan kepastian bahwa semua orang Kristen akan mengalaminya.
Bisa banyak kemungkinan lain yang akan terjadi.
Salah satunya adalah seperti yang dialami oleh para rasul di bacaan Alkitab kita hari ini, Kisah Para Rasul 5:26-33.
26 “Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu tetapi tidak dengan kekerasan karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka.
27 Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka,
28 katanya: ”Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.”
29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.”
33 Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu.”
Para rasul berada dalam situasi terjepit, antara memilih taat kepada Allah atau kepada manusia. Masing-masing ada konsekuensinya.
- Bila memilih taat kepada Allah, mereka akan dihadapkan pada penganiayaan.
- Bila memilih tidak taat, kemungkinan besar mereka luput dari aniaya tetapi mereka melakukan dosa di hadapan Allah, menghadapi konsekuensi dosa dan rasa bersalah yang menyiksa batin. Tidak kalah menyakitkan dari aniaya fisik, bukan?
Pilihan-pilihan yang dihadapi para rasul bukanlah pilihan-pilihan yang mudah.
- Terjepit
Ayat 28 katanya: ”Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.”
Saat ada bagian jari tangan atau kaki kita yang terjepit oleh sesuatu, pasti rasanya sakit. Pernahkah anda merasakannya?
- Bagaimana reaksi yang biasanya muncul secara spontan, saat orang terjepit jari tangan atau jari kaki? Pada umumnya, secara refleks atau spontan, orang akan segera menarik atau melepaskan bagian yang terjepit.
- Orang tidak akan mau menahan lebih lama rasa sakitnya sebab pasti tidak nyaman. Makin cepat terbebas, makin baik.
Pada kenyataannya, bukan hanya bagian tubuh kita yang bisa terjepit tetapi hidup kita’pun bisa terjepit oleh situasi yang sulit dengan banyaknya pilihan yang rumit.
Sulit dan rumit karena bila salah satu dilepaskan atau ditolak, akan menimbulkan masalah lain.
Beberapa contoh situasi yang terjepit yang muncul dalam keseharian kita yaitu:
- Seperti ketika pimpinan meminta kita untuk bekerja lembur di akhir Minggu, sementara pada saat yang bersamaan ada reuni keluarga besar yang menuntut kehadiran kita.
- Keributan hubungan suami istri yang tidak pernah selesai bahkan makin lama, keadaan lebih sulit karena masing-masing mempertahankan “pride” atau ego mereka. Keributan hubungan suami istri menjadi sangat terjepit karena campur tangan mertua.
- Situasi lain adalah seperti ketika kita harus mengeluarkan biaya yang cukup besar bagi orang tua kita yang sedang sakit; sementara pada saat yang bersamaan, anak kita juga membutuhkan biaya untuk memasuki sekolah yang baru.
- Dan masih banyak lagi keadaan situasi terjepit lainnya, silahkan anda lanjutkan…
Saat dihadapkan pada situasi terjepit, kita perlu memikirkan baik-baik setiap keputusan dan langkah yang akan diambil.
- Namun terkadang orang menjadi tidak sabar, seperti ketika ada bagian tubuh kita yang terjepit.
- Tergesa-gesa mengambil keputusan dan langkah dengan sembarangan, hanya mengurangi rasa sakit, kegalauan hati dan rasa tidak nyaman yang bergejolak.
- Padahal ketika keputusan diambil dengan tergesa-gesa tanpa pertimbangan, biasanya akan menghadirkan situasi terjepit lainnya yang tidak kalah pentingnya.
- Terkadang hanya menunggu waktu datangnya situasi terjepit yang lebih sulit.
- Jalan Tengah?
Itulah yang biasa kita cari ketika sedang berada dalam situasi yang terjepit.
- Kita berusaha mengatur sedemikian rupa agar keinginan atau tekanan dari kedua belah pihak terpenuhi.
- Kalau tidak terpenuhi seutuhnya, yaa minimal separuhnya.
- Mungkir akhirnya kita bersedia lembur di akhir minggu tetapi menyelinap dengan atau tanpa ijin dua jam untuk menghadiri acara reuni keluarga.
- Pride dan ego suami atau istri, yang perlu dilebur jadi satu dan membuat kesepakatan bersama serta menentukan bondaries dalam hubungan dengan mertua.
- Kita membagi uang kita menjadi dua bagian, untuk orang tua dan untuk anak. Sementara kebutuhan terpenuhi, sambil mencari jalan untuk memenuhi sisanya.
Sayangnya tidak setiap masalah ada jalan tengahnya.
- Ada situasi terjepit yang sangat sulit dan memang mengharuskan kita untuk mengambil satu pilihan dan mengabaikan yang lainnya.
- Tentu saja ketika kita mengambil satu pilihan, kita harus siap menanggung resikonya.
Kisah Para Rasul 5:29,33
29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
33 Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu.”
Itulah situasi yang dihadapi oleh para rasul, mereka terjepit dan tidak ada jalan tengahnya. Situasi seperti apa yang menjepit mereka?
- Para rasul hidup dibawah pemerintahan sipil yang ber’otoritas atas diri mereka.
- Sebagai warga negara yang baik, para rasul ingin mentaati peraturan pemerintah.
- Pemerintah pada waktu itu meminta mereka untuk berhenti memberitakan Injil Yesus Kristus. Mereka harus menutup mulut mereka.
- Ancaman yang dihadapkan pada mereka bukan main-main, mulai dari penahanan hingga nyawa.
- Sebelumnya para rasul juga sudah dibawa ke persidangan dan sudah dilarang untuk memberitakan Injil.
Kisah Para Rasul 4:17-18.
17 “Tetapi supaya hal itu jangan makin luas tersiar di antara orang banyak, baiklah kita mengancam dan melarang mereka supaya mereka jangan berbicara lagi dengan siapa pun dalam nama itu.”
18 Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka diperintahkan supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus.”
- Mereka bisa terjerat hukum agama Yahudi sebagai pengajar ajaran sesat. Tapi di sisi lain, para rasul juga menyadari bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan atau penguasa hidup mereka.
- Yesus memerlukan ketaatan dalam diri para rasul.
- Yesus memerintahkan mereka untuk memberitakan Injil.
- Mereka harus membuka mulut.
Para rasul terjepit di antara dua pihak: Allah dan pemerintah yang berkuasa saat itu.
Pernahkah kita mengalami situasi yang terjepit seperti itu?
Bukan masalah waktu yang bisa diusahakan, hubungan suami istri yang masih bisa diperbaiki dan masalah keuangan yang bisa dibagi dua. Tetapi ini sudah menyangkut soal keyakinan batin alias iman kita.
- Atasan anda menjanjikan kenaikan jabatan, namun anda harus menukar keyakinan iman anda.
- Seseorang ingin menikahi anda, namun orang itu meminta anda berganti keyakinan.
- Ada kesempatan untuk meraih keuntungan yang besar tetapi di sisi lain hati nurani kita terusik karena cara yang harus ditempuh, bertentangan dengan keyakinan kita.
Mengapa kita dapat mengalami situasi terjepit seperti itu?
Apakah situasi terjepit adalah bagian dari kehendak Tuhan untuk kehidupan di dunia ini?
- Sebagian orang segera berpikir kalau Tuhan mengizinkan kita berada di situasi terjepit seperti itu berarti Tuhan juga memahami kalau kemudian kita memilih salah satu pilihan yang tidak sesuai atau bukan kehendak-Nya. “Tuhan pasti akan memaklumi saya, situasi saya”.
- Hal semacam itu serupa dengan orang yang menemukan dompet di atas mesin ATM dan kemudian mengambilnya, sambil berkata, “Kalau sudah berkat Tuhan, ggak akan lari kemana-mana. Terimakasih Tuhan!”
Situasi terjepit tidak jarang membuat orang menjadi permisif terhadap dosa, terhadap kehendak Tuhan.
- Standard dan nilai hidup dikompromikan sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.
- Tuhan’pun dianggap akan menutup mata dan bisa memahaminya.
- Tidak jarang juga orang dengan mudahnya kemudian meminta pengampunan atas keputusan yang dipilihnya tetapi bukan dengan penyesalan, malah dengan penuh percaya diri.
Mengapa orang tidak berpikir bahwa situasi terjepit yang dihadapi adalah sebuah ujian dari Tuhan? Jika itu dipahami sebagai ujian berarti situasi terjepit adalah kesempatan yang harus digunakan sebaik mungkin untuk menunjukkan kualitas iman dan kualitas hidup kita. Bukan sebaliknya!
Hadirnya dua pilihan yang bertentangan di dunia ini menunjukkan bahwa kita tinggal di dalam dunia yang tidak ideal sebagai akibat kejatuhan manusia dalam dosa.
- Di dalam dunia yang tidak ideal ini, sering terjadi pertentangan nilai-nilai hidup.
- Di satu sisi, hidup ini adalah perjuangan yang menuntut kita untuk mendapatkan sesuatu.
- Di sisi lain, ada kalanya cara yang tersedia untuk mendapatkan sesuatu itu berbenturan dengan kehendak Tuhan.
Jadi situasi terjepit tidak berarti izin dari Tuhan bagi kita untuk melanggar kehendak-Nya.
- Kehendak Tuhan Di Tengah Situasi Terjepit
Situasi terjepit sering kali bukanlah kehendak Tuhan supaya kita bebas melakukan apa saja, melainkan ujian Tuhan.
- Ujian dari Tuhan yang ingin melihat kedalaman kasih kita kepada-Nya.
- Ujian untuk mewujudkan kasih kita melalui ketaatan kepada kehendak-Nya.
Para rasul menegaskan pilihan mereka, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.” Pilihan yang beresiko, bukan?
Baru beberapa hari yang lalu mereka dipenjarakan karena memberitakan Injil Yesus Kristus.
Kini dengan keputusan itu, mereka menyatakan kesediaan mereka untuk menanggung resiko yang terburuk: kehilangan nyawa mereka.
- Apakah ini bukan pilihan yang sangat beresiko atau setidaknya kurang bijaksana?
- Apakah mereka kurang peka dalam membaca situasi?
- Mengapa mereka tidak berdiam diri dulu sementara dan nanti bila situasi sudah cukup aman, barulah kembali berbicara tentang Injil Yesus Kristus?
Para rasul menyadari ada saatnya mereka bisa menghindar dari permasalahan yang ada. Akan tetapi ada pula saat dimana mereka harus menghadapi masalah yang ada.
Ada saat dimana mereka harus mengambil sikap di antara dua pilihan yang ada.
Para rasul memilih untuk taat dan siap membayar harganya.
Kita perlu belajar dari para rasul.
Ketaatan mereka pada Allah telah berhasil mereka buktikan bahkan dipertontonkan di hadapan orang banyak pada saat itu.
- Bukan berhenti sekedar menjadi niatan untuk taat, yang disimpan di dalam hati yang terdalam, seperti yang mungkin sebagian orang Kristen lakukan.
- Ketaatan mereka, juga bukan tidak mendasar alias hanya ingin show off kehebatan mereka dalam jabatannya sebagai rasul.
- Tetapi ketika nyawa harus menjadi taruhannya, tentu para rasul melakukannya dengan keyakinan yang sangat kuat bahwa Injil dan Yesus itu sendiri, memang paling layak untuk diperjuangkan dan dipertahankan dalam hidup mereka, melebihi hal-hal yang lainnya.
- Berapapun harga yang harus dibayar oleh para rasul, mereka tidak merasa rugi sebab mereka yakin ketika Injil terus diberitakan, nilai ‘keuntungannya’ akan tetap tidak tertandingi, bukan hanya bagi para rasul tetapi juga bagi seluruh dunia.
- Sejarah pada akhirnya membuktikan itu pada kita, bukan?
- Hari ini Injil terus diberitakan ke seluruh dunia.
Hari ini kita dapat mengenal Kristus, ini semua adalah bagian dari karya para rasul yang konsisten dan persisten, meski mereka sering dihadapkan pada situasi terjepit.
- Ketika anda terjepit di antara dua pilihan: mendapatkan sesuatu atau kehilangan kedamaian batin kita, keputusan apakah yang akan anda ambil?
- Ketika anda terjepit dalam hubungan suami istri, melakukan perceraian atau taat pada kehendak Allah, pilihan apakah yang anda lakukan?
Biarlah kita memilih jalan ketaatan, berapa’pun harga yang harus kita bayar.
Ketaatan dan harga yang harus dibayar akan selalu berjalan bersamaan, kita tidak dapat memilih salah satunya.
- Jalan ketaatan inilah yang dilalui oleh Tuhan Yesus.
- Jalan ketaatan ini juga yang dilalui oleh para murid.
- Biarlah jalan ketaatan ini juga, selalu menjadi pilihan kita dalam segala situasi, termasuk di saat-saat terjepit yang paling sulit.
Hikmat, penyertaan Tuhan dan kuasa Roh Kudus, kiranya menolong kita.
“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” Wahyu 2:10.
Sorry, the comment form is closed at this time.