Apakah doa mengubah keadaan?

Kisah Para Rasul 12:1-17

Kisah 12:6-11 – Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya: “Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!” Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: “Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!” Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: “Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”

Ada seorang wanita yang tinggal di daerah terpencil yang tidak memiliki listrik dan dia menginginkannya. Dia menelepon sebuah perusahaan listrik dan mereka mengatur agar dia bisa mendapatkan listrik di rumahnya. Tetapi kemudian perusahaan listrik tersebut melihat bahwa setelah hampir enam bulan rumah itu memiliki listrik, hanya satu unit listrik yang digunakan. Wanita ini menginginkan listrik, dia sudah mendapatkan listrik, namun dari data yang mereka terima, hampir tidak ada listrik yang digunakan. Jadi mereka menghampiri wanita ini untuk memastikan bahwa tidak ada masalah dan mereka berkata kepadanya, “Ibu, apakah ibu menggunakan listrik ibu?” Wanita ini menjawab, “Tentu.” Mereka kemudian berkata, “Bolehkah kami tahu untuk apa ibu memakainya?” Dia berkata, “Ketika hari sudah gelap, saya menyalakan listrik secukupnya untuk memanasi lampu minyak tanah saya.” Anda lihat apa yang terjadi? Wanita ini tidak memahami tenaga yang dia miliki. Dia memiliki tenaga yang mampu membuat rumahnya terang sepanjang malam tapi dia hanya memakainya untuk menyalakan lampu minyak tanah. Ini adalah gambaran dari banyak umat Kristus yang puas hanya dengan lampu minyak tanah sementara Allah telah memberikan kekuatan untuk menerangi seluruh rumah.

Ketika kita melihat kitab Kisah Para Rasul, kita melihat kekuatan Allah yang besar bekerja melalui orang-orang yang mengambil bagian dalam pergerakan Injil. Dan inilah yang saya inginkan untuk kita. Saya ingin kita menjadi umat Kristus yang tidak hanya datang ke gereja, mendengarkan khotbah, didorong oleh Injil, pulang dan hidup seperti Injil tidak nyata. Saya ingin kita menjadi umat Kristus yang tahu bahwa kita memiliki kekuatan Allah yang tidak terbatas yang dapat kita gunakan untuk berpatisipasi dalam pergerakan Injil. Allah telah memberikan kita Roh Kudus agar kita dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan seluruh sumber daya surga. Allah telah menempatkan dirinya di dalam kita sehingga kita dapat mengalami kehadiran dan kuasanya dalam hidup kita. Namun, ada satu trik untuk itu. Agar kita dapat mengalami kehadiran dan kuasa Allah, kita perlu berdoa. Hari ini, kita akan berbicara tentang doa.

Topik doa adalah topik yang sulit. Topik ini sulit bukan karena hal ini sulit untuk dipahami, tetapi karena hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Sebagai umat Kristus, kita tahu bahwa kita perlu berdoa. Ada banyak orang yang berkata bahwa doa adalah seperti bernafas. Sama seperti anda tidak bisa hidup tanpa bernafas, anda tidak bisa berfungsi sebagai orang Kristen tanpa berdoa. Tetapi jika kita bisa jujur, banyak dari kita yang bergumul dengan doa. D.A. Carson mengatakan bahwa jika anda ingin mempermalukan kebanyakan orang Kristen, tanyakan kepada mereka bagaimana kehidupan doa pribadi mereka sehari-hari. Dan ijinkan saya mengangkat tangan. Saya tidak konsisten dalam kehidupan doa saya. Saya suka membaca dan belajar. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk mempelajari Alkitab. Tapi untuk berdoa? Ini adalah perjuangan yang sukar. Berapa banyak dari anda yang bergumul dalam kehidupan doa pribadi anda? Pertanyaannya adalah, kenapa? Kita tahu bahwa kita harus berdoa tetapi mengapa kita bergumul untuk berdoa? Menurut saya, ada banyak alasan mengapa kita bergumul untuk berdoa. Tapi saya hanya akan fokus kepada satu alasan saja hari ini. Dan menurut saya ini adalah alasan yang paling dasar. Kita bergumul untuk berdoa karena menurut kita doa itu tidak berguna. Maksud saya, ada saat-saat dimana kita berdoa, dan doa kita berhasil. Kita mendapatkan apa yang kita doakan dan itu menyenangkan. Tapi ada juga saat dimana kita berdoa, dan tidak ada yang terjadi. Dan ada kalanya kita tidak berdoa untuk hal yang seharusnya kita doakan dan hal itu tetap terjadi. Dan karena itu, kita tidak yakin apakah doa sebenarnya berguna. Apakah saya benar? Bacaan kita hari ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini untuk kita.

Izinkan saya memberikan anda konteks untuk bacaan kita hari ini terlebih dahulu. Dalam pasal-pasal di Kisah Para Rasul sebelumnya, kita melihat bagaimana pergerakan Injil dimulai di Yerusalem dan menyebar ke Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Di Kisah Para Rasul 11, kita melihat bagaimana gereja di Antiokhia dimulai. Dan gereja ini menjadi pangkalan bagi pergerakan Injil di seluruh dunia. Tapi kemudian Kisah Para Rasul 12 memberi tahu kita tentang krisis yang terjadi di Yerusalem. Dan ini bukan krisis kecil namun krisis besar. Hal ini memberi tahu kita sesuatu tentang pergerakan Injil. Akan ada harga yang signifikan untuk pergerakan Injil. Akan selalu ada pertentangan terhadap pergerakan Injil. Dengan kata lain, jika kita mengambil peran dalam pergerakan Injil, kita pasti akan menghadapi masalah. Saya jamin 100% uang kembali. Namun, justru di saat-saat kesusahan itulah kita akan menyaksikan kuasa Allah yang sesungguhnya. Bagi umat Kristus, masalah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Masalah adalah kesempatan untuk menyaksikan tangan Allah atas hidup kita. Allah adalah spesialis nomor satu dalam memecahkan keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bacaan ini menjelaskan kepada kita bahwa tidak ada yang dapat menghentikan pergerakan Injil untuk terus maju. Cerita ini ditulis untuk menyemangati kita saat kita mengambil bagian di dalam pergerakan Injil.

Saya memisahkan cerita ini menjadi tiga bagian: Krisis; Pertolongan; Kegagalan. Dan kemudian saya akan memberikan anda tiga pelajaran dari bacaan ini.

Krisis

Kisah 12:1-5 – Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.

Mari saya berikan latar belakang cerita terlebih dahulu. Ada tiga Herodes yang berbeda di dalam Alkitab. Herodes Agung, Herodes Antipas dan Herodes Agripa I. Herodes dalam cerita ini adalah Herodes Agripa I. Pada awal pemerintahannya, Herodes Agripa tidak disukai oleh banyak pemimpin politik. Tapi dia adalah teman dari Kaisar Caligula dan Claudius. Jadi, ketika Caligula berkuasa, Herodes Agripa dijadikan penguasa atas Yudea dan Samaria. Dan ini berlanjut pada masa pemerintahan Claudius juga. Karena itu, Herodes Agripa berusaha keras untuk menyenangkan orang-orang Yahudi. Dia ingin orang-orang Yahudi menerima dia sebagai penguasa mereka. Dan dia menyadari bahwa karena para pemimpin agama Yahudi membenci pengikut Yesus, cara terbaik untuk mendapatkan dukungan mereka adalah dengan menentang Kekristenan. Dan dia sangat pintar. Ketika Saulus mencoba menghancurkan Kekristenan, dia menangkap orang-orang Kristen awam. Tapi Herodes lebih pintar. Untuk menghentikan sebuah pergerakan, anda tidak membunuh pengikut; Anda membunuh para pemimpin pergerakan. Dan itulah apa yang dia lakukan.

Pertama, dia membunuh Yakobus. Ini bukan Yakobus yang menulis kitab Yakobus. Itu adalah Yakobus saudara tiri Yesus. Ini adalah Yakobus, saudara laki-laki Yohanes, salah satu dari tiga orang dalam lingkaran dalam Yesus. Jadi, di antara dua belas murid, ada tiga murid yang dianggap sebagai sahabat terdekat Yesus. Mereka adalah Petrus, Yohanes, dan Yakobus. Dan hanya dalam dua ayat, Yakobus ditangkap dan dipenggal oleh Herodes. Tentunya hal ini membuat guncangan besar bagi gereja di Yerusalem. Salah satu dari dua belas murid Yesus mati dibunuh. Dan ketika Herodes melihat bahwa kematian Yakobus menyenangkan orang-orang Yahudi, dia melanjutkan ke langkah berikutnya. Dia menangkap sosok terpenting di gereja Yerusalem, yaitu Petrus. Petrus adalah sosok yang paling tinggi saat itu. Tidak ada yang di atas Petrus. Membunuh Petrus berarti adalah membunuh pemimpin utama pergerakan Injil. Herodes bertekad untuk mengakhiri Kekristenan sekali dan untuk selamanya dengan membunuh Petrus. Ini adalah krisis yang sangat besar. Petrus akan menemui akhir yang sama dengan Yakobus. Namun, Herodes menangkap Petrus di waktu Paskah. Dan menurut hukum Yahudi, mereka tidak diijinkan untuk melakukan pengadilan dan eksekusi publik selama Paskah. Jadi, Herodes memutuskan untuk memenjarakan Petrus di penjara dengan keamanan maksimum sampai dia dapat mengadili dan mengeksekusinya. Dia menugaskan empat regu tentara yang masing-masing terdiri dari empat orang untuk menjaga Petrus. Artinya, ada empat tentara yang menjaga Petrus setiap saat dan empat tentara ini dirotasi setiap 3 jam. Herodes memahami betapa pentingnya sosok Petrus bagi gereja di Yerusalem. Dia tidak mau mengambil resiko. Dia menempatkan Petrus di penjara dengan keamanan maksimum dengan empat tentara yang menjaganya setiap saat. Jadi tidak ada kemungkinan bagi Petrus untuk melarikan diri. Ini adalah mission impossible. Atau tidak?

Perhatikan apa yang dilakukan jemaat di gereja Yerusalem. Kisah 12:5 – Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Gereja berdoa dengan tekun untuk Petrus! Ini sangat aneh dan menarik. Anggap saja seperti pertandingan tinju. Jadi, penyiar datang dan memperkenalkan petinju kepada penonton. “Hadirin sekalian, selamat datang di pertandingan yang akan menentukan masa depan Kekristenan. Di sebelah kiri saya, ada sang penantang, Herodes Agripa I dengan penjara dengan keamanan maksimum, empat regu tentara, otoritas kerajaan Romawi, dan para pemimpin Yahudi. Selain itu, dia baru saja membunuh Yakobus saudara laki-laki Yohanes. Dan di sebelah kanan saya, ada jemaat gereja yang berdoa dengan tekun.” Menurut anda, siapa yang akan memenangkan pertandingan tinju ini? Ini seperti saya bertinju dengan Mike Tyson. Ada saudara yang akan menaruh uang anda untuk saya menang? Apakah menurut anda ini pertandingan yang adil? Tentu saja tidak. Tapi izinkan saya memberi tahu anda mengapa ini bukan pertandingan yang adil. Dalam kehidupan, ada banyak waktu dimana kita dihadapkan dengan situasi yang tidak mungkin. Mungkin kita didiagnosis dengan penyakit terminal. Mungkin anak-anak kita menjauh dari iman Kekristenan. Mungkin kita menghadapi kebangkrutan karena Covid19. Apapun itu, kita merasa putus asa. Masalah itu di luar kekuatan dan kemampuan kita. Kita mungkin berpikir bahwa segala sesuatu sepertinya menentang kita. Dan yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa. Kita berpikir bahwa pertandingan ini tidak adil. Dan izinkan saya memberi tahu anda, ini tidak adil. Tapi bukan karena alasan yang mungkin kita pikirkan. Pertandingan ini tidak adil karena sementara Herodes memiliki kekuatan Roma di sisinya, Allah pencipta alam semesta ada di pihak doa. Kita mungkin menghadapi gunung yang besar di hadapan kita, tetapi doa memberikan kita akses ke satu-satunya sosok yang sanggup memindahkan gunung. Dan seperti yang kita ketahui dari film Mission Impossible, tidak ada penjara yang tidak bisa dibongkar. Dan jemaat gereja Yerusalem memahami bahwa cara terbaik untuk mengeluarkan Petrus dari penjara adalah dengan membawa Allah masuk ke dalam penjara. Dan itulah mengapa mereka berdoa. Ketika gereja dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah, Allah mengirimkan agennya dalam sebuah misi yang disebut “Prison Break.”

Pertolongan

Kisah 12:6-11 – Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya: “Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!” Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: “Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!” Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: “Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”

Ini sangat luar biasa. Lukas tidak ingin anda melewatkannya. Dia memastikan anda mendapatkannya. Lukas menulis bahwa pertolongan terjadi “pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak.” Pada malam sebelum Petrus diadili dan dieksekusi. Dengan kata lain, pertolongan datang pada saat-saat terakhir yang memungkinkan. Dan jika anda terbiasa dengan cara Allah bekerja, anda mengerti hal ini. Allah sering melakukan pekerjaan terbaiknya pada saat-saat terakhir yang memungkinkan. Allah sering terlihat terlambat, tetapi dia tidak pernah terlambat. Ada yang suka jengkel dengan cara Allah? Saya tidak menyukainya. Saya lebih suka jika Allah bekerja sesuai dengan jadwal dan agenda saya. Tapi itu bukan cara Allah bekerja. Allah hampir tidak pernah memberikan kita blueprint dari rencananya untuk hidup kita. Dia hanya berkata, “Aku ingin kamu melakukan A,” tetapi dia tidak pernah memberi tahu kita bagaimana kita akan mencapai A. Dan kita tidak menyukainya. Kita berpikir bahwa jika saja Allah memberi tahu kita rencananya dari awal, maka kita akan dapat melakukan perencanaan dengan lebih baik dan mewujudkannya dengan lebih cepat. Tapi itulah alasan mengapa Allah tidak memberi tahu kita rencananya dari awal. Karena jika Allah mengungkapkan rencananya kepada kita sebelumnya, kita akan menaruh kepercayaan kita bukan kepada Allah namun pada rencana. Allah tidak suka mengungkapkan rencananya sampai saat yang terakhir memungkinkan. Dia membiarkan kita menunggu agar kita bisa belajar mempercayai dia lebih daripada rencananya.

Keadaan yang dialami Petrus sangat tidak ada harapan. Petrus tidak hanya dimasukkan ke dalam penjara dengan pengamanan maksimal, tetapi dia juga dirantai dengan dua orang tentara yang berbeda. Satu di kanan dan satu di kirinya. Jadi kalau-kalau Petrus mencoba menjadi Jason Bourne dan menghajar satu tentara, dia masih terikat dengan yang lagi satu. Dan dua tentara lainnya menjaga pintu penjara. Lukas mengambil waktu untuk menjelaskannya secara detail agar kita dapat memahami keajaiban dari apa yang akan terjadi selanjutnya. Lihat apa yang dilakukan Petrus malam sebelum dieksekusi. Apa yang akan anda lakukan jika anda adalah Petrus? Anda akan cemas. Anda akan stres. Anda akan mempertanyakan Allah. “Tuhan, setelah semua yang aku lakukan untukmu, apakah ini caramu memperlakukanku?” Benar? Tapi tidak dengan Petrus. Petrus tidur. Dan dia tidak hanya tidur. Dia tidur dengan sangat nyenyak. Lihat apa yang terjadi. Allah mengirimkan agennya dengan nama kode “malaikat” untuk membebaskan Petrus dari penjara. Dan ketika malaikat itu muncul dengan semua cahayanya, cahaya itu tidak mempengaruhi Petrus. Malaikat itu mungkin berkata, “Pete, bangun. Pete, bangun. Kita harus pergi.” Dan Petrus masih mengorok. Jadi, Lukas menulis bahwa malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya. “Kapow. Bangun cepat!” Dan saat itu juga rantai jatuh terlepas dari tangan Petrus. Ini luar biasa. Ini memberi tahu kita bahwa Petrus sama sekali tidak takut mati. Kepercayaan Petrus kepada Allah memungkinkan dia untuk tidur nyenyak di tengah krisis. Maka dari itu Petrus menulis kepada kita agar kita menyerahkan semua kecemasan kita kepada Allah karena dia peduli kepada kita. Seorang pengkhotbah mengatakannya seperti ini. “Tubuh Petrus dijaga oleh prajurit, tapi hati Petrus dijaga oleh Allah.”

Kemudian malaikat memerintahkan Petrus untuk mengenakan pakaian. Ini masuk akal. Anda tidak mau keluar dari penjara dengan telanjang. Jika tidak, anda mungkin akan ditangkap lagi begitu anda keluar. Dan kemudian malaikat itu memerintahkan Petrus untuk mengikutinya. Mereka berjalan melewati pintu penjara dan para prajurit yang menjaga pintu tersebut. Dan para prajurit itu bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang berjalan melewati mereka. Petrus sendiri berpikir, “Ah, ini pasti sebuah penglihatan.” Dia belum bangun sepenuhnya. Ini seperti saya di pagi hari sebelum minum kopi. Ada suatu kali saya pergi keluar untuk beli kopi di pagi hari dengan baju terbalik. Dan saya bahkan tidak menyadarinya sampai beberapa jam kemudian. Saya sudah bangun tapi belum bangun. Ada saudara yang mengerti apa yang saya maksud? Petrus sudah bangun tapi belum bangun. Dia butuh kopi. Jadi dia mengikuti malaikat itu. Dan ketika mereka sampai di gerbang besi yang menuju ke kota, gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Mungkin ada malaikat lain yang menghack sistem keamanan dan menembus kode. Jadi, mereka terus berjalan hingga sampai ke salah satu jalan dan poof, malaikat itu menghilang begitu saja. Dan Petrus akhirnya sadar dan menyadari, “Oh, aku ternyata benar-benar keluar dari penjara.” Kemudian dia berjalan menuju rumah Maria. Ini memberitahu kita bahwa tidak peduli betapa sulitnya situasi kita, tidak peduli betapa mustahil tampaknya masalah di depan kita, Allah dapat membebaskan kita kapan saja dan di mana saja. Jika kita berpikir bahwa situasi kita tidak lagi memiliki harapan, kita memiliki teologi yang salah. Tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Kegagalan

Kisah 12:12-17 – Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa. Dan ketika ia mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu. Ia terus mengenal suara Petrus, tetapi karena girangnya ia tidak membuka pintu gerbang itu dan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan, bahwa Petrus ada di depan pintu gerbang. Kata mereka kepada perempuan itu: “Engkau mengigau.” Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahwa benar-benar demikian. Kata mereka: “Itu malaikatnya.” Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang. Tetapi Petrus memberi isyarat dengan tangannya, supaya mereka diam, lalu ia menceriterakan bagaimana Tuhan menuntunnya ke luar dari penjara. Katanya: “Beritahukanlah hal ini kepada Yakobus dan saudara-saudara kita.” Lalu ia keluar dan pergi ke tempat lain.

Nah, bagian ini lucu. Anda harus membayangkan adegan ini dengan saya. Petrus berjalan menuju rumah Maria. Ini mungkin salah satu tempat gereja rumah di Yerusalem. Dan ketika Petrus berada di depan rumah, dia mengetuk.
“Knock, knock, knock.”
Dan orang-orang yang di dalam rumah sedang berdoa, “Tuhan, tolong selamatkan Petrus. Tuhan, kami percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Engkau. Kami minta Engkau untuk menolong Petrus.”
“Knock, knock, knock.”
“Astaga, siapa yang mengganggu waktu doa kita? Pertemuan doa sudah dimulai dari beberapa jam yang lalu. Ini sudah jam berapa? Apakah mereka tidak menyadari bahwa Petrus akan dibunuh di pagi hari?”
“Knock, knock, knock.”
“Rode, tolong cek siapa yang di depan pintu.” Jadi kemudian Rode berjalan ke pintu depan.
“Knock, knock, knock.”
“Who is it?”
“It’s Petrus.”
“Petrus who?”
“Rode, ini bukan waktunya untuk knock, knock joke. Ini aku, Simon Petrus.”

Rode sangat terkejut. Dan dia begitu sukacita sampai dia lupa untuk membukakan pintu untuk Petrus. Dia berlari kembali ke dalam dan berkata, “Teman-teman, kalian pasti tidak percaya siapa yang ada di pintu depan.”
“Rode, tolong jangan ganggu kami. Kami sedang berdoa dengan tekun. Tidak tahukah kamu bahwa Petrus akan dibunuh dalam beberapa jam? Setiap detik sangat berharga. Jangan mengganggu kami bedoa.”
“Tapi, tapi, tapi, Petrus ada di pintu depan.”
“Knock, knock, knock.”
“Rode, apakah kamu sudah gila? Kami tahu bahwa kamu khawatir tentang Petrus tetapi kamu mengigau. Petrus ada di penjara. Herodes akan mengadili dia di depan umum dan mengeksekusinya dalam beberapa jam. Itulah mengapa kita berkumpul bersama untuk berdoa bagi Petrus. Berhenti membuang waktu kita.”
“Tapi ada Petrus di depan. Aku mendengar suaranya. Itu adalah suara Petrus.”

“Oh tidak, itu pasti malaikatnya. Herodes pasti telah membunuh Petrus, dan malaikatnya datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kita.”
“Knock, knock, knock.”
“Wow, itu malaikatnya niat sekali. Dia terus mengetuk.”
Dan saat orang-orang di dalam rumah bertengkar, Petrus berpikir di depan pintu, “Ternyata jauh lebih mudah untuk keluar dari penjara daripada masuk ke gereja.”

Apakah anda melihat ironi dan komedinya? Jemaat berkumpul untuk berdoa dengan tekun untuk pembebasan Petrus dan ketika doa mereka dijawab, mereka pikir itu tidak masuk akal. Mereka berdoa dengan tekun namun mereka tidak benar-benar percaya bahwa Allah akan membebaskan Petrus. Jawaban atas doa mereka mengetuk pintu depan dan mereka tidak mengizinkannya masuk. Mereka sangat lambat untuk percaya pada kemampuan dan kesediaan Allah untuk menjawab doa mereka! Apakah itu terdengar seperti anda dan saya? Seringkali kita berdoa kepada Allah, tetapi kita tidak begitu percaya bahwa Allah akan menjawab doa kita. Namun Allah masih bermurah hati dalam menjawab doa kita. Jadi, Petrus terus mengetuk dan mereka akhirnya membuka pintu gerbang depan dan mereka sangat kaget melihat siapa yang berdiri di depan mereka. Itu adalah jawaban atas doa mereka. Mereka sangat bersemangat, dan mereka mungkin mau berteriak dengan penuh sukacita ketika Petrus dengan cepat membuat isyarat tangan agar mereka tetap tenang. Dan kemudian dia menceritakan kepada mereka bagaimana Allah membawanya keluar dari penjara secara supranatural.

Ada tiga pelajaran penting yang bisa kita ambil dari cerita ini. Pertama, kedaulatan Allah. Saat kita mengambil bagian dalam pergerakan Injil, jangan kaget dengan tantangan. Kita harus siap mengahadapi tantangan. Kita seharusnya terkejut jika kita tidak menghadapi tantangan apapun. Namun, kita harus tahu bahwa Allah berdaulat penuh atas kehidupan kita. Salah satu kesalahan umum yang dilakukan umat Kristus ketika mereka memikirkan kedaulatan Allah adalah bahwa Allah berdaulat atas hal-hal yang baik dalam hidup tetapi dia tidak berdaulat atas hal-hal yang buruk dalam hidup. Tapi itu tidak benar. Kata berdaulat berarti bahwa Allah memiliki kendali mutlak atas setiap hal kecil dan dia bebas melakukan apapun yang dia inginkan. Bahkan jika ada satu molekul di alam semesta ini yang diluar kendali Allah, itu berarti dia tidak berdaulat. Pilihannya adalah Allah berdaulat atas semua atau dia tidak berdaulat sama sekali; Allah memegang kendali atas semua hal yang baik dan buruk, atau dia tidak memegang kendali sama sekali.

Ini sangat meresahkan. Karena ini berarti Allah tidak terkejut dengan kematian Yakobus. Yakobus, salah satu dari tiga sahabat terdekat Yesus, mati hanya dalam hitungan dua ayat. Tidak ada penjelasan. Tidak ada komentar. Apakah gereja tidak berdoa untuk Yakobus? Saya yakin jemaat di gereja Yerusalem juga berkumpul untuk berdoa bagi Yakobus. Lalu kenapa dia mati? Tetapi kenapa ketika Petrus ditangkap dan jemaat berdoa untuk Petrus, Petrus diselamatkan? Kita tidak pernah diberitahu mengapa Allah mengijinkan Yakobus mati begitu awal dalam pelayanannya dan mengapa Allah memilih untuk menyelamatkan Petrus. Tapi apa yang kita tahu adalah bahwa Allah memegang kendali mutlak atas kematian Yakobus dan penyelamatan Petrus. Dapatkah anda melihat mengapa hal ini meresahkan? Karena anda dan saya ingin menjadi Petrus. Kita ingin mengalami pertolongan yang supranatural. Tapi tidak satupun dari kita yang ingin menjadi Yakobus. Apakah saya benar? Tetapi kedaulatan Allah berarti ada saat dia menyembuhkan kanker dan ada saat dia tidak menyembuhkan kanker. Ada saat dia memberikan anak dan ada saat dia menahan anak. Ada kalanya dia berkata iya dan ada kalanya dia berkata tidak. Dan kita mungkin tidak pernah tahu mengapa dia melakukan apa yang dia lakukan. Bagi sebagian dari kita, kita mungkin memiliki jalan mulus di depan kita. Sementara untuk yang lain, kita mungkin memiliki jalan yang sulit di depan kita. Kita tidak bisa memilih. Allah menjalankan kedaulatannya baik dalam kematian Yakobus maupun pertolongan Petrus.

Tapi inilah yang juga kita ketahui. Kedaulatan Allah berarti Allah tidak pernah membuat kesalahan! Tidak ada kesalahan dalam pengungkapan rencananya bagi kita. Bahkan tidak ada satu hal kecil pun dari hidup kita yang terjadi di luar izinnya. Tapi jalan Allah bukanlah jalan kita dan pikiran Allah bukanlah pikiran kita. Namun jalan Allah selalu bijaksana dan baik. Hanya ada kebaikan di dalam Allah bahkan ketika kehidupan begitu menyakitkan. Dan dia tidak berhutang penjelasan kepada kita. Allah selalu bekerja untuk kemuliaannya dan kebaikan kita. Bagi para Petrus, Allah menunjukkan kekuatannya dengan memberikan mereka apa yang mereka minta. Bagi para Yakobus, Allah menunjukkan nilainya dengan membiarkan mereka bersaksi bahwa memiliki Allah jauh lebih baik daripada hidup. Pada akhirnya, Allah melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan namanya. Kadang-kadang dia melakukannya dengan memberikan kita kemenangan atas masalah, dan di lain waktu dia melakukannya dengan membiarkan kita menderita untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita lebih menghargai dia di atas segalanya di bumi. Kita tidak tahu jalan mana yang dia siapkan untuk kita, tetapi kita tahu bahwa dia selalu baik dalam segala yang dia lakukan. Itulah pelajaran pertama.

Pelajaran kedua adalah kuasa doa. Saya tahu pertanyaan yang ada di pikiran anda saat ini. “Jika Allah berdaulat, jika Allah memegang kendali mutlak, jika apa yang Allah telah putuskan akan terjadi, mengapa berdoa? Apakah doa mengubah keadaan?” Biarkan saya meletakkannya dalam konteks pergerakan Injil. Jika Allah sudah menetapkan unutk menyelamatkan Bob, mengapa kita perlu berdoa dan membagikan Injil kepada Bob? Apakah anda merasakan ketegangan ini? Saya akan memberikan anda jawabannya. Saya akan membalikkan pertanyaan ini. Jika Allah tidak berdaulat, mengapa berdoa? Jika Allah tidak memiliki kendali mutlak atas setiap hal kecil, itu berarti bahwa sama sekali tidak ada jaminan bahwa janji-janjinya itu benar. Jika Allah tidak berdaulat, tidak ada kepastian untuk masa depan. Katakanlah bahwa saya berjanji untuk membawa anda ke showroom dan membelikan anda Ferrari baru pada hari ulang tahun anda di tahun 2022. Berapa banyak yang mau? Beberapa hal harus terjadi agar saya dapat memenuhi janji saya. Pertama, saya perlu memiliki uang yang cukup untuk membeli Ferrari. Jika saya tidak punya uang yang cukup, maka saya tidak bisa memenuhi janji saya. Dan karena saya seorang pendeta, anda tidak perlu menunggu tahun 2022 untuk kepastian. Tapi katakanlah saya punya uang yang cukup. Hal kedua yang harus terjadi adalah anda dan saya harus hidup pada hari ulang tahun anda di tahun 2022. Jika salah satu dari kita terinfeksi covid19 dan kehilangan nyawa antara sekarang dan nanti, saya tidak akan bisa menepati janji saya. Hanya dibutuhkan satu virus untuk mencegah saya untuk memenuhi janji saya kepada anda. Dapatkah anda melihat ke mana saya pergi dengan illustrasi ini? Jika Allah tidak berdaulat, jaminan apa yang kita miliki bahwa dia mampu menepati janjinya kepada kita? Karena itu, kedaulatan Allah tidaklah melemahkan doa. Justru sebaliknya. Kedaulatan mutlak Allah adalah harapan dan fondasi doa. Karena Allah berdaulat, doa kita tidak sia-sia.

Tapi itu bukan satu-satunya alasan kita berdoa. Doa mengakui kedaulatan ALlah, tetapi juga mengakui tanggung jawab manusia. Allah dalam kebijaksanaannya yang tak terbatas telah menetapkan bahwa dia akan mencapai kehendaknya di dunia melalui doa kita. Perhatikan ini. Kehendak Allah akan terjadi apakah kita berdoa atau tidak, tapi kehendak Allah tidak akan terjadi tanpa doa karena dia telah memilih doa sebagai sarana untuk kehendaknya terjadi di bumi. Bagaimana kedua fakta ini benar secara bersamaan dan bagaimana keduanya bekerja sama adalah sebuah misteri. Tapi ini adalah kebenaran. Dengarkan ini. Yakobus 4:2 – Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Dengan kata lain, ada beberapa hal yang Allah akan berikan hanya jika kita memintanya. Jadi begini. Allah telah memutuskan untuk menyelamatkan Petrus. Tetapi Allah juga telah memutuskan cara untuk menyelamatkan Petrus. Yaitu melalui jawaban atas doa jemaat gereja. Tanpa doa yang tekun dari jemaat di Yerusalem, Petrus tidak akan diselamatkan. Tetapi Petrus diselamatkan melalui doa jemaat karena itulah cara yang telah diputuskan Allah untuk menyelamatkan Petrus. Saya jelaskan begini. Katakanlah Allah berkata bahwa dia memiliki lima hal yang dia ingin anda doakan. Dan Allah telah memutuskan dia akan memberikan anda dua dari lima, tidak peduli anda berdoa atau tidak. Tetapi dia telah memutuskan dia hanya akan memberikan anda tiga lainnya jika anda berdoa dan meminta kepada dia. Jadi, jika anda memutuskan bahwa anda tidak akan berdoa karena Allah berdaulat, berapa banyak yang akan anda dapatkan? Dua. Anda tidak akan mendapatkan lima. Anda hanya akan mendapatkan tiga lainnya jika anda berdoa dan meminta kepada dia. Mengapa? Karena Allah telah menetapkan bukan hanya akhir dari tujuan tetapi juga sarana untuk mencapai tujuan. Allah bekerja di dalam dan melalui doa kita. Dengan kata lain, dapatkan ini. Doa bukanlah tentang mengubah apa yang Allah telah rencanakan tetapi mewujudkan apa yang Allah telah rencanakan. Saudara, jangan meremehkan kuasa doa. Doa adalah bagaimana Allah menjalankan kuasanya dan mencapai kehendaknya dalam hidup kita dan dunia.

Pelajaran ketiga adalah hati yang penuh harapan. Jika kita bisa jujur, kita sering berdoa dengan hati yang tidak percaya. Kita berdoa tapi kita tidak mengharapkan Allah untuk menjawab doa kita. Dan kemudian kita memakai kalimat perkataan rohani. Kita mengatakan hal-hal seperti, “Terkadang Allah menjawab dengan mengatakan tidak.” Atau, “Doa tidak mengubah situasi kita; Doa mengubah hati kita.” Perkataan tersebut adalah benar. Tetapi seringkali, kita menggunakan perkataan tersebut untuk menutupi ketidakpercayaan kita. Jauh di dalam lubuk hati, kita tidak berdoa dengan hati yang penuh harapan. Kita telah kehilangan pandangan tentang siapa Allah itu dan kita telah membatasi apa yang Allah dapat lakukan. Namun terkadang Allah masih sangat bermurah hati dan menjawab doa kita meskipun kita tidak percaya. Tapi itu bukan berarti bahwa ketidakpercayaan kita itu adalah sesuatu yang baik. Tuhan ingin kita percaya dan berharap padanya seperti anak kecil. Anak kecil tidak takut untuk meminta apapun dari orang tua mereka. Anak kecil percaya bahwa orangtua mereka sanggup memberikan seluruh dunia untuk mereka. Mereka percaya bahwa orang tua mereka memiliki apa yang diperlukan untuk memberikan apa yang mereka minta.

Paul Miller dalam bukunya “Praying Life” menulis bahwa kita harus memegang dua kebenaran secara bersamaan ketika kita berdoa. Kebenaran pertama, “Bukan kehendakku namun kehendakmu yang terjadi ya Allah.” Kebenaran ini membuat kita tetap rendah hati. Ini membuat kita tetap pada postur berserah. Golongan reformed unggul dalam hal ini. Kebenaran kedua, “Tidak ada yang mustahil bagi Allah.” Kebenaran ini membuat kita terus berdoa. Ini membuat kita tetap pada postur menerima. Golongan karismatik unggul dalam hal ini. Dan kita tidak bisa memilih salah satu dari kedua kebenaran ini. Kita membutuhkan keduanya. Jika kita hanya memiliki yang pertama, kita akan berdoa tanpa harapan. Doa hanyalah sebuah ritual. Tetapi jika kita hanya memiliki yang kedua, kita akan melihat Allah sebagai mesin penjual minuman yang ilahi. Doa hanyalah sebuah transaksi. Dengan sendirinya, keduanya salah. Yang benar adalah bahwa Allah itu berdaulat tetapi dia juga seorang Bapa. Dia adalah Bapa kita yang berdaulat. Dengarkan apa yang Yesus katakan.

Matius 7:7-11 – Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

Jadi Yesus mengundang kita untuk meminta, mencari dan mengetuk. Tense dalam bahasa Yunani menunjukkan tindakan yang terus menerus. Teruslah meminta, mencari dan mengetuk. Anda hanya akan melakukan ini secara terus menerus jika anda mengharapkan jawaban. Jadi, Allah ingin kita secara konsisten menyampaikan permintaan kita kepadanya dengan hati yang penuh harapan bahwa kita akan menerima. Tidak ada bapa di dunia ini yang akan memberikan ular dan batu kepada anak-anak mereka ketika mereka meminta ikan dan roti. Dan Yesus menyebut para bapa sebagai jahat. Ini bukan berarti bahwa bapa di dunia sangat buruk. Mereka memberikan anak-anaknya apa yang mereka butuhkan. Namun dibandingkan dengan kebaikan Bapa kita yang di sorga, bapa di dunia terlihat sebagai jahat. Dan jika bapa yang jahat di dunia tahu bagaimana memberikan pemberian yang baik kepada anak-anak mereka, terlebih lagi Bapa kita yang di sorga akan memberikan kita apa yang baik untuk kita sewaktu kita meminta kepada dia. Jika Allah tidak memberikannya kepada kita, artinya hal itu tidaklah baik bagi kita. Saya suka cara Timothy Keller mengatakannya. “Allah akan memberikan kita apa yang kita minta atau memberikan kita apa yang akan kita minta jika kita tahu semua yang dia ketahui.” Allah adalah Bapa yang berdaulat yang baik yang suka memberikan pemberian yang baik untuk anak-anaknya yang meminta kepada dia. Jadi, kita harus berdoa dengan hati yang penuh harapan.

Tapi bagaimana kita tahu Allah akan menjawab doa kita saat kita memintanya? Kita tahu bahwa Allah akan menjawab doa kita karena Allah tidak menjawab Yesus ketika dia memanggil Allah dari kayu salib. Di kayu salib, Yesus berseru, “Tuhan, Tuhan, mengapa engkau meninggalkan aku?” Dan sorga tetap diam. Tidak ada jawaban. Putra terkasih Allah yang sempurna, satu-satunya yang pantas mendapatkan semua jawaban doanya, tidak menerima jawaban dari Allah. Mengapa? Karena di kayu salib, Allah memperlakukan Yesus sebagaimana layaknya kita. Kita semua adalah orang berdosa yang pantas tidak menerima jawaban doa kita. Kita layak menerima pemisahan total dari Allah karena dosa-dosa kita. Tetapi ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, semua kebaikan yang pantas diterima Yesus menjadi milik kita dan segala sesuatu yang pantas kita terima diletakkan di atas Yesus di kayu salib. Doa Yesus di kayu salib ditolak agar doa kita dapat diterima oleh Allah. Di kayu salib, Yesus mendapatkan batu dan ular sehingga kita memiliki keyakinan bahwa Allah tidak akan gagal untuk memberikan apa yang baik untuk kita. Injil memberi tahu kita bahwa Yesus menerima keheningan sorga sehingga kita dapat menerima jawaban sorga. Tidak ada bapa yang lebih bersukacita untuk menghujani anda dengan pemberian yang baik ketika anda memintanya daripada Bapa kita yang di sorga. Jadi, berdoa kepadanya dengan hati yang penuh harapan.

Biarkan saya menutup dengan ini. Jika anda membaca terus hingga akhir pasal 12, anda akan menemukan pembalikan cerita. Kisah Para Rasul 12 dibuka dengan kematian Yakobus, Petrus di penjara dan kemenangan Herodes. Tetapi kemudian jemaat berdoa. Dan Kisah Para Rasul 12 ditutup dengan kematian Herodes, Petrus dibebaskan dan kemenangan Injil. Firman Tuhan terus bertambah dan berlipat ganda. Ini memberitahu kita bahwa pergerakan Injil tidak dapat dihentikan. Ya, kita akan menghadapi tantangan, tetapi kita telah diberi sarana doa sebagai alat perang kita. Doa memberikan kita akses untuk membawa petisi kita kepada Raja alam semesta yang berdaulat. Dan tidak seperti Herodes, Raja kita hidup, dan tidak ada yang bisa menghentikan dia. Dia akan menjadikan kehendaknya di bumi seperti di surga melalui kita saat kita berdoa kepadanya.

Discussion questions:

  1. What do you find most striking from this story? Why?
  2. Why does God rarely work according to our schedule? What does this tell us about God?
  3. Explain why we find the sovereignty of God to be both unsettling and “warm blanket to our soul”
  4. What is the role of prayer in accomplishing God’s will in the world and our lives?
  5. Paul Miller writes that we have to hold two truths together when we pray. Which one do you lean toward and what needs to be changed in your prayer life?
  6. How does the gospel empower us to pray boldly?
  7. Spend time to pray with one another.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.