Bagaimana menghadapi pencobaan

Yakobus 1:13-18

Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, “Aku sedang dicobai oleh Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

 

Apakah anda menyadari kecenderungan dalam setiap kita untuk memuji diri kita sendiri ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik? Ketika sebuah tim olahraga memenangkan kejuaraan, mereka tidak pernah berkata, “Kami sangat diberkati kami bisa menang. Kami sebetulnya tidak layak untuk menang, tapi kemenangan ini adalah anugerah Tuhan.” Yang mereka katakan adalah, “Kami bekerja keras untuk kemenangan ini. Kemenangan ini menunjukkan komitmen kami dan betapa baiknya kami. Kami layak mendapatkannya.” Kita cenderung menepuk punggung kita sendiri ketika hal-hal yang baik terjadi pada kita. Namun, apa yang kita lakukan ketika hal-hal yang buruk terjadi? Apakah kita menyalahkan diri kita sendiri? Sering kali tidak. Kita menyalahkan segala sesuatu di sekitar kita. Kita berkata, “Alasan hidupku berantakan adalah karena orang tuaku kacau… bisnisku gagal karena rekan kerjaku tidak melakukan pekerjaannya dengan baik… gerejaku tidak bertumbuh karena para pelayannya tidak memiliki komitmen.” Jadi kita memuji diri kita sendiri untuk kesuksesan, dan kita menyalahkan orang lain untuk kegagalan. Berapa banyak dari anda yang tahu apa yang saya bicarakan? Dan kita melakukan hal yang sama dalam hubungan kita dengan Tuhan. Kita menepuk punggung kita sendiri atas keberhasilan rohani kita, dan kita menyalahkan Tuhan atas kegagalan rohani kita. Dan Yakobus berkata, “Tunggu dulu. Bukan seperti itu cara kerjanya.”

Di awal suratnya, Yakobus berbicara tentang bagaimana seharusnya umat Kristus menanggapi ujian dalam hidup. Di dalam Alkitab Bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai pencobaan. Tetapi terjemahan yang tepat adalah ujian, atau Bahasa Inggrisnya, trials. Ujian tidak dapat dihindari. Tetapi ujian yang kita hadapi tidaklah acak. Tuhanlah yang merencanakan setiap ujian yang kita alami. Dan tujuan Tuhan mendatangkan ujian ke dalam hidup kita adalah untuk membuat kita bertumbuh dewasa sebagai umat Kristus. Itulah ayat 1-12. Namun pada ayat 13, sepertinya Yakobus mengubah topik pembicaraan. Di dalam Alkitab Bahasa Inggris, topik berubah dari trials menjadi temptations, dari ujian menjadi pencobaan. Dan yang menarik adalah kata Yunani yang Yakobus gunakan untuk ujian dan pencobaan adalah sebuah kata yang sama, yaitu “peirasmos.” Alkitab Indonesia menterjemahkannya sebagai pencobaan. Sedangkan Alkitab Bahasa Inggris menerjemahkannya berbeda. Dalam ayat 1 sampai 12, kata ini diterjemahkan menjadi ujian atau trials, dan dalam ayat 13 dan 14, kata ini diterjemahkan menjadi pencobaan atau temptations. Mengapa penterjemah melakukan hal itu? Mengapa mereka menerjemahkan kata Yunani yang sama dengan dua kata yang berbeda? Karena kata yang sama dapat memiliki beberapa nuansa yang berbeda.

Dan inilah yang kita ketahui tentang ujian. Ujian tidak selalu menghasilkan kedewasaan. Ketika mengalami ujian, banyak orang meragukan kebaikan Tuhan dan menjauh dari Tuhan. Bukannya bertekun dan bertumbuh dalam iman, mereka justru kehilangan iman mereka. Dan tahukah anda siapa yang mereka salahkan? Tuhan. Mereka mengatakan hal-hal seperti, “Alasan aku tidak lagi percaya kepada Tuhan adalah karena Dia tidak menolong aku dalam masalahku. Di manakah Tuhan ketika aku membutuhkan Dia? Di manakah Dia ketika anakku sakit? Di manakah Dia ketika suamiku meninggalkanku?” Saya yakin kita sering mendengarnya. Dan Yakobus mengoreksi kesalahan ini dalam perikop khotbah hari ini. Dan jika saya dapat menyimpulkan argumennya, inilah yang Yakobus ajarkan kepada kita. Tuhan menguji kita, tetapi Dia tidak pernah mencobai kita. Ujian mungkin datang dari Tuhan, tetapi pencobaan untuk berbuat dosa datang dari dalam diri kita sendiri. Dengan kata lain, ujian yang kita hadapi mungkin datang dari Tuhan, keadaan yang kita alami mungkin direncanakan oleh Tuhan, tetapi jika kita ujian tersebut membawa kita kepada dosa, bukan Tuhan yang mencobai kita.

Mari kita lihat ayat ini bersama-sama. Saya memiliki tiga poin: racun; penyebaran; penawar.

 

 

Racun

Yakobus 1:13-14 – Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, “Aku sedang dicobai oleh Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Perhatikan. Setiap ujian membawa pencobaan. Setiap kesulitan yang kita hadapi, setiap masalah yang menghampiri kita, adalah ujian yang dapat membuat kita menjadi lebih baik atau lebih buruk. Setiap ujian adalah kesempatan untuk pertumbuhan yang besar atau bahaya yang mengerikan. Ujian akan mendorong kita untuk menjadi orang yang jauh lebih baik dan lebih bijaksana atau menjadi orang yang jauh lebih buruk dari sebelumnya. Yang tidak mungkin adalah kita tetap sama setelah menghadapi ujian. Jadi, di awal pasal 1 Yakobus menjelaskan bahwa ujian adalah sebuah berkat. Tuhan menggunakan ujian untuk memurnikan dan menguatkan iman kita. Namun, ujian yang sama juga membuat banyak orang menjauh dari Tuhan. Setiap ujian membawa pencobaan. Ujian keuangan dapat menggoda kita untuk mempertanyakan penyediaan Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita kasihi, kita dicobai untuk meragukan kasih Tuhan kepada kita. Ketika kita mengalami ketidakadilan, kita tergoda untuk mempertanyakan keadilan Tuhan, bahkan keberadaan Tuhan. Ujian hanya akan menjadi berkat jika kita meresponi keadaan kita dengan benar. Setiap ujian membutuhkan sebuah keputusan: kita dapat bertahan dan bertumbuh atau kita dapat menyerah dan binasa.

Izinkan saya menggunakan kehidupan saya sendiri sebagai ilustrasi. Saya adalah seorang pendeta, yang berarti orang-orang melihat saya sebagai seseorang yang memiliki otoritas rohani. Jadi ketika saya berbicara kepada orang-orang tentang kehidupan mereka, perkataan saya memiliki bobot. Itu adalah hal yang baik. Namun, menjadi seorang otoritas rohani juga merupakan sebuah cobaan. Katakanlah saya mengalami satu minggu yang buruk. Itu adalah ujian dan ujian membawa pencobaan. Jika saya bukan seorang pendeta, jika saya hanya seorang Kristen biasa, saya bisa berada di dalam situasi di mana saya merasa kering rohani, di mana saya tidak membaca Alkitab, di mana saya mungkin sibuk menonton Netflix, dan saya dapat dengan mudah mengambil cuti rohani dari hubungan saya dengan Tuhan. Apa yang akan terjadi adalah hati saya akan menjadi dingin, saya akan menjadi tidak bersukacita, mudah tersinggung, dan saya akan menyerah pada banyak godaan. Kemudian, saya akan mendengar khotbah yang sangat menyentuh hati saya dan kembali ke jalur yang benar dalam hubungan saya dengan Tuhan. Namun, inilah permasalahan dengan menjadi seorang pendeta. Setiap tujuh hari, saya harus berdiri di depan anda dan berkata, “Tuhan itu mulia. Tuhan itu luar biasa baik. Tuhan mengasihi kita. Dan Dia ingin kita menaati-Nya karena kasih.” Setidaknya setiap tujuh hari, saya harus membuka Alkitab dan memberitahukan anda apa yang Tuhan katakan.

Jadi, apa yang saya lakukan? Saya punya dua pilihan. Pertama, saya akan bergumul dengan Tuhan setiap hari dan berkata, “Tuhan, hatiku dingin terhadap-Mu. Aku tidak melihat-Mu mulia. Tetapi aku harus mengatakan kepada orang-orang bahwa Engkau luar biasa baik. Jadi, tolong aku Tuhan. Lembutkanlah hatiku terhadap-Mu.” Jadi setiap hari saya harus datang kepada Tuhan dan berdoa agar Dia melelehkan kebekuan hati saya. Saya tidak bisa mengatakan kepada orang-orang bahwa Tuhan itu hebat jika saya tidak merasa bahwa Dia hebat. Saya tidak bisa mengatakan kepada orang lain, “Inilah yang harus anda lakukan” ketika saya sendiri tidak melakukannya. Jadi, setiap hari saya harus berdoa dengan tekun. Saya tidak bisa mengambil cuti rohani. Dan melakukan hal itu secara konsisten akan membuat saya bertumbuh sebagai seorang pendeta. Atau kedua, saya bisa berpura-pura. Saya bisa mengabaikan kondisi rohani saya dan memakai topeng pendeta. Saya berkhotbah kepada anda setiap hari Minggu dan berkata, “Tuhan itu mulia” sementara saya tidak melihat Dia mulia. Saya dapat mengatakan kepada anda, “Lakukan ini dan jangan lakukan itu” sementara saya melakukan hal yang sebaliknya. Jadi, saya punya pilihan. Saya akan menjadi pendeta yang jauh lebih tulus daripada sebelumnya atau menjadi pendeta yang jauh lebih munafik daripada sebelumnya. Tetapi saya tidak akan diam di mana saya berada sebelumnya. Apakah anda mengikuti saya? Dan hal ini tidak hanya terjadi pada saya, tetapi juga pada anda. Setiap ujian yang kita alami membawa pencobaan.

Jadi, inilah yang Yakobus katakan. Ketika Tuhan menguji kita, itu untuk membuat kita bertumbuh dan memberkati kita. Ketika hal yang sebaliknya terjadi, kesalahan bukan terletak pada Tuhan. Kita tidak bisa berkata, “Aku menjadi seburuk ini karena Tuhan.” Mengapa? Karena Tuhan tidak dapat dicobai dengan yang jahat, dan Dia tidak mencobai siapa pun. Dan Yakobus melanjutkan dengan berkata, “Alasan kamu berbuat dosa bukan karena Tuhan yang membuatmu berbuat dosa. Alasan kamu dicobai, alasan kamu berbuat dosa adalah karena kamu ingin berbuat dosa. Tidak ada yang membuat kamu berbuat dosa. Tidak ada ujian yang membuat kamu berbuat dosa. Bahkan Iblispun tidak dapat membuatmu berbuat dosa. Alasan kamu berbuat dosa adalah karena kamu menginginkannya.” Dan ini sangat penting. Perhatikan. Ada perbedaan besar antara kesempatan dan penyebab. Kesempatannya adalah ujian, tetapi penyebab dosa adalah keinginan kita sendiri.

Katakanlah seorang guru matematika memberikan ujian. Tujuan dari ujian tersebut adalah untuk menunjukkan kepada murid seberapa banyak yang mereka telah pelajari. Tetapi jika para murid tidak memperhatikan di kelas dan tidak mengerjakan tugas dan gagal dalam ujian tersebut, maka ujian tersebut tidak menyebabkan kegagalan mereka. Para murid gagal karena mereka tidak melakukan bagian mereka. Ujian adalah kesempatan untuk gagal, namun bukan penyebab kegagalan. Ini sangat penting. Karena para murid dapat dengan mudah mengatakan, “Jika guru matematikaku yang bego itu tidak memberikan ujian, aku tidak akan gagal.” Jadi para murid membenarkan diri mereka sendiri dan menyalahkan guru matematika atas kegagalan mereka. Mereka menyalahkan kesempatan sebagai penyebab. Tetapi Yakobus berkata, “Kamu tidak bisa melakukan itu. Tuhan tidak bersalah. Tuhan memang menguji kamu. Tetapi jika kamu gagal dalam ujian, itu bukan salah Tuhan. Itu adalah kesalahanmu. Ujian mengungkapkan kondisi hatimu yang sebenarnya. Tuhan tidak membuat kamu berdosa. Kamu berdosa karena kamu ingin berbuat dosa.”

Dan ini adalah kebenaran yang bergema di seluruh Alkitab. Tidak ada seorang pun yang berdosa karena terpaksa. Kita berdosa karena kita menginginkannya. Sebagai contoh, ledakan amarah. Anda dapat mengatakan, “Aku sebenarnya tidak ingin meledak, tetapi kamu tidak tahu apa yang dia lakukan kepadaku. Aku tidak punya pilihan. Aku tidak ingin meledak, tetapi dia membuat aku marah.” Dan Yakobus akan berkata, “Bukan itu yang terjadi. Kamu meledak karena kamu ingin marah. Kamu ingin dia tahu bahwa dia telah menyakitimu lebih dari menunjukkan belas kasihan. Itu sebabnya kamu meledak. Kamu selalu melakukan apa yang paling kamu inginkan.” Apakah anda tahu apa artinya? Artinya kita selalu punya pilihan. Dan kita selalu melakukan apa yang kita paling inginkan. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari tanggung jawab atas tindakan mereka. Ketika kita diuji dan kita berbuat dosa, itu karena kita ingin melakukannya. Dosa selalu dimulai dari dalam diri kita. Bukan iblis, bukan atasan kita, bukan pasangan kita, bukan anak-anak kita. Kita berbuat dosa ketika kita terpikat oleh keinginan kita sendiri. Kita mungkin berada dalam situasi yang sangat sulit, kita mungkin telah disakiti, tetapi semua situasi itu hanya menyediakan kesempatan bagi apa yang jahat di dalam diri kita untuk muncul. Kita harus menyadari bahwa meskipun Tuhan berdaulat atas ujian kita, kita bertanggung jawab atas pencobaan kita. Jika kita gagal dalam pencobaan, tidak ada yang bisa kita salahkan selain diri kita sendiri. Racunnya tidak lain adalah hati kita yang jahat. Kita adalah musuh terburuk diri kita sendiri.

 

 

Penyebaran

Yakobus 1:15 – Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Dalam ayat ini, Yakobus memberikan kita gambaran tentang penyebaran dan perkembangan dosa. Dan kata keinginan adalah sebuah kata yang sangat menarik. Ini adalah sebuah kata Yunani yang sangat penting, ‘epithumia’. Alkitab Indonesia menerjemahkannya sebagai keinginan. Tetapi banyak terjemahan lain yang menerjemahkannya sebagai keinginan yang jahat. Tetapi itu tidak tepat. ‘Epithumia’ bukanlah keinginan yang jahat, tetapi keinginan yang berlebihan. Cara kerja dosa bukanlah membuat kita menginginkan hal-hal yang buruk, tetapi kita menginginkan hal-hal yang baik secara berlebihan. Sebagai contoh, keinginan untuk mengontrol. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, tetapi saya suka ketika kehidupan berjalan sesuai dengan yang saya inginkan. Saya suka ketika semuanya teratur, dan tidak ada yang terjadi yang membuat saya panik. Saya suka ketika saya tahu persis apa yang akan terjadi besok, jadi saya bisa merencanakan dengan baik. Apakah itu dosa? Saya rasa tidak. Tuhan membuat kita untuk menginginkan keteraturan. Dan Tuhan adalah Tuhan yang teratur. Pada awal penciptaan, segala sesuatunya kacau dan Tuhan menciptakan keteraturan dari kekacauan. Tidak ada yang terjadi di dunia ini di luar kendali Tuhan. Tuhan memegang kendali mutlak atas setiap molekul di alam semesta. Dia tidak pernah terkejut oleh apapun. Jadi keinginan untuk keteraturan adalah hal yang baik.

Tetapi epithumia adalah ketika kita menjadikan kontrol sebagai hal yang terutama dalam hidup kita. Kita harus memegang kontrol atas hidup kita dan ketika kita tidak memegang kontrol, kita menjadi sangat cemas. Kita menjadi orang yang memaksa orang lain untuk mengikuti keinginan kita dan kita berpikir bahwa kita selalu tahu apa yang terbaik untuk kita dan orang lain. Jadi bukannya percaya bahwa Tuhan memegang kontrol, kita justru ingin memegang kontrol. Itulah epithumia. Dan yang Yakobus katakan adalah jika kita menginginkan kontrol lebih daripada Tuhan, jika kita menginginkan penerimaan lebih daripada Tuhan, jika kita menginginkan kenyamanan lebih daripada Tuhan, dan ujian datang, keinginan kita yang berlebihan akan hal-hal tersebut akan membawa kita kepada dosa. Alkitab mengatakan bahwa dosa bukan hanya melanggar aturan. Dosa dimulai ketika kita menginginkan sesuatu yang lebih dari Tuhan.

Perhatikan baik-baik apa yang Yakobus katakan. Ketika keinginan yang berlebihan memikat kita, apa yang terjadi selanjutnya? “Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa. Dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Yakobus berbicara tentang maut rohani, di mana kita terpisah dari Tuhan. Jadi, perhatikan penyebarannya. Maut berasal dari dosa. Dosa berasal dari pembuahan. Pembuahan berasal dari terpikat. Terpikat berasal dari keinginan yang berlebihan akan sesuatu yang lebih daripada Tuhan. Semuanya dimulai dengan keinginan. Sinclair Ferguson menjelaskan langkah pencobaan dalam enam kata. Pertama, ketertarikan. Hati kita tertarik kepada sesuatu yang lain selain Tuhan. Kedua, kebohongan. Kita merasa bahwa kita harus memiliki hal itu untuk menjadi bahagia. Ketiga, keasyikan. Kita mulai memikirkannya dan menginginkannya lebih banyak. Keempat, konsepsi. Kita mengejar hal itu dan bertindak atasnya. Kelima, kecanduan. Kita dengan cepat diperbudak dan kecanduan pada hal itu. Keenam, keputusasaan. Dihadapkan dengan kegagalan kita, kita percaya bahwa tidak ada jalan keluar. Kita lebih baik menyerah sepenuhnya.

Mari kita bahas salah satu dosa hubungan yang paling menghancurkan, yaitu dosa perzinahan. Perzinahan tidak terjadi dalam satu malam. Saya akan menunjukkan kepada anda bagaimana perzinahan biasanya terjadi menggunakan langkah pencobaan. Anda menghadapi ujian dalam pernikahan anda. Anda dan pasangan anda mengalami masalah, dan hal itu membuat anda merasa hampa di dalam. Anda berpikir bahwa anda layak mendapatkan yang lebih baik. Anda ingin pasangan anda memuja anda, tetapi anda tidak mendapatkannya. Anda merasa tidak bisa bahagia tanpa pujaan. Tetapi kemudian seseorang datang dan memberikan perhatian itu. Seseorang datang dan orang itu membuat anda merasa seperti anda adalah sesuatu. Anda menyukainya. Dan anda mulai memikirkan orang itu lebih dan lebih lagi. Anda tahu bahwa anda tidak boleh melakukannya, tetapi anda menyukai perhatian yang diberikan orang tersebut yang tidak anda dapatkan dari pasangan anda. Anda mendambakannya. Jadi anda mulai menghibur pikiran dan keinginan itu dan menciptakan ruang untuk orang itu dalam hidup anda. Dan kemudian sebuah kesempatan datang di mana anda dapat bertindak atas keinginan anda. Mungkin itu adalah perjalanan bisnis. Mungkin itu adalah waktu dimana anda berdua saja dengan dia di kantor. Dan inilah zona bahaya. Persimpangan di mana keinginan dan kesempatan bertemu sangatlah berbahaya. Satu tanpa yang lain, anda mungkin bisa mengatasinya. Tetapi ketika keduanya bersama-sama, anda berada dalam masalah. Ketika keinginan bertemu dengan kesempatan, sering kali itu adalah lokasi kehancuran. Jadi, anda tidur dengan orang itu. Dan pada awalnya, anda merasa sangat bersalah. Anda pikir itu hanya kesalahan satu kali. Anda ingin menjadi pasangan yang lebih baik dan orang tua yang lebih baik. Tetapi anda terus kembali ke orang itu. Anda kecanduan dengan orang itu. Anda tidak bisa melepaskannya. Dan akhirnya, anda menyerah sepenuhnya. Anda pergi meninggalkan keluarga anda dan memilih orang itu.

Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Ini maksud saya. Semua tindakan dosa dimulai sebagai embrio kecil di dalam hati. Dan embrio itu tumbuh menjadi bayi hingga dewasa. Dimulai dari keinginan yang mengarah pada dosa yang mengarah pada kematian. Yang ingin saya sampaikan adalah ini. Jangan menunggu sampai dosa bertumbuh kuat dan merajalela di dalam hidup anda. Lawanlah dosa sejak dini. Jangan biarkan dosa bertumbuh. Saya tahu itu mungkin terasa tidak berbahaya pada awalnya. Tetapi dosa adalah seekor pemangsa yang ingin membunuh anda. Ada sebuah cerita yang muncul pada bulan Oktober 2017. Seorang wanita membeli ular piton dan tidur dengannya setiap malam. Ia sangat menyayangi ular piton peliharaannya. Setiap malam, wanita ini akan tidur dengan ular piton yang melingkar di sekeliling tubuhnya. Sampai dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Setelah berminggu-minggu tidur bersama, ular piton ini tiba-tiba berhenti makan. Dan setelah beberapa minggu tidak makan, ia khawatir dan ia membawa ular pitonnya ke dokter hewan. Setelah mendengar bahwa wanita itu dan ular pitonnya tidur bersama setiap malam, dokter hewan mulai khawatir. Dia bertanya kepada wanita itu, “Sejak ular piton ini tidak mau makan, apakah dia tidur dengan pola melingkar di sekelilingmu, atau apakah dia berbaring dari ujung ke ujung di atasmu?” Wanita itu menjawab, “Itu yang aneh. Ketika kami pertama mulai tidur bersama, ular ini tidur dengan pola melingkar di sekelilingku. Tapi sejak ia tidak mau makan, ia membentang dari kepala hingga kakiku.” Kemudian dokter hewan menjadi sangat khawatir. Dia berkata, “Alasan mengapa ular pitonmu merentangkan tubuhnya adalah karena ia sedang mengukur kamu. Alasan mengapa ular ini tidak mau makan adalah karena ia sedang mempersiapkan diri untuk makanan yang sangat besar. Kamu adalah menu berikutnya.”

Anda lihat apa yang terjadi? Apa yang dimulai sebagai sesuatu yang lucu dan menggemaskan berubah menjadi sesuatu yang mematikan. Dan kita seharusnya tidak terkejut akan hal itu. Sudah menjadi sifat alami ular piton untuk menyerang yang lebih lemah. Seharusnya tidak ada yang terkejut ketika seekor pemangsa bertindak seperti seekor pemangsa. Mari saya berikan anda cara agar tidak dimakan ular piton. Apakah anda siap? Ini sangat mengejutkan. Jangan memelihara ular piton. Tidak peduli betapa lucunya ular itu, pada akhirnya ia akan memakan anda. Dan itulah gambaran yang tepat dari dosa. Dosa bukanlah hewan peliharaan yang bisa kita pelihara. Dosa adalah musuh yang harus kita usir sebelum dia menghancurkan kita. Dan tidak ada waktu yang lebih baik untuk melawan dosa selain sekarang. Jangan berpikir yang berlebihan tentang diri anda. Jangan berkata, “Aku tidak apa-apa. Aku bisa menghadapinya nanti. Aku selalu bisa keluar kapan pun aku mau. Aku selalu punya pilihan.” Jangan percaya pada kebohongan musuh. Semakin lama anda menunggu, semakin sukar. Dosa dalam hidup anda hanya akan tumbuh dan menjadi lebih kuat. Dan hanyalah masalah waktu sebelum dosa itu menghancurkan hidup anda.

Jadi, ini pertanyaan refleksi. Adakah dosa dalam hidup anda yang selama ini anda terlalu bersahabat dengannya? Jangan biarkan dosa itu bertumbuh. Jangan menghiburnya. Jangan bermain-main dengannya. Jangan biarkan dosa bertumbuh dari embrio hingga dewasa, dari keinginan hingga pembuahan. Lawanlah dosa sejak awal. Anda mungkin berpikir bahwa keinginan-keinginan itu tidak membahayakan anda selama anda mengendalikannya. Anda mungkin tidak melihat konsekuensi nyata dari hal itu sekarang. Tetapi jika anda tidak mengatasinya, hanyalah masalah waktu sebelum keinginan-keinginan itu memakan anda. Dan dosa tidak pernah berhenti di tempat yang anda inginkan. Dosa akan terus membawa anda lebih jauh dan lebih jauh lagi. Dan sebelum anda menyadarinya, anda mendapati diri anda melakukan hal-hal yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya. Tetapi tahukah anda di mana semuanya dimulai? Semuanya dimulai di dalam hati: keinginan. Setiap dosa adalah pekerjaan dari dalam. Jadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa melawan pencobaan untuk berbuat dosa?

 

 

Penawar

Yakobus 1:16-18 – Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

Jika kita baca sekilas, sepertinya Yakobus mengubah topik dari pencobaan menjadi pemberian Tuhan yang baik. Tetapi sebenarnya tidak. Yakobus memberikan kita obat penawar bagi pencobaan. Perhatikan. Penawar untuk pencobaan adalah kebaikan Tuhan. Bagaimana kita dapat mengatakan tidak pada dosa? Bagaimana kita menghadapi pencobaan? Jika kita berpikir bahwa dosa hanyalah tentang melanggar aturan, maka jawabannya adalah jangan melanggar aturan. Katakan tidak pada dosa. Itu mudah. Tetapi Alkitab tidak pernah memberikan jawaban seperti itu. Tahukah anda mengapa? Karena Alkitab mengatakan kepada kita bahwa dosa pertama-tama dan terutama adalah masalah hati dan bukan masalah perilaku. Dosa bukanlah masalah perbuatan, melainkan masalah keinginan. Itulah sebabnya mengapa hanya mengatakan tidak pada dosa tidak akan berhasil. Tahukah anda mengapa kita berbuat dosa? Kita berbuat dosa karena kita percaya bahwa hal itu akan memuaskan keinginan kita. Setiap kali kita berbuat dosa, kita mempercayai kebohongan iblis bahwa Tuhan menahan sesuatu yang baik dari kita. Tuhan tidak ingin kita bahagia. Tuhan itu pelit. Oleh karena itu, kita harus mengejar kebaikan kita sendiri. Kita berbuat dosa karena kita percaya bahwa itulah satu-satunya cara bagi kita untuk bahagia. Tidak ada orang yang berbuat dosa karena keharusan. Pertempuran melawan dosa adalah pertempuran keinginan. Itulah sebabnya saya sangat menyukai apa yang ditulis oleh Thomas Chalmers dalam khotbahnya yang terkenal, ‘The expulsive power of a new affection.’ Dia menulis dengan sangat indah, “Satu-satunya cara untuk mematahkan cengkeraman objek yang indah pada jiwa adalah dengan menunjukkan objek yang lebih indah lagi.” Kita tidak bisa begitu saja mengatakan tidak pada dosa karena hati kita telah tercengkeram oleh sesuatu. Itulah sebabnya penawar pencobaan bukan hanya dengan mengatakan tidak kepada dosa, tetapi dengan jatuh cinta kepada Tuhan.

Bagaimana kita melakukannya? Ada dua cara. Pertama, ingatlah bahwa Tuhan adalah Pemberi setiap pemberian yang baik dalam hidup kita. Ini penting. Karena dalam setiap ujian dan pencobaan, kita pasti ingin mempertanyakan kebaikan Tuhan. Bukankah itu benar? Setiap kali kita menghadapi ujian, hati kita bertanya, “Jika Tuhan itu baik, mengapa Dia mengijinkan aku mengalami kesusahan ini?” Dan itulah yang musuh ingin kita percayai. Dia ingin kita percaya bahwa Tuhan tidak menginginkan yang terbaik bagi kita. Tuhan menyimpan hal-hal yang baik dari kita. Tetapi Yakobus mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Pemberi setiap pemberian yang baik dalam hidup kita. Tuhan tidak memberikan yang jahat kepada anak-anak-Nya. Semua yang diberikan-Nya adalah baik dan apa pun yang baik tidak akan Ia tahan dari kita. Jadi bukannya mencobai kita dengan yang jahat, Tuhan hanya memberikan pemberian yang baik kepada kita. Namun, inilah hal yang menarik dari pemberian-pemberian Tuhan yang baik. Mereka bukanlah matahari; mereka adalah bulan. Anda tahu apa yang saya maksudkan? Bulan selalu bergeser. Bulan selalu mengubah cahayanya karena ia tidak memiliki cahaya sendiri. Bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Tetapi matahari tidak pernah berubah. Matahari selalu bersinar. Kita bisa bersembunyi dari matahari, atau kita bisa menjauh dari matahari, tetapi matahari selalu sama.

Begitu juga dengan Tuhan dan pemberian-pemberian baik dari Tuhan. Pemberian-pemberian yang baik itu memang indah, tetapi bukan itu intinya. Mereka adalah bulan. Semua itu tidak akan dapat memuaskan kita. Mereka memuaskan kita hari ini dan tidak akan memuaskan kita minggu depan. Tetapi Tuhan berbeda. Tuhan adalah matahari. Dia adalah Bapa segala terang yang tidak pernah berubah dan tidak ada bayangan karena pertukaran. Dengan kata lain, Yakobus mengatakan bahwa ketika kita mendapatkan pemberian yang baik, kita harus melihat terang di balik pemberian tersebut. Terang yang sempurna. Terang yang tidak berubah. Siapa itu? Tuhan. Tuhan tidak berubah dalam pemberian-Nya. Dia selalu memberi, Dia selalu bersedia, dan Dia selalu tersedia. Intensitas kebaikan Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan berbuat baik setiap saat karena Dia baik setiap saat. Hal yang jahat tidak mungkin datang dari Tuhan karena Tuhan adalah kebaikan yang tak terbatas. Tuhan tidak seperti bayangan yang memanjang atau memendek tergantung pada waktu. Kebaikan-Nya tidak pernah berubah. Tuhan tidak pernah berada dalam suasana hati yang buruk. Dia tidak pernah berubah menjadi lebih buruk. Bayangkan jika Tuhan bisa bete. “Aku lagi bete hari ini, jadi Aku tidak akan menopang alam semesta selama satu jam.” Hal berikutnya yang terjadi, matahari jatuh ke bumi dan kita dapat sauna 10,000 derajat gratis. Ada yang bersyukur karena Tuhan tidak pernah bete? Dan inilah yang lebih menakjubkan. Tuhan tidak pernah berubah menjadi lebih baik. Mengapa ini menakjubkan? Karena jika Tuhan dapat berubah menjadi lebih baik, itu berarti ada sesuatu yang kurang dalam diri Tuhan. Tetapi tidak ada yang kurang dari Tuhan. Dia sangat baik dan selalu baik. Dan kita harus melihat kepada matahari dan bukan kepada bulan.

Salah satu cara terbaik untuk menghadapi pencobaan adalah dengan bersukacita atas kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Apa pun yang baik yang kita alami dalam hidup kita hari ini berasal dari Tuhan. Jadi, jangan fokus kepada apa yang tidak kita miliki, melainkan fokus kepada setiap pemberian baik yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Jika kita sehat hari ini, itu karena Tuhan menjaga kita tetap sehat. Jika kita memiliki pekerjaan hari ini, itu karena Tuhan memberikan pekerjaan itu kepada kita. Jika kita masih hidup, itu karena Tuhan memberikan kita oksigen untuk bernafas. Jika kita bisa menikmati makanan yang enak, itu karena Tuhan memberikan kita lidah untuk mencicipi rasa yang berbeda. Jika kita dapat pergi berlibur dan menikmati pemandangan yang indah, itu karena Tuhan menciptakan tempat-tempat tersebut untuk membuat kita kagum akan Sang Pencipta. Jika kita memiliki teman baik, pasangan, keluarga, itu karena Tuhan memberikan mereka kepada kita untuk menemani kita. Tidak ada hal baik dalam hidup kita yang tidak berasal dari Tuhan. Jadi, nikmatilah pemberian-pemberian Tuhan yang baik, tetapi jangan salah mengira bulan sebagai matahari. Pemberian-pemberian yang baik itu diberikan untuk mengarahkan kita kepada Sang Pemberi. Itu yang pertama.

Penawar kedua untuk melawan pencobaan adalah dengan mengingat kelahiran baru kita. Kelahiran baru kita adalah bukti terbesar dari kebaikan Tuhan kepada kita. Itu adalah pemberian terbaik yang dapat Tuhan berikan kepada kita. Mari saya perjelas. Anda bukanlah seorang Kristen jika anda belum lahir baru. Tidak peduli apa yang tertulis di SIM anda. Tidak peduli jika anda besar di gereja sepanjang hidup anda. Jika anda belum lahir baru, anda bukanlah seorang Kristen. Tetapi inilah hal yang penting tentang kelahiran baru. Itu di luar kendali kita. Kita tidak dapat memutuskan apakah kita ingin lahir baru atau tidak. Tidak peduli berapa banyak gelar PhD yang kita miliki. Tidak peduli dari mana kita mendapatkan gelar MBA. Kita tidak bisa menghendaki diri kita sendiri untuk lahir baru. Itu adalah pekerjaan dan keputusan Tuhan semata. Yakobus berkata kita dilahirkan baru atas kehendak Tuhan sendiri. Ini seperti kelahiran alami kita. Saya lahir pada tanggal 4 Januari di tahun yang belum lama ini. Saya lahir di Denpasar Bali, Indonesia. Papi saya bernama Semuel dan mami saya bernama Lydia. Saya dapat memberi tahu anda fakta-fakta dasar tentang kelahiran saya. Tetapi saya tidak mengendalikan itu semua. Saya tidak memutuskan untuk dilahirkan pada tanggal 4 Januari di Denpasar. Saya juga tidak memilih untuk menjadi anak dari papi dan mami saya. Saya tidak memilih untuk menjadi orang Asia dengan mata yang sipit. Saya terlahir seperti ini karena pekerjaan orang tua saya. Mereka melakukan apa yang dilakukan oleh suami dan istri ketika mereka bosan di malam hari, dan voila, saya muncul 9 bulan kemudian. Saya tidak berkontribusi apa pun untuk kelahiran alami saya. Dan dengan cara yang sama, kita tidak berkontribusi apa pun untuk kelahiran baru kita. Itu adalah pekerjaan Tuhan dan kehendak Tuhan semata. Tuhanlah yang menyebabkan kita mengalami kelahiran baru.

Kita perlu memahami hal ini dengan benar karena banyak orang Kristen yang salah paham. Kita tidak lahir baru karena kita menjadi orang Kristen. Kita menjadi orang Kristen karena Tuhan telah membuat kita lahir baru. Ini seperti memiliki akta kelahiran. Mana yang lebih dulu? Kelahiran anda atau akta kelahiran anda? Akta kelahiran tidak menyebabkan anda dilahirkan, tetapi akta kelahiran menunjukkan bahwa anda telah dilahirkan. Kita menjadi orang Kristen karena Tuhan telah membuat kita lahir baru. Dan bagaimana Tuhan melakukannya? Melalui firman kebenaran. Yakobus berbicara tentang Injil. Ya, Tuhanlah yang menyebabkan kita lahir baru. Tetapi Tuhan melakukannya melalui sarana pemberitaan Injil. Ketika kita mendengar Injil diberitakan, kita tidak mengerti apa yang terjadi pada kita, tetapi iman timbul. Kita percaya kepada Injil. Kita kagum dengan Injil. Dan kita diubahkan oleh Injil. Kita yang tadinya adalah musuh-musuh Tuhan berubah menjadi kekasih-kekasih Tuhan. Kita yang dulunya berpikir bahwa salib Kristus adalah sesuatu yang sangat bodoh, sekarang terpesona olehnya. Kita tidak bisa berhenti memikirkan dan membicarakannya.

Dan Yakobus berkata, “Itu semua bukan karena kamu. Itu semua terjadi semata-mata karena Tuhan memilih untuk melakukannya. Kamu mengalami kelahiran baru bukan karena kamu lebih baik dari orang lain. Kamu menjadi orang Kristen karena Tuhan menghendakinya.” Sama seperti kita tidak berkontribusi apa pun pada kelahiran alamiah kita, kita juga tidak berkontribusi apa pun pada kelahiran rohani kita. Itu adalah karya Tuhan dari awal hingga akhir. Tuhan adalah Pemberi semua pemberian yang baik dalam hidup kita. Dan tidak ada pemberian yang lebih baik daripada kelahiran baru kita. Beberapa dari anda mungkin berkata, “Tapi Yos, aku yang membuat keputusan untuk percaya. Aku yang mengambil keputusan untuk memberikan hidupku kepada Tuhan.” Ya, itu benar. Saya tidak menyangkal itu. Tetapi di balik keputusan itu ada karya supernatural Tuhan yang membuat anda mengambil keputusan itu. Alasan anda memilih Tuhan adalah karena Tuhan telah memilih anda.

Dan tidak berhenti hanya sampa disitu. Yakobus berkata, “supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” Terjemahan yang tepat bukanlah anak sulung tetapi buah sulung. Apa itu buah sulung? Buah sulung adalah gambaran dari apa yang akan datang. Ketika kita melihat buah sulung, kita tahu bahwa panen akan datang. Dan yang Yakobus katakan di sini adalah bahwa apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita, bagaimana Dia telah memilih dan menyelamatkan kita, itu hanyalah ‘foretaste’ atau cicipan dari apa yang jauh lebih besar yang akan datang. Karena akan tiba suatu hari dimana Tuhan akan menebus semua ciptaan, dan segala sesuatu akan dijadikan baru. Yang lama akan berlalu dan yang baru akan datang. Tidak akan ada lagi ujian dan tidak akan ada lagi pencobaan. Dan apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita hanyalah cicipan dari kebaikan yang tak terbatas yang akan datang. Begitulah betapa baiknya Tuhan. Ketika kita melihat kebaikan Tuhan yang tak terbatas dan tak berubah terhadap kita, itulah yang mematahkan kuasa pencobaan. Hati kita begitu terpikat oleh kebaikan Tuhan sehingga kita tidak menginginkan yang lain melebihi Dia.

Saya akan tutup dengan ini. Salah satu alasan utama mengapa kita tidak menyadari betapa menakjubkannya pemberian-pemberian Tuhan yang baik untuk kita adalah karena kita berpikir bahwa kita layak mendapatkannya. Sulit bagi kita untuk memahami bahwa kita tidak layak mendapatkan apapun yang baik dari Tuhan. Kita memang layak mendapatkan sesuatu. Tetapi itu bukanlah pemberian yang baik, melainkan penghukuman dan penghakiman kekal. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita adalah musuh-musuh Tuhan. Kita layak menerima neraka karena kita telah memberontak terhadap Tuhan yang mahakuasa. Kita gagal di dalam ujian dan kita jatuh di dalam pencobaan. Tetapi Tuhan memiliki agenda yang berbeda. Bukannya memberikan apa yang pantas kita terima, Dia memberikan setiap pemberian yang baik dan sempurna kepada kita. Tuhan membuat kita dilahirkan baru. Dia mengubah musuh-musuh-Nya menjadi anak-anak-Nya. Dia mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita ciptaan yang baru. Dia membuat kita indah dan kudus di hadapan-Nya. Tetapi tahukah anda harga yang harus dibayar Tuhan untuk melakukannya? Pemberian-pemberian yang baik itu diberikan secara cuma-cuma kepada kita, tetapi Tuhan harus mengorbankan segalanya. Yesus, satu-satunya yang tidak pernah gagal dalam ujian, satu-satunya yang tidak pernah berbuat dosa dalam pencobaan, bukannya menerima pemberian yang baik dari Tuhan, Yesus menerima murka Tuhan. Untuk menyelamatkan kita, Yesus harus dihukum. Untuk mengadopsi kita, Yesus harus ditinggalkan. Untuk memberikan setiap pemberian yang baik kepada kita, Yesus harus menerima semua kejahatan yang seharusnya kita terima. Yesus ditelanjangi dan disalibkan di kayu salib untuk membuat kita indah dan kudus di mata Tuhan. Harga yang harus dibayar Yesus untuk memberikan kepada kita setiap pemberian Tuhan yang baik dan sempurna adalah nyawanya. Itulah betapa besar kasih Tuhan kepada kita.

Dan jika kita melihat sejauh mana Tuhan mengasihi kita, kita tidak memiliki alasan untuk meragukan kasih-Nya kepada kita. Ketika kita melihat apa yang telah Yesus lakukan untuk kita di kayu salib, Dia menjadi yang hati kita paling inginkan. Ini adalah penawar yang menolong kita melawan pencobaan. Setiap kali pencobaan datang dan kita tergoda untuk meragukan kebaikan Tuhan, yang harus kita lakukan adalah memandang salib Yesus Kristus. Tataplah keindahan salib dan terpesona olehnya. Satu-satunya cara untuk mematahkan cengkeraman dosa dalam hati kita adalah kita harus mengasihi seseorang yang lebih baik; kita membutuhkan objek yang jauh lebih indah. Dan lihatlah dia, Yesus Kristus yang mengasihi kita hingga ke kayu salib. Mengapa saya selalu membahas tentang Yesus dalam setiap khotbah saya? Mengapa saya selalu berkata, “Lihat Yesus, lihat Yesus, lihat Yesus”? Karena hanya dengan mengatakan tidak kepada dosa tidak akan cukup. Kita harus jatuh cinta kepada Yesus. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

  1. What struck you the most from the sermon?
  2. Explain the difference between trials and temptations. Why is it important to differentiate between the two?
  3. Look at the six-step progress of temptation. Why is it dangerous to be friendly to sin?
  4. “The antidote to temptation is the goodness of God.” Give some practical daily disciplines that help you remember the goodness of God.
  5. How does the gospel break the power of temptation?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.