Tarik-Ulur (Trade-Off) – Apr 15

By Edwan Putro

 

Anda mungkin pernah membaca kisah mengharukan ayah dan putrinya yang berjudul “Aku Mau Bayar Waktu Papa Setengah Jam” (sumber: http://mrcoppas.blogspot.com.au/2011/10/kisah-mengharukan-ayah-dan-putrinya-aku.html). Kisah ini mengingatkan para orangtua bahwa pengorbanan juga terjadi pada anak kepada orangtua. Di Sydney Australia, anak mungkin sudah masuk ke Childcare sejak umur 1 tahun karena orangtua bekerja penuh waktu. Orangtua berjuang secara finansial untuk menghidupi keluarga, dan juga mempunyai motivasi untuk memberikan better opportunity untuk anak dengan dasar the earlier to learn something, the better the future. Hal ini hanya menjadikan anak lebih independent sejak dini namun tidak menjamin anak menjadi lebih pintar. Setiap orangtua mengeluarkan minimal 10% dari penghasilan mereka untuk menyekolahkan dan mengirim anaknya ke tempat kursus dengan tujuan supaya menjadi lebih pintar dalam bidang akademik tertentu.

 

Guru hanyalah the second educator, tetapi orangtua adalah the first and best educator. Anak-anak menghabiskan waktu sekitar 50 jam per minggu untuk belajar di childcare atau sekolah. Kita sebagai orangtua yang bekerja, hanya mempunyai waktu maksimal 4 jam per hari untuk menemani anak pada hari kerja, dan maksimal 12 jam pada akhir pekan. Itu pun kalau tidak ada aktivitas apapun.

 

Secara umum, kehidupan kita hanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu tidur, bekerja, keluarga dan diri sendiri. Tidur dan bekerja saja sudah menghabiskan hampir 80% dari 24 jam. Bagaimana caranya supaya kita bisa menggunakan 20% sisa waktu kita untuk menghasilkan 100% hasil yang sempurna? Dengan keterbatasan waktu inilah, kita sebaiknya menerapkan Christian Approach to Work-Life Balance, yaitu memiliki kualitas waktu yang cukup bersama keluara dan diri sendiri sesuai dengan firman Tuhan.

 

Ingatlah kisah diatas, bahwa seorang anak sangat membutuhkan kualitas waktu bersama orangtua. Jika anda seorang workaholic christian, ingatlah bahwa kita tidak diciptakan untuk bekerja secara konstan (Ulangan 5:12-15), tetapi kita diciptakan untuk bekerja keras dan cerdas (Amsal 6:6-11).

 

Alkitab juga banyak membahas tentang contentment (kepuasan hati), yang membawa kita ke garis batas antara what we desire dan what we have. Contentment sebaiknya dijadikan sebagai teman untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Pengkhotbah 6:7 mengingatkan bahwa pekerjaan tidak akan membuat kita puas. Hanya hubungan kita dengan Tuhan dapat membuat kita benar-benar puas (Mazmur 63:5-6). Tanamkanlah di pikiran anda bahwa keluarga dan pekerjaan kita adalah bagian dari ministry dan worship, tanpa mengorbankan apapun.

Tags:
,
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.