25 Feb The Rarity of Gratitude
“Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”” Lukas 17-11-19
Cerita di atas menceritakan tentang bagaimana 10 orang kusta disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Kita harus ketahui bahwa orang kusta bukan hanya menderita secara fisik dengan sangat luar biasa, namun juga menderita secara mental. Selain dari pada itu orang kusta menderita secara sosial, mereka diasingkan dan dijauhi oleh masyarakat. Dan orang kusta seperti ini tidaklah dapat menerima dirinya sebagaimana dirinya sendiri.
Yang menarik dari cerita di atas adalah dari ke 10 orang yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus, hanya ada 1 orang yang kembali untuk menyembah Yesus; dan orang ini adalah orang Samaria, musuh dari orang Yahudi.
Seperti mujizat yang terjadi pada waktu itu, mujizat juga masih terus terjadi pada hari ini. Sebab Allah yang mengerjakan segalanya, dan Allah kita tidak berubah dulu, sekarang dan selamanya. Iman yang besar membuat kuasa Tuhan semakin besar.
Kenapa 9 dari 10 orang tersebut tidak berterima kasih kepada Tuhan? Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini.
Mungkin saja mereka kurang percaya kalau mereka sudah sembuh total. Dan siapa tahu nanti penyakit kustanya akan kambuh kembali.
Kemungkinan lain adalah, mungkin mereka berpikir nanti saja baru berterima kasih. Tidak perlu tergesa-gesa, sebab masih ada lain waktu untuk berterima kasih kepada Yesus.
Lalu mereka juga mungkin berpikir bahwa mungkin saja itu bukan penyakit kusta, tetapi hanya penyakit kulit biasa saja yang dapat sembuh dengan sendirinya, jadi tidak perlu berterima kasih.
Atau mereka berpikir lebih penting berterima kasih kepada para Imam, sebab pada waktu itu para Imam adalah orang-orang yang sangat penting.
Rasa berterima kasih atau gratitude sudah menjadi barang langka sekarang ini.
Anak-anak kurang berterima-kasih (ungrateful) kepada orang tua.
Sebagai anak-anak, kita harus sadar bahwa kita dapat sukses karena jasa orang tua. Mereka yang mendidik dan juga menyekolahkan kita. Suatu hari nanti kita juga akan menjadi tua dan menjadi orang tua. Bagaimana jika nanti anak-anak kita tidak berterima kasih kepada kita?
Marilah kita belajar untik menghargai dan juga mengasihi orang tua kita. Dan jangan lupa untuk selalu mendoakan mereka.
Sebagai manusia, kita juga mungkin kurang berterima kasih akan sesama kita. Suami istri adakah kalian saling menghargai? Dengan teman sekantor, teman di sekolah, kepada guru-guru, bos ataupun pegawai kita?
Yang terakhir, kita juga mungkin kurang berterima kasih kepada Tuhan. Ada 168 jam dalam seminggu, tetapi hanya 4 jam saja (termasuk waktu perjalanan) untuk Tuhan di hari Minggu kita masih sering tawar menawar dengan Tuhan.
Kita harus belajar untuk berterima kasih kepada Tuhan senantiasa. Orang yang suka mengucap syukur adalah orang rendah hatinya. Kita harus menyadari bahwa: without Christ we are nothing!
Orang yang mengucap syukur adalah orang yang melakukan kehendak Bapa. Dan orang yang yang mengucap syukur adalah mereka yang memiliki karakter yang baik dan yang terpuji.
Dalam segala hal biarlah kita senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan.
“God will not take anything away from you until He has prepared a better thing for you”
When health is lost, something is lost, however, when character is lost, everything is lost!
Dari ke 10 orang kusta, hanya kepada 1 orang Samaria inilah Tuhan Yesus berkata: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
No Comments