Too Wonderful for Comprehension – May 13

By Deborah Sherlly Yusuf

 

Setelah menjadi seorang ibu, saya menyadari bahwa saya ternyata memiliki kemampuan untuk mengasihi lebih dari yang saya kira. Kebutuhan saya untuk tidur, makan, seringkali menjadi nomer yang kesekian setelah saya selesai melayani kebutuhan anak saya.

 

Tetapi herannya, sebuah senyum yang tersungging di bibir si kecil cukup untuk menghilangkan semua rasa lelah. Ketika saya merasa kewalahan, belaian tangannya di wajah saya sanggup meluluhkan dan memulihkan semangat.

 

Suatu hari saya sedang menjemur cucian. Si kecil yang waktu itu baru berumur 5 bulan saya baringkan di atas ranjang saya yang berukuran king-size. Di tengah-tengah saya menjemur, tiba-tiba saya mendengar suara “BAM” dari kamar. Segera saya berlari, dan ketika saya sampai dikamar, saya melihat si kecil sudah di bawah dalam posisi tengkurap. Seketika itu juga hati saya seperti tersambar petir rasanya. Segera saya gendong ia erat-erat sambil berdoa memohon supaya tidak ada bahaya yang terjadi. Puji Tuhan, dia tidak apa-apa.

 

Dalam waktu yang singkat saya belajar banyak sekali mengenai kasih orang tua kepada anak. Dan saya pun mempertanyakan, jika saya, manusia yang penuh dengan kelemahan bisa mengasihi dengan begitu dalam, bagaimana dengan kasih Bapa di Surga kepada puteraNya yang tunggal? Kasih Bapa kepada Yesus jauh melebihi kasih saya kepada si kecil. Akan tetapi, Bapa rela memberikan Yesus bagi kita, orang berdosa.

 

Pengorbanan ini tidak bisa saya mengerti, dan tidak akan pernah saya pahami. Sebesar-besarnya saya mengasihi seseorang, saya tidak mungkin merelakan anak saya untuk mati menggantikan orang tersebut. Tetapi satu hal yang saya tau pasti, karena pengorbanan ini, hidup saya menjadi berarti dan saya menikmati kemurahanNya yang luar biasa. Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda berjumpa dengan Kasih yang melebihi kasih apapun di dunia ini?

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.