14 Aug Tujuh Berkat Injil
Roma 5:1-11
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Dalam rangka bulan ulang tahun ROCK Sydney yang ke 26, hari ini saya akan berkhotbah tentang berkat. Saya akan berkhotbah tentang tujuh berkat yang Tuhan berikan kepada kita melalui kabar baik Injil. Jarang-jarang saya berkhotbah tentang berkat. Ini kado dari saya untuk anda. Dan tujuan khotbah saya hari ini adalah untuk menunjukkan kepada kita bahwa karena Injil, kita bisa memiliki sukacita yang tidak terhancurkan. Dan apa yang saya maksudkan dengan sukacita berbeda dengan kebahagiaan. Sukacita Kekristenan itu unik. Ini yang harus kita mengerti. Sukacita Kekristenan tidak berdasarkan pada keadaan. Sukacita Kekristenan berdasarkan pada kebenaran yang tidak dapat diubah tentang apa yang telah Allah lakukan. Ini sangat berbeda dengan pengertian kita tentang kebahagiaan. Apa yang dunia sebut sebagai kebahagiaan adalah sewaktu kita memegang kendali atas hidup kita atau sewaktu kita menjaga keadaan sekitar kita tetap menguntungkan bagi kita. Tahukah anda bahwa ada situs web, www.happiness.com ? Di situs web ini, mereka mencantumkan lima komponen terutama untuk kebahagiaan. Mereka berkata bahwa jika anda memiliki lima hal ini, maka anda bahagia.
Saya akan mendaftarkannya untuk anda:
1. Miliki kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal, kesehatan yang baik, dan keamanan).
2. Tidur yang cukup. Mungkin ini adalah kata hikmat untuk beberapa dari anda. Mungkin alasan mengapa anda selalu ngomel dan tidak bahagia adalah karena anda perlu tidur lebih banyak.
3. Miliki hubungan yang penting. Implikasinya, jangan menjalin hubungan dengan orang-orang yang menyulitkan. Hindari segala jenis hubungan yang mungkin akan menyakiti dan merugikan anda.
4. Perlakukan orang lain dan diri sendiri dengan penuh belas kasihan.
5. Miliki pekerjaan yang menarik dan memuaskan. Jadi jika anda bekerja di bidang yang anda tidak sukai, keluar dan cari pekerjaan baru yang anda sukai.
Saya yakin banyak dari kita mengangguk sewaktu kita membaca daftar ini. Karena daftar ini masuk akal, setuju? Tetapi izinkan saya memberi tahu anda bahwa daftar ini konyol. Karena daftar ini memberitahu kita bahwa kebahagiaan bergantung pada kita memiliki apa yang kita inginkan dalam hidup. Kebahagiaan bergantung pada kita berada dalam keadaan yang menguntungkan bagi kita. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak berada dalam keadaan yang baik? Bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki makanan yang cukup, tempat tinggal, kesehatan yang baik, dan keamanan? Bagaimana dengan mereka yang membutuhkan uang untuk menghidupi keluarga mereka dan tidak memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan yang menarik dan memuaskan? Apakah mereka ditakdirkan untuk tidak bahagia? Menurut definisi kebahagiaan dalam budaya kita saat ini, jawabannya adalah iya. Mereka tidak mungkin bahagia. Tetapi ini kabar baiknya. Kebahagiaan mungkin tidak tersedia bagi mereka, tetapi sukacita tersedia bagi mereka. Dan inilah yang ditawarkan kepada kita hari ini. Sukacita yang tidak dapat dihancurkan yang tidak bergantung pada keadaan. Jadi, kita bisa berada dalam kelimpahan atau kekurangan. Kita bisa dalam keadaan sehat atau sakit. Kita bisa aman atau dalam bahaya. Kita bisa melajang atau menikah. Tetapi kita bisa selalu memiliki sukacita. Dan sukacita ini tersedia bagi kita secara cuma-cuma. Berapa banyak dari anda yang menginginkan sukacita ini?
Perikop khotbah untuk hari ini adalah serangkaian afirmasi dan berkat. Tidak ada satu perintah pun di dalam perikop ini. Jadi hari ini, saya akan memberikan anda tujuh berkat yang Injil berikan kepada kita dan bagaimana semua berkat ini bekerja untuk memberikan kita sukacita yang tidak terhancurkan yang dirindukan hati kita. Karena ada tujuh berkat, maka dari itu saya memiliki tujuh poin untuk khotbah saya hari ini. Dan beberapa anda langsung berpikir, “Yosi biasanya khotbah tiga atau empat poin dalam waktu 50 menit. Hari ini dia punya tujuh poin. Berarti sekitar 100 menit. Waduh, bakal telat makan siang hari ini.” Jangan khawatir. Ibadah akan tetap selesai on time. Ada amin, saudara? Mari kita masuk ke dalam firman Tuhan.
1. Damai sejahtera dengan Allah
Roma 5:1 – Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Memiliki damai sejahtera adalah obsesi universal manusia. Setiap kita mendambakan damai sejahtera. Ketika kita mendengar apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, kita berduka. Ketika kita mendengar ada penembakan massal yang membunuh banyak orang, kita berduka. Kita tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Kita menginginkan damai sejahtera. Dan ayat ini menawarkan damai sejahtera kepada kita. Tetapi perhatikan ayat ini dengan baik. Paulus tidak mengatakan damai sejahtera untuk semua orang. Tetapi damai sejahtera ini hanya bagi mereka yang telah dibenarkan karena iman. Dengan kata lain, jika anda belum menaruh iman anda kepada Yesus, damai sejahtera ini bukan untuk anda. Damai sejahtera ini hanya untuk anda jika anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda. Dan sewaktu anda menaruh iman anda kepada Yesus, anda memiliki damai sejahtera dengan Allah. Mengapa damai sejahtera dengan Allah sangat penting? Karena alasan utama mengapa hidup kita begitu kacau adalah karena kita telah berdosa terhadap Allah. Kita memberontak melawan Allah. Dan kita tidak hanya berdosa terhadap Allah, tetapi kita juga dilahirkan sebagai orang berdosa. Dari sejak kita lahir, kita adalah musuh Allah. Tidak ada satu pun dari kita yang lahir tanpa dosa.
Saya berikan sebuah contoh. Saya tahu bahwa setiap orang tua berpikir bahwa bayi mereka lucu dan imut. Tetapi mari saya beri tahu anda sesuatu tentang bayi anda. Tidak peduli betapa lucu dan imutnya mereka, bayi anda adalah orang berdosa. Harusnya ada kartu selamat kelahiran dengan tulisan, “Selamat karena anda telah berhasil membawa satu lagi pendosa yang lucu dan imut ke dunia.” Jika anda bekerja dengan anak-anak kecil, anda sangat mengerti ini. Mengapa beberapa anak kecil suka menggigit anak lain? Pernahkah anda bertanya? Apakah karena mereka melihat orang tua mereka berebut remote TV dan menggigit satu sama lain? Saya harap tidak. Mengapa kata-kata favorit mereka adalah “No” dan “mine”? Pernahkah anda bertemu bayi yang tidak egois? Tidak. Sejak mereka lahir, mereka menuntut perhatian anda. “Lihat aku, beri aku makan, atau aku akan membuat hidupmu sengsara dengan tangisanku.” Dan bukan hanya menangis, tetapi mereka juga dengan sangat cepat belajar cara menangis palsu. Dan keegoisan ini tidak berhenti dengan mereka. Keegoisan ini terus mempengaruhi kita. Anda tidak percaya? Saya akan membuktikannya kepada anda. Bagaimana cara anda memutuskan antara foto grup yang bagus dan yang jelek? Mari saya beri tahu anda jawabannya. Anda. Tidak peduli jika semua orang dalam foto terlihat jelek, selama anda terlihat bagus di foto, anda berkata, “Fotonya bagus ya.” Dan tidak peduli jika semua orang terlihat bagus dalam foto, jika anda terlihat jelek dalam foto, anda berkata, “Ini yang foto kurang jago kayaknya. Fotonya jelek.” Apakah saya benar? Kita semua dilahirkan dalam dosa. Inilah realitas hati kita. Kita dilahirkan dengan kecenderungan untuk memberontak melawan Allah dan itulah sebabnya kebutuhan terbesar kita dalam hidup adalah untuk didamaikan dengan Allah.
Tetapi ini masalahnya. Perdamaian dan pengampunan tidaklah gratis. Tidak ada yang namanya pengampunan gratis. Kita memahami ini. Bayangkan ada seorang hakim, dan kita membawa seorang pembunuh berantai ke hadapan sang hakim. Pembunuh berantai tersebut berkata, “Pak hakim, saya benar-benar menyesal atas apa yang telah saya lakukan. Saya berjanji saya akan berubah. Saya berjanji saya tidak akan melakukannya lagi dan saya akan mendedikasikan sisa hidup saya untuk menolong orang lain.” Dan sang hakim berkata, “Oh, oke. Aku bisa melihat betapa tulusnya penyesalanmu. Kalau begitu, aku bebaskan kamu dari hukuman sekarang juga. Kamu tidak perlu membayar untuk kejahatan yang telah kamu lakukan.” Apa yang akan kita lakukan? Kita akan sangat marah. Kita akan menuntut sang hakim untuk dipecat. Mengapa? Karena kita tidak dapat memiliki masyarakat yang baik jika kejahatan tidak dihukum. Kita menginginkan keadilan. Benar saudara? Begitu pula dengan Allah. Kita tidak dapat memiliki alam semesta yang baik jika tidak ada keadilan. Allah tidak bisa dengan begitu saja berkata, “Jadilah pengampunan” dan pengampunan terjadi. Keadilan menuntut bahwa ada harga yang harus dibayar untuk setiap kesalahan.
Dan kabar baik dari Injil adalah bahwa Yesus datang untuk mendamaikan kita dengan Allah. Yesus datang untuk melakukan apa yang kita tidak bisa lakukan. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Yesus menghidupi kehidupan yang sempurna yang tidak bisa kita lakukan. Dia mematuhi semua persyaratan hukum Allah. Dan dia mati di kayu salib untuk menanggung hukuman yang anda dan saya pantas terima atas dosa-dosa kita terhadap Allah. Sehingga ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita didamaikan dengan Allah. Paulus mengatakan bahwa ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita dibenarkan. Dan kata dibenarkan berarti bahwa Allah memperlakukan kita seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Bukan karena Allah lunak terhadap dosa tetapi karena Yesus telah membayar lunas harga dosa. Ya, kita masih memiliki banyak kelemahan dan dosa. Tetapi karena apa yang telah Yesus lakukan, di mata Allah kita sempurna dan tidak bercacat. Dapatkan ini. Pembenaran berarti bahwa ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, saat itu juga kita tidak bercacat di mata Allah sama seperti halnya satu triliun tahun dari sekarang. Allah tidak lagi marah terhadap kita. Kita memiliki damai sejahtera mutlak dengan Allah karena apa yang telah Yesus lakukan.
Dan damai sejahtera ini bukanlah perasaan subyektif hati. Damai sejahtera ini adalah realitas obyektif yang telah dicapai oleh kematian dan kebangkitan Yesus. Kita harus mengerti ini. Mungkin anda bertanya-tanya mengapa kita selalu membicarakan salib Yesus Kristus setiap minggu. Inilah jawabannya. Karena salib Yesus Kristus adalah satu-satunya alasan kita dapat dibenarkan di hadapan Allah. Tidak ada damai sejahtera dengan Allah tanpa salib. Damai sejatera dengan Allah tanpa salib Yesus adalah seperti plasebo. Itu bukan obat. Itu tidak memiliki arti. Tetapi damai sejahtera yang sejati dengan Allah tersedia bagi kita secara gratis. Tidak ada yang kita bisa lakukan untuk pantas mendapatkannya. Yesus telah membelinya untuk kita. Yang harus kita lakukan adalah menaruh iman kita kepada Yesus. Itu saja. Damai sejahtera dengan Allah bukanlah sesuatu yang harus kita capai. Ini adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk kita. Itulah mengapa kita menyebutnya sebagai Injil. Injil bukanlah nasihat yang baik. Injil adalah kabar baik tentang apa yang Yesus telah lakukan untuk kita.
2. Jalan masuk kepada kasih karunia Allah
Roma 5:2 – Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
Kita tidak hanya memiliki damai sejahtera dengan Allah, tetapi kita juga memiliki jalan masuk kepada kasih karunia Allah. Dan kata kasih karunia di sini digunakan untuk menggambarkan posisi istimewa yang kita miliki. Ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita tidak hanya diampuni tetapi kita diadopsi masuk ke dalam keluarga Allah. Kita diberi status yang istimewa sebagai anak-anak Allah. Kita tidak hanya dibebaskan dari kesalahan, tetapi kita juga diundang untuk datang mendekat. Ini berarti bahwa kita selalu memiliki akses yang terbuka ke dalam hadirat Allah. Perhatikan bahasa yang digunakan Paulus. Dia mengatakan bahwa “kita juga beroleh.” Dan kata ini dalam bahasa Yunani ada dalam bentuk tense yang sempurna. Yang memberitahu kita bahwa akses kita untuk masuk ke dalam kasih karunia Allah adalah akses selamanya. Ini bukan akses satu kali seumur hidup; ini adalah akses seumur hidup. Kita tidak keluar masuk dari kasih karunia Allah. Begitu kita menerima kasih karunia Allah, kita memiliki akses kepada kasih karunia Allah selamanya.
Tetapi perhatikan sumber akses ini. Paulus berkata bahwa oleh dia, oleh Yesus Kristus, kita beroleh akses selamanya ini. Ini berarti bahwa kita tidak layak untuk masuk ke hadirat Allah dengan sendirinya. Kita membutuhkan seseorang untuk membawa kita masuk. Saya akan memberikan anda ilustrasi yang saya pinjam dari Tim Chester. Katakanlah anda berada di London, dan anda ingin bertemu dan ngobrol dengan Ratu Inggris. Jadi, anda berencana untuk pergi ke Istana Buckingham, mengetuk pintu istana dan berkata, “Hai, saya ingin bertemu dengan Ratu Inggris.” Dan anda juga berharap anda bisa berkeliling istana dan melihat setiap ruangan. Jadi, anda pergi ke istana dan mengetuk pintu istana. Penjaga di pintu berkata, “Ada yang bisa saya bantu?” “Ya, saya datang jauh-jauh dari Sydney, Australia, dan saya ingin bertemu dengan Ratu Inggris. Dan alangkah baiknya jika saya juga bisa keliling istana dan melihat setiap ruangan. Dan jika Ratu tidak keberatan, saya juga ingin menginap satu malam di salah satu kamar.” “Boleh saya tahu nama anda?” “Nama saya Yosia, anak dari bapak dan ibu Yusuf.” “Baik Pak Yusuf, saya akan cek terlebih dahulu ya. Maaf pak Yusuf, tetapi saya tidak dapat menemukan nama anda dalam daftar. Saya harus meminta anda untuk meninggalkan tempat ini saat ini juga. Jika tidak, maka saya akan memanggil petugas keamanan.” Mereka akan menendang saya keluar dari istana. Mengapa? Karena nama keluarga saya tidak cukup berkuasa untuk membuka pintu Istana Buckingham. Jangan menertawakan nama keluarga saya. Nama keluarga anda juga tidak lebih baik dari nama keluarga saya.
Dan hal ini juga pernah benar bagi seseorang. Apakah anda tahu siapa itu? Kate Middleton. Ada waktu dimana Kate bisa melakukan sama persis seperti yang kita lakukan, dan dia akan diusir dari Istana Buckhingham. Tetapi hari ini sangat berbeda. Hari ini mereka tidak bisa mengusir Kate dari istana. Kate dapat mengatakan, “Saya ingin bertemu dengan Ratu Inggris.” “Siapa kamu?” Apakah anda tahu jawaban Kate? Kate tidak akan menjawab, “Middleton, Kate Middleton.” Tetapi dia menjawab, “Aku bersama dia.” Saudara tahu siapa yang dimaksud dengan dia? Pangeran William. Karena Kate bersama Pangeran William, setiap pintu dan ruangan yang sebelumnya tertutup bagi Kate, kini dia memiliki akses penuh untuk memasukinya kapan pun dia mau. Apa yang terjadi? Kate mengalami perubahan status. Kate bukan lagi wanita biasa, tetapi dia memiliki status yang istimewa karena dia bersama Pangeran William. Inilah yang terjadi pada kita ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus. Yesus tidak hanya memberikan kita damai sejahtera dengan Allah, tetapi dia juga memberikan kita status yang istimewa. Kita memiliki jalan terbuka kepada kasih karunia Allah selamanya.
3. Pengharapan akan kemuliaan Allah
Roma 5:2 – Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
Saya suka ini. Cara Alkitab menggunakan kata harapan berbeda dengan cara kita menggunakan kata harapan. Ketika kita mengatakan bahwa kita mengharapkan sesuatu, apa yang kita katakan adalah bahwa kita berharap bahwa sesuatu akan berubah sesuai dengan yang kita inginkan. Tetapi tidak ada jaminan bahwa hal itu akan terjadi. Saya bisa berkata saya berharap saya menikah ketika saya umur 25. Kemudian saya berharap saya menikah ketika saya umur 30. Kemudian saya berharap saya menikah ketika saya umur 35. Kemudian saya berharap saya menikah ketika saya umur… Beberapa dari anda menunggu angka berikutnya yang akan keluar dari mulut saya. Jangan kepo ya saudara. Tetapi angka berapapun yang saya ucapkan, tidak ada jaminan bahwa harapan saya akan terjadi. Tetapi ketika Alkitab menggunakan kata harapan, Alkitab mengkomunikasikan gagasan kepastian. Kepastian akan janji Allah. Dan Allah berjanji kepada kita bahwa akan tiba suatu hari dimana setiap sudut bumi akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Akitab menjanjikan kita suatu hari di mana segala sesuatu yang salah akan diperbaiki menjadi benar.
Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memberikan jaminan bahwa suatu hari Allah akan memulihkan segala sesuatu yang rusak di dunia ini. Termasuk tubuh kita. Berapa banyak dari anda yang pernah cedera ketika anda sedang tidur? Jadi anda tidur dengan badan yang sehat dan anda bangun dengan badan yang sakit. Jika anda belum mengalaminya, waktu anda akan tiba. Akan tiba hari ketika berpindah dari satu posisi tidur ke posisi lainnya cukup untuk membuat tubuh anda sakit saat anda bangun tidur. Tidak peduli betapa sering anda pergi ke gym, hari itu akan datang untuk anda. Ini adalah hukum alam semesta yang tidak dapat kita hindari, tidak peduli seberapa keras kita mencoba. Nama hukum ini adalah penuaan. Tetapi saya punya kabar baik untuk kita. Akan tiba hari dimana kita bisa tidur dan bangun tanpa rasa sakit. Akan tiba hari dimana tidak ada lagi sakit punggung, sakit kepala, sakit hati, kanker, AIDS, COVID19, atau penyakit apa pun. Kematian dan kebangkitan Yesus menjamin hari itu bagi kita. Kita bersukacita dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
4. Bermegah dalam kesengsaraan
Roma 5:3-4 – Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Kematian dan kebangkitan Yesus mengubah cara pandang kita terhadap penderitaan secara radikal. Paulus berkata bahwa kita bermegah dalam kesengsaraan kita. Dan ini bukan masokisme. Ini bukan, “Kesengsaraan! Aku suka hidup sengsara! Mari datanglah kepadaku hai kesengsaraan.” Tidak. Tetapi ada alasan ilahi mengapa kita bisa bermegah dalam kesengsaraan kita. Kita bermegah dalam kesengsaraan karena kesengsaraan menimbulkan ketekunan. Kita mengerti ini. Tidak ada ketekunan tanpa kesengsaraan. Kita tidak bisa memiliki tubuh yang bugar tanpa rasa sakit. Untuk memiliki tubuh yang bugar, kita harus berolahraga. Kita harus menahan rasa sakit. Kesengsaraan menimbulkan ketekunan. Dan ketekunan menimbulkan tahan uji. Ketekunan kita untuk menanggung kesengsaraan menghasilkan tahan uji di dalam diri kita. Dan tahan uji tidak diproduksi dalam satu malam. Tahan uji adalah hasil dari bertekun membuat pilihan-pilihan kecil yang konsisten setiap hari dalam jangka waktu yang lama. Dan kemudian tahan uji menimbulkan pengharapan. Bagaimana? Karena sewaktu kita tahan uji, itu membuat kita semakin yakin dengan harapan yang kita miliki akan janji Allah untuk masa depan kita. Allah yang setia dalam kesengsaraan kita saat ini dapat dipercaya untuk masa depan. Kita bermegah dalam kesengsaraan kita karena kita tahu bahwa kesengsaraan digunakan oleh Allah untuk kebaikan kita.
Ada suku kuno di Jepang yang terkenal dengan tembikarnya. Apa yang mereka lakukan adalah setelah mereka membuat bejana yang indah, mereka akan menghancurkan bejana itu dengan batu menjadi ratusan keping. Kemudian mereka akan menyatukan kembali ratusan keping itu dengan emas yang dicairkan yang menyegel retakannya. Dan tembikar yang telah dipulihkan menjadi jauh lebih berharga daripada tembikar sebelum dihancurkan. Dan inilah yang Allah lakukan dalam hidup kita. Allah menggunakan kesengsaraan untuk menghancurkan kita berkeping-keping sehingga Dia dapat mengisi tempat-tempat yang retak dalam hidup kita dengan pribadi-Nya. Saya tahu bahwa hal ini benar dari perkataan Alkitab dan juga dari pengalaman pribadi saya sendiri. Pada hari-hari kesengsaraan dan penderitaanlah saya mengalami manisnya kasih Tuhan terhadap saya. Awal tahun ini, saya ngobrol dengan teman baik saya dan dia menceritakan bagaimana tahun 2021 adalah tahun yang sangat sukar bagi dia. Dia melewati banyak hal yang menyakitkan. Namun dia juga mengatakan bahwa tahun 2021 adalah tahun yang sangat manis bagi dia. Karena justru saat dia sangat kesakitan dan merasa sangat lemah, disitulah dia merasakan manisnya kasih Tuhan terhadap dia. Coba saya tanya. Berapa banyak dari anda yang pernah mengalami manisnya kasih Tuhan di tengah penderitaan yang anda alami? Angkat tangan. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Kesengsaraan menuntun kepada kedewasaan dan kemuliaan. Inilah sebabnya mengapa kita bermegah dalam kesengsaraan kita.
5. Kepastian kasih Allah
Roma 5:5 – Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Injil memberikan kita kepastian akan kasih Allah. Dan kepastian ini adalah pengalaman subyektif dan juga realitas obyektif. Mari saya bicara tentang pengalaman subyektif terlebih dahulu. Alasan pengharapan tidak mengecewakan adalah karena Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Kasih-Nya kepada kita tidak akan gagal. Bagaimana kita bisa tahu? Karena Allah telah memberikan Roh Kudus kepada kita. Dan Roh Kudus mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita. Dengan kata lain, Roh Kudus memberikan kita kepastian akan kasih Allah. Roh Kudus membuat kita mengalami kasih Allah secara mendalam dan menyegarkan. Martyn Lloyd Jones mengatakannya seperti ini. Bayangkan seorang ayah berjalan di sepanjang pantai dengan anaknya sambil berpegangan tangan. Anak itu tahu bahwa ayahnya mengasihinya. Tetapi tiba-tiba, sang ayah berhenti berjalan, mengangkat anak itu, memeluknya, menciumnya, dan mengatakan kepadanya betapa dia mengasihinya. Apakah melakukan hal tersebut membuat sang ayah semakin menyayangi anaknya? Tentu tidak. Anak itu selalu tahu bahwa ayahnya mengasihinya. Tetapi apa yang dilakukan sang ayah memungkinkan anak itu untuk menikmati kasih ayahnya. Dan itulah yang dilakukan Roh Kudus di dalam hati kita. Roh Kudus memampukan kita untuk menikmati manisnya kasih Allah bagi kita. Kasih Allah adalah pengalaman subyektif.
Tetapi kasih Allah bukan hanya pengalaman subyektif, tetapi juga realitas obyektif. Roma 5:6-8 – Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Perhatikan ini. Bagaimana cara kita mengukur kasih? Tingkat kasih diukur sebagian dari mahalnya harga pemberian yang dibayar sang pemberi, dan sebagian dari ketidaklayakan sang penerima. Semakin mahal pemberian yang diberikan oleh sang pemberi, semakin tidak layak sang penerima, semakin besar ukuran kasih yang terlihat. Semakin besar kesenjangan, semakin besar kasih. Apakah anda setuju dengan saya? Saya jelaskan. Setiap dari kita menyukai cerita pahlawan. Apalagi, jika pahlawan itu mati untuk menyelamatkan orang yang dikasihinya. Makanya saya meneteskan air mata sewaktu Iron-Man mati di Avenger endgame. “I love you 3000” dan semua orang yang menonton menangis. Jika anda tidak menangis, anda perlu bertobat karena anda memiliki hati yang keras. Kita menyukai gagasan pengorbanan kasih untuk orang yang kita kasihi. Dan Paulus berkata bahwa dunia memiliki kosakata untuk hal tersebut. Seseorang mungkin berani mati demi orang yang baik. Kita berani berkorban untuk orang yang kita kasihi. Tetapi kasih Allah berbeda.
Paulus mengatakan bahwa penerima kasih Allah adalah orang-orang yang lemah, durhaka, dan berdosa. Dan kemudian Paulus juga menggunakan kata musuh. Lemah, durhaka, pendosa dan musuh. Inilah gambaran orang-orang yang menerima kasih Allah. Saya tahu ini tidak enak didengar. Kita senang mendengar, “Anda adalah orang yang baik. Anda luar biasa. Anda menakjubkan. Anda layak untuk dikasihi.” Tetapi Paulus berkata, “Anda seorang bajingan. Anda sangat jahat, sangat buruk, sangat lemah, sangat tidak layak untuk dikasihi.” Itulah siapa kita. Dan kita perlu merangkul kebenaran ini. Mari saya beritahu alasannya. Semakin besar kesadaran akan besarnya dosa kita, semakin besar kesadaran akan kesenjangan antara kita dan Allah, semakin besar pemahaman yang kita miliki tentang besarnya kasih Allah terhadap kita. Saya berikan sebuah cerita. Suatu hari, Yesus sedang makan malam di rumah Simon, salah seorang pemuka agama. Simon menyukai Yesus. Tetapi kemudian datang seorang pelacur dan dia menangis di kaki Yesus. Dan dia mengurapi kaki Yesus dengan minyak dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Simon berkata, “Yesus, tidakkah kamu tahu siapa dia? Dia adalah seorang pelacur. Mengapa kamu membiarkan dia melakukan itu?” Yesus menjawab, “Simon, aku punya satu cerita untukmu. Ada dua orang yang berutang kepada tuan yang sama. Seorang berutang $500,000 dan orang yang lain berutang $5,000. Keduanya tidak dapat membayar hutang dan tuannya membebaskan hutang kedua orang ini. Orang yang mana yang akan lebih mengasihi sang tuan?” Simon menjawab, “Orang yang diampuni $500,000.” Yesus berkata, “Jawaban kamu benar. Mereka yang diampuni sedikit mengasihi sedikit. Mereka yang diampuni banyak mengasihi banyak.” Anda mengerti apa yang Yesus katakan kepada Simon? Dia berkata, “Simon, kamu menyukaiku. Tetapi wanita ini mengasihiku. Kamu tahu mengapa? Karena menurutmu dosamu kecil. Kamu kira kamu baik. Tetapi wanita ini tahu bahwa dosanya banyak. Dan karena itu, dia penuh dengan kasih karena pengampunan yang dia terima. Simon, alasan kamu tidak mengasihiku dengan sangat adalah karena kamu tidak tahu betapa berdosanya kamu.”
Dan hal yang sama juga berlaku bagi kita. Mungkin alasan mengapa kita tidak dibanjiri oleh kasih Allah adalah karena kita tidak tahu betapa tidak layaknya kita. Kita tidak tahu betapa berdosanya kita. Bayangkan seorang teroris membunuh satu-satunya anak anda. Dan bukannya membuat dia dieksekusi, anda malah menggantikan posisi dia. Dia hidup dan anda mati. Ini tidak masuk akal. Tetapi inilah yang Allah lakukan untuk kita. Allah mengasihi kita ketika kita masih berada di dalam kondisi terburuk kita. Dan tidak hanya itu, Allah juga menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan memberikan kita pemberian yang paling mahal, nyawa putra Allah satu-satunya. Jadi inilah Injil. Injil adalah: Allah memberikan pemberian terbaik (Yesus Kristus), membayar harga termahal (kematian di kayu salib), untuk yang paling tidak layak (musuh-Nya). Dan dia melakukannya tanpa persetujuan kita. Yesus sudah mati untuk dosa-dosa kita ketika kita belum mengenal dia. Inilah yang membedakan kasih Allah dengan kasih manusia. Kasih manusia berorientasi pada obyek. Kasih manusia melihat kelayakan sang penerima. Tetapi kasih Allah berorientasi pada subyek. Kasih Allah tidak melihat kelayakan sang penerima tetapi didasarkan pada siapa Dia. Allah tidak mencintai kita karena kita indah. Allah mencintai kita untuk membuat kita indah. Jadi, Allah telah memberikan kita alasan subyektif dan obyektif untuk mempercayai kasih-Nya di tengah kesengsaraan. Inilah mengapa kita bisa bermegah.
6. Jaminan keselamatan
Roma 5:9-10 – Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
Di sini, Paulus memberikan kita argumen dari yang lebih besar ke yang lebih kecil. Saat ini, jika kita telah menaruh iman kita di dalam Yesus, kita telah diselamatkan dari hukuman dosa tetapi kita belum diselamatkan dari keberadaan dosa. Hari itu akan datang, dan kita bersukacita dalam pengharapan akan kedatangan hari tersebut. Dan ketika hari itu datang, Allah akan menghakimi semua orang. Dan murka Allah akan dicurahkan kepada semua orang yang menolak Yesus. Dan inilah argumen Paulus. Jika kita telah dibenarkan dengan Allah oleh darah Yesus, Yesus juga pasti akan menyelamatkan kita dari murka Allah pada hari penghakiman. Mengapa? Karena kematian Yesus telah mendamaikan kita dengan Allah. Dan rekonsiliasi ini terjadi bukan hanya di satu sisi tetapi di dua sisi. Jadi sebelum pendamaian, bukan hanya kita yang memusuhi Allah, tetapi Allah juga memusuhi kita. Kita berdosa terhadap Allah dan Allah sangat marah terhadap kita. Apa yang pantas kita terima adalah murka Allah. Kita berseteru dengan Allah. Tetapi inilah yang mengejutkan tentang Injil. Jika kita adalah pihak yang dirugikan, kita akan mengharapkan pihak yang lain yang memulai rekonsiliasi. Setuju? Tetapi Injil mengejutkan karena pihak yang dirugikan adalah pihak yang mengambil inisiatif untuk rekonsiliasi. Allahlah yang memulai keselamatan kita dengan mengirimkan Yesus untuk mati bagi dosa-dosa kita. Harga rekonsiliasi kita dengan Allah adalah Allah harus mengorbankan Putra-Nya. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa Yesus tidak tetap mati. Yesus bangkit dari kematian dan hidup selamanya untuk menjadi perantara bagi kita.
Dan inilah argumen Paulus. Jika Allah mengambil inisiatif untuk mendamaikan kita dengan Dia dengan mengorbankan Yesus, tentu pasti Dia tidak akan meninggalkan kita karena Yesus bangkit dari kematian. Dengan kata lain, jika Allah telah melakukan hal yang sukar, kita dapat mempercayai Dia untuk melakukan hal-hal yang lebih mudah. Jika Allah telah menyelamatkan kita yang dahulu adalah musuh-musuh-Nya dengan kasih karunia semata-mata, apa yang membuat kita berpikir bahwa dia akan gagal menjaga kita dalam kasih karunia-Nya? Jika sejak awal kita tidak pantas mendapatkan kasih-Nya, bagaimana mungkin kita bisa kehilangan kasih-Nya? Jika Allah telah mengampuni kita saat kita adalah musuh-Nya, betapa lebih dia akan menerima kita pada hari penghakiman ketika kita adalah anak-Nya? Apakah anda mengerti argumen Paulus? Kematian Yesus membuktikan kasih Yesus kepada kita. Kebangkitan Yesus membuktikan Yesus akan menyelesaikan apa yang dia mulai. Kematian Yesus menjamin pengampunan kita. Kebangkitan Yesus menjamin keselamatan kita. Dia tidak akan berhenti di tengah. Dia mencintai kita dengan kasih yang sempurna. 10 miliar tahun dari sekarang, dia akan mencintai kita sama seperti dia mencintai kita di detik kita percaya. Kematian dan kebangkitan Yesus memberikan kita jaminan akan keselamatan kita.
7. Bermegah dalam Allah
Roma 5:11 – Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Inilah alasan mengapa kita dapat memiliki sukacita yang tidak dapat dihancurkan. Jadi, mari kita satukan semua berkat ini. Karena Injil, kita memiliki damai sejahtera dengan Allah. Kita tidak perlu lagi ketakutan di hadapan Allah. Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih. Karena Injil, kita memiliki jalan terbuka kepada kasih karunia Allah selamanya. Kita selalu disambut di hadirat Allah. Karena Injil, kita memiliki pengharapan dalam kemuliaan Allah. Kita tahu pasti bahwa akan tiba hari dimana segala sesuatu yang salah akan diperbaiki menjadi benar. Karena Injil, kita dapat bermegah dalam kesengsaraan kita saat ini. Kita tahu bahwa Allah menggunakan kesengsaraan untuk kebaikan kita. Karena Injil, kita memiliki kepastian akan kasih Allah terhadap kita. Kita memiliki pengalaman subyektif akan kasih Allah melalui Roh Kudus. Dan kita juga memiliki realitas obyektif akan kasih Allah melalui fakta bahwa Yesus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Karena Injil, kita memiliki jaminan keselamatan. Jika Allah mendamaikan kita dengan Dia saat kita masih menjadi musuh-Nya, tentu pasti Dia tidak akan gagal menyelamatkan kita pada hari penghakiman. Dia yang memulai pekerjaan baik di dalam kita akan menyelesaikannya pada hari Yesus Kristus.
Dan perhatikan. Dalam semua berkat ini, tahukah anda apa kontribusi kita? Tidak ada sedikitpun. Allahlah yang melakukan semua pekerjaan dari awal sampai akhir. Allah adalah pelaku yang aktif. Kita adalah penerima yang pasif. Inilah sebabnya mengapa kita bermegah dalam Allah. Kita bermegah bukan dalam hak istimewa kita, tetapi dalam belas kasihan Allah; bukan karena kita memegang Allah, tetapi karena Allah memegang kita. Dan Allah melakukan semuanya melalui Yesus Kristus. Semua berkat Injil datang melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Saya suka cara John Piper mengatakannya. “Allah membayar harga putra-Nya untuk memberikan kita hadiah pribadi-Nya.” Dengan kata lain, pemberian terutama Injil adalah sosok yang membayar harga Injil. Allahlah yang membayar harga Injil, Allahlah yang menerima semua kemuliaan, dan Allahlah pemberian terutama dari Injil. Dan tidak ada yang dapat mengambil Allah dari kita. Baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak ada yang akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Inilah mengapa kita bermegah dalam Allah.
Inilah sukacita yang tidak terhancurkan yang ditawarkan Allah bagi kita. Dan sukacita ini menjadi milik kita saat kita menaruh iman kita di dalam Yesus Kristus. Kita dapat bersukacita setiap saat di dalam Allah karena kita tahu bahwa Allah tidak akan gagal menjaga kita. Allah melihat kita dalam keadaan terburuk kita dan dia berkata kita berharga. Dan Dia menggunakan penderitaan untuk membentuk kita demi kebaikan kita. Karena Yesus, kita memiliki sukacita yang tidak bergantung pada keadaan, sukacita yang tidak dapat dihancurkan. Maka dari itu, hari ini, sadarilah betapa besarnya dosa kita. Sadarilah betapa tidak layaknya kita. Terima kabar baik Injil Yesus Kristus. Dan bermegahlah atas apa yang Allah telah lakukan untuk kita. Mari kita berdoa.
Discussion questions:
- What is the difference between happiness and joy? Give some daily life examples.
- Why can’t we have peace with God without the cross of Jesus Christ?
- How can we rejoice amid sufferings? Share your story.
- Read Romans 5:6-8. What stands out the most for you in these verses?
- Out of the 7 blessings of the gospel, which one speaks the most to you?
- Take time to rejoice in God through prayer. Each member prays a short prayer praising God for what Jesus has done in relation to their answer to question 5.
Sorry, the comment form is closed at this time.