Bermegah dalam salib Kristus

Galatia 6:11-15

Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri. Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah. Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

 

Seperti yang anda bisa lihat, saya menyukai fashion. Saya mencoba untuk mengikuti tren fashion terbaru selama itu sopan dan enak dilihat. Namun, inilah yang saya ketahui tentang tren fashion: tren fashion selalu berubah. Apa yang sedang tren saat ini mungkin tidak lagi tren dalam beberapa tahun ke depan. Apa yang populer saat ini akan segera ketinggalan zaman. Dan hal ini biasanya terjadi dalam siklus lingkaran. Sebagai contoh, saat ini adalah era celana lebar. 10 tahun yang lalu, itu adalah era celana skinny. Tetapi celana lebar sudah pernah menjadi tren 20 tahun yang lalu. Kita menyebutnya flare jeans. Saya dulu memakainya saat masih remaja. Jadi inilah kabar baik bagi anda yang masih memakai skinny jeans saat ini. Tetaplah menggunakannya selama 10 tahun ke depan dan anda akan memimpin tren fashion. Tren fashion selalu berubah. Tetapi mari saya beri tahu anda apa yang tidak akan pernah berubah dan ketinggalan zaman. Injil tidak akan pernah berubah dan ketinggalan zaman. Tidak akan pernah ada waktu di mana kita tidak membutuhkan Injil.

Dan inilah argumen utama Paulus dalam kitab Galatia. Umat Kristus tidak boleh keluar dan meninggalkan Injil. Itulah sebabnya kitab Galatia adalah kitab yang paling berpusat pada Injil di dalam Alkitab. Bukan karena Galatia memberikan eksposisi Injil yang paling lengkap, kehormatan itu adalah milik kitab Roma, tetapi karena tidak ada kitab lain yang berbicara tentang betapa pentingnya Injil di dalam kehidupan umat Kristus. Inilah yang ditulis oleh Martin Luther dalam komentarinya tentang kitab Galatia. “Kebenaran Injil merupakan pokok utama dari semua doktrin Keristenan yang di dalamnya terdapat pengetahuan tentang semua kesalehan. Oleh karena itu, yang paling penting adalah bahwa kita harus mengetahui Injil ini dengan baik, mengajarkannya kepada orang lain, dan terus menerus menancapkannya ke dalam pikiran mereka.” Inilah inti dari surat Galatia. Injil bukan hanya tentang bagaimana orang bukan Kristen memperoleh keselamatan; Injil juga tentang bagaimana umat Kristus bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus.

Bacaan kita hari ini adalah akhir dari surat Galatia. Dan jika anda mengenal surat-surat Paulus, ia biasanya mengakhiri suratnya dengan salam penutup. “Sampaikan salamku kepada si A, sampaikan salamku kepada si B. Jangan lupa menyambut dia, dll.” Tetapi tidak demikian dalam surat Galatia. Paulus menutup suratnya kepada jemaat di Galatia dengan tegas. Dia tidak mengucapkan salam perpisahan, tetapi dia menyimpulkan isi suratnya. Galatia 6:11 – Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri. Yang terjadi adalah Paulus menggunakan orang lain untuk menulis surat tersebut saat ia mendiktekan kata-katanya. Tetapi sekarang di akhir surat, Paulus menulisnya dengan tangannya sendiri dan ia menggunakan huruf-huruf yang besar. Mengapa? Karena Paulus sedang mencoba menekankan sesuatu. Jika saya dapat memodernisasikannya, inilah yang Paulus lakukan. Paulus memperbesar ukuran huruf dari 12 menjadi 20, dan dia mengklik ‘bold, italic, underline’ pada seluruh paragraf. Dia mencoba untuk menegaskan, “Apa pun yang kamu lakukan, jangan lewatkan ini. Kamu harus mengetahui hal ini. Aku ingin kamu memperhatikan hal ini.” Apakah yang Paulus sangat ingin tekankan? Salib Yesus Kristus. Paulus berkata, “Tidak ada yang lebih penting dalam hidupmu, tidak ada yang lebih penting dalam sejarah selain salib Yesus Kristus.” Mengapa? Apa yang membuat salib Yesus Kristus begitu penting bagi Paulus?

Mari kita lihat teks ini bersama-sama. Berikut adalah tiga poin khotbah saya: bermegah yang salah; bermegah yang benar; anugerah untuk bermegah.

 

 

Bermegah yang salah

Galatia 6:12-13 – Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus. Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah.

Sepanjang surat Galatia, Paulus berjuang melawan pengajaran yang sesat dari guru-guru palsu. Guru-guru palsu berkata, “Kamu tidak akan diselamatkan jika kamu tidak menaati hukum Taurat dan disunat. Percaya kepada Yesus adalah baik, tetapi itu saja tidak cukup. Kamu harus melakukan lebih dari itu.” Tetapi Paulus berkata, “Tidak. Iman kepada Yesus saja sudah cukup untuk menyelamatkanmu. Kamu tidak perlu menaati hukum Taurat untuk diselamatkan. Kamu menaati hukum Taurat karena kamu sudah diselamatkan.” Dengan kata lain, guru-guru palsu mengatakan bahwa keselamatan adalah hasil dari ketaatan, sementara Paulus mengatakan bahwa ketaatan adalah hasil dari keselamatan. Dan sekarang di akhir suratnya, Paulus menjelaskan sekali lagi seperti seorang pengacara yang mengajukan permohonan terakhirnya kepada hakim dan para juri bahwa pekerjaan Yesus saja sudah cukup untuk keselamatan. Dan inilah pertanyaan yang saya ingin kita pertimbangkan. Apakah Kekristenan pada dasarnya adalah agama ketaatan dari luar atau perubahan dari dalam? Apakah pada dasarnya Kekristenan adalah tentang apa yang anda lakukan untuk Tuhan atau apa yang Tuhan telah lakukan untuk anda? Dan guru-guru palsu menjawab, “Tentu saja ketaatan dari luar. Kekristenan adalah tentang apa yang harus kita lakukan untuk Tuhan.” Tetapi Paulus berkata, “Itu tidak masuk akal. Bagaimana mungkin sesuatu yang bersifat eksternal dapat menjamin keselamatan jiwa? Dan jika ada sesuatu yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan diri kita sendiri, lalu mengapa Yesus harus mati? Salib Kristus tidak ada artinya jika kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Jika kita tidak memeluk salib, Kekristenan tidak ada artinya.”

Dan mari saya perjelas. Jika kita berpikir bahwa menerima salib Yesus Kristus itu mudah, kita tidak berpikir dengan jernih. Ada banyak orang saat ini dan sepanjang sejarah yang ingin menyingkirkan salib dari pusat Kekristenan. Bahkan murid-murid Yesus pun mengalami kesulitan untuk menerima salib. Dalam Matius 16, Yesus bertanya kepada murid-muridnya, “Menurut kamu, siapakah aku ini?” Petrus menjawab, “Kamu adalah Mesias, anak Allah yang hidup.” Yesus senang dengan jawaban Petrus dan mengatakan bahwa darah dan daging tidak mengajarkan hal itu kepada Petrus, tetapi itu adalah pewahyuan dari Allah. Kemudian Yesus mulai berbicara tentang salib. Dia mengatakan kepada mereka bahwa dia harus pergi ke Yerusalem dan menderita, disiksa dan dibunuh, dan kemudian bangkit kembali. Ketika Petrus mendengar itu, dia marah dan menegur Yesus. Dia berkata, “Yesus, kamu adalah anak Allah, kamu adalah guru yang agung, dan kamu adalah Mesias. Hentikan semua omong kosong tentang salib dan kematian.” Apa yang terjadi? Petrus tidak keberatan dengan Yesus sebagai guru. Dia tidak keberatan jika Yesus mengajarkan kepada mereka bagaimana cara hidup saleh, bagaimana cara berdoa, bagaimana cara mendekat kepada Allah, dll. Tetapi begitu Yesus mulai berbicara tentang salib, Petrus berkata, “Apa maksudmu? Itu tidak mungkin terjadi. Kamu tidak bisa mati di kayu salib. Kamu adalah Mesias.” Dan tahukah anda apa tanggapan Yesus? Yesus berkata, “Enyahlah Iblis!” Yesus memanggil Petrus, Iblis. Tahukah anda apa artinya? Ketika kita salah memahami doktrin salib, kita berada dalam cengkeraman Iblis. Ketika kita salah memahami doktrin salib, kita melakukan kehendak Iblis. Jika kita tidak memahami doktrin salib dengan benar, Yesus berkata bahwa kita menyenangkan Iblis. Namun yang menyedihkan adalah ada banyak orang, termasuk orang-orang di dalam gereja, yang salah memahami doktrin salib. Kita tidak boleh salah memahami doktrin salib. Karena tidak ada Kekristenan tanpa salib.

Jadi pertanyaannya adalah, mengapa orang-orang menginginkan Kekristenan tanpa salib? Mengapa guru-guru palsu mengajarkan sunat? Paulus memberikan kita dua alasan. Pertama, mereka tidak ingin dianiaya karena salib Kristus. Ketika kita berpikir tentang penganiayaan gereja mula-mula, kita sering berpikir tentang penganiayaan yang datang dari bangsa Romawi. Kita lupa bahwa penganiayaan yang paling berat yang dihadapi gereja mula-mula datang dari orang-orang Yahudi. Apa yang membuat orang-orang Yahudi agamawi marah adalah karena orang-orang Yahudi Kristen gagal menjaga batas-batas yang tepat antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Mereka tidak keberatan menerima orang bukan Yahudi jika orang bukan Yahudi tersebut setuju untuk disunat dan menjadi orang Yahudi. Jadi orang-orang Yahudi Kristen berada di bawah tekanan yang kuat untuk menyunat orang-orang bukan Yahudi untuk menghindari masalah dari otoritas sinagoge setempat. Mereka akan ditolak oleh komunitas Yahudi mereka jika mereka menerima orang percaya bukan Yahudi yang tidak disunat. Keselamatan melalui karya Yesus di kayu salib saja menyinggung orang-orang Yahudi. Itulah sebabnya Paulus dianiaya.

Tetapi perhatikan. Salib tidak hanya menyinggung orang-orang Yahudi; salib menyinggung semua orang. Tidak peduli siapa anda. Anda mungkin berasal dari budaya Barat atau budaya Timur. Anda mungkin orang tradisional atau orang modern. Anda mungkin orang desa atau orang kota. Tidak peduli siapa anda atau dari mana anda berasal, salib menyinggung anda. Apa yang membuat salib sangat menyinggung? Salib sangat menyinggung karena salib memberitahu anda bahwa anda jauh lebih jahat dan tidak berdaya daripada yang anda berani percayai. Inilah masalahnya. Orang-orang menyukai agama tetapi mereka membenci salib. Orang-orang menyukai agama karena agama mengatakan bahwa ada sesuatu yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan keselamatan anda. Anda tidak seburuk itu. Anda tidak sejahat itu. Anda tidak selemah itu. Ada sesuatu yang dapat anda lakukan dengan kekuatan anda sendiri untuk mendapatkan keselamatan. Pada akhirnya, anda yang bertanggung jawab atas hidup anda. Anda yang memegang kendali. Anda yang memiliki keputusan akhir. Dan orang-orang menyukai hal itu. Tetapi salib memberi tahu anda bahwa sama sekali tidak ada yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan keselamatan. Anda sangat buruk, sangat tidak berdaya, sangat lemah, sangat tidak memiliki harapan, dan sangat terkutuk. Anda tidak memegang kendali. Satu-satunya harapan anda adalah pada orang lain yang melakukan segala sesuatu yang tidak dapat anda lakukan dan memberikannya kepada anda sebagai hadiah. Dapatkah anda melihat mengapa salib begitu menyinggung? Setiap kita memiliki pandangan yang berlebihan tentang diri kita sendiri dan salib mengecilkan kita ke ukuran kita yang sebenarnya. Dan kita membencinya. Kita tidak suka diberitahu bahwa kita terlalu lemah dan terlalu berdosa untuk dapat berkontribusi pada keselamatan kita.

Jika anda adalah orang sekuler, anda tersinggung dengan salib karena anda percaya, “Tentu ada lebih dari satu jalan menuju Tuhan. Selama orang itu baik dan tulus, dia akan baik-baik saja. Setiap agama mengarah ke tempat yang sama. Yang penting adalah anda tidak menyakiti orang lain, dan anda hidup dengan baik.” Tetapi salib berkata bahwa tidak ada jalan lain kepada Tuhan selain melalui kematian Yesus di kayu salib. Keselamatan adalah karena kasih karunia saja melalui iman saja dalam Kristus saja. Orang-orang sekuler tersinggung dengan eksklusivitas salib. Di sisi lain, salib sangat menyinggung perasaan orang-orang beragama. Coba pikirkan apa arti salib. Salib berarti bahwa anda yang telah berusaha sangat keras untuk menjadi orang tua yang baik, anda yang telah berusaha menjadi anak yang baik, anda yang telah berusaha menjadi orang yang baik sepanjang hidup anda dan memiliki jejak hidup yang baik, anda berada di posisi yang sama dengan mereka yang menelantarkan anak-anak mereka, memberontak terhadap orang tua mereka, mereka yang sangat buruk dan memiliki catatan kriminal. Anda sama-sama terhilang dan anda membutuhkan salib yang sama untuk menyelamatkan anda. Salib menempatkan anda yang murni secara seksual dan mereka yang melacurkan diri mereka di posisi yang sama. Anda yang tidak menghasilkan banyak uang dalam bisnis karena integritas anda dan anda yang menghasilkan banyak uang karena anda korupsi berada di posisi yang sama. Anda sama-sama terhilang dan anda membutuhkan salib yang sama untuk menyelamatkan anda. Dapatkah anda melihat betapa menyinggungnya hal ini bagi orang-orang beragama? Salib menyinggung orang-orang beragama karena salib menempatkan orang yang baik dan orang yang jahat di posisi yang sama. Salib menyinggung karena salib bertentangan dengan semua skema penyelamatan diri sendiri. Salib melukai harga diri manusia. Salib mengatakan kepada anda bahwa anda begitu lemah dan jahat sehingga satu-satunya cara untuk diselamatkan adalah melalui salib Yesus Kristus.

Martyn Lloyd Jones sering mengajukan pertanyaan ini untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar memahami Kekristenan atau tidak setelah ia menjelaskan Injil kepada mereka. Dia bertanya, “Apakah anda siap untuk menjadi seorang Kristen?” Jika orang tersebut ragu-ragu dan berkata, “Aku rasa aku belum cukup baik untuk menjadi seorang Kristen,” dia tahu bahwa orang tersebut tidak memahami Kekristenan. Mengapa? Karena kita tidak dapat menjadi seorang Kristen dengan menjadi cukup baik. Kita hanya bisa menjadi seorang Kristen dengan iman. Kita hanya bisa menjadi seorang Kristen dengan percaya bahwa Yesus telah mati untuk kita, dan kita mati untuk keselamatan dan kebenaran diri kita sendiri. Jadi, inilah yang harus kita mengerti tentang salib. Kita mencintai salib atau membenci salib. Salib adalah hal yang paling indah di dunia atau hal yang paling dibenci di dunia. Jika kita berada di tengah-tengah, kita belum memahaminya. Dunia tersinggung oleh salib. Itulah sebabnya orang-orang yang mencintai salib dianiaya. Jadi, alasan pertama mengapa guru-guru palsu mengajarkan sunat adalah karena mereka tidak ingin dianiaya.

Alasan kedua mengapa guru-guru palsu mengajarkan keselamatan melalui sunat adalah karena sunat adalah alasan bagi mereka untuk bermegah. Mari kita bahas tentang bermegah terlebih dahulu. Bermegah adalah sesuatu yang sering muncul dalam surat Paulus. Apakah yang dimaksud dengan bermegah? Pada mulanya, bermegah adalah bagian dari peperangan. Bagaimana anda membuat prajurit maju ke medan perang dimana mereka hampir pasti akan mati? Anda memulainya dengan bermegah. Sebuah ritual bermegah adalah ketika sang komandan berdiri dan berkata, “Hari ini adalah hari kemenangan. Tangan kita akan membawa kita kepada kemuliaan yang kita inginkan, dan tombak kita akan bermandikan darah musuh. Dan jika kita mati, kita akan berpesta di Valhalla,” dan semua prajurit berteriak, “Raah,” dan mereka maju menyerang. Bermegah adalah bagaimana anda mempersiapkan diri, bagaimana anda mendapatkan kepercayaan diri untuk maju ke medan perang. Dan setiap orang harus bermegah akan sesuatu. Tidak ada yang namanya tidak bermegah. Bermegah adalah hal yang kita cari untuk mendapatkan kepercayaan diri, kekuatan, dan validasi. Pada dasarnya itu adalah identitas kita. Setiap orang harus menaruh kepercayaan diri mereka dalam sesuatu.

Inilah yang Tuhan katakan dalam Yeremia 9:23-24 – Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” Setiap orang bermegah atas apa yang sangat berharga dan bernilai bagi mereka. Mengapa orang bermegah? Karena mereka ingin orang lain menghargai hal yang membuat mereka merasa berharga. Saya belum pernah mendengar ada anak kecil yang membanggakan diri kepada orangtuanya karena mendapat nilai F dalam ujian. “Papi, mami, lihat nilai ulangan matematikaku. Aku dapat nilai F.” “Wow, luar biasa nak. Kamu mendapat nilai F. F berarti kamu ‘fantastic.’ Mari kita rayakan dan makan KFC.” Saya tidak pernah mendengar itu. Yang saya dengar adalah, “Papi, mami, aku dapat nilai A+ untuk ujian matematika. Lihat betapa hebatnya aku.” Orang bermegah terhadap sesuatu yang berharga bagi mereka.

Itulah mengapa orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaan mereka. Mereka ingin orang lain menghargai betapa pintarnya mereka. Orang kuat bermegah atas kekuatan mereka. Mereka ingin orang-orang melihat betapa perkasanya mereka. Orang kaya bermegah dalam kekayaan mereka. Mereka ingin orang lain tahu betapa banyak harta yang mereka miliki. Setiap orang memiliki sesuatu yang mereka andalkan untuk mengatakan, “Karena aku memiliki ini, aku adalah seseorang.” Lihat media sosial. Media sosial penuh dengan bermegah. Orang-orang menunjukkan hal-hal yang mereka anggap berharga. “Lihat makanan enak yang aku makan… Lihat betapa lucunya anakku… Lihat betapa indahnya liburanku… Lihat penghargaan yang aku terima… Lihat betapa sibuknya aku melayani…” Dan inilah permasalahan dengan bermegah. Kita suka bermegah. Kita suka memberi tahu orang lain mengapa kita berharga. Tetapi kita tidak suka jika orang lain melakukan hal yang sama. Kita suka bermegah tetapi kita tidak suka orang lain bermegah. Jadi apa yang kita lakukan? Kita ‘mute’ Instagram mereka. Apakah hanya saya yang melakukan itu? Namun kita harus bermegah akan sesuatu. Kita tidak bisa tidak bermegah. Dan Tuhan tidak memiliki masalah dengan bermegah. Dia ingin kita bermegah. Permasalahannya bukan pada bermegah tetapi pada objek dari kemegahan kita. Tuhan ingin kita bermegah di dalam Tuhan. Dia ingin menjadi objek dari kemegahan kita.

Inilah masalahnya dengan guru-guru palsu. Mereka bermegah dalam hal yang salah. Mereka ingin terlihat sukses. Semakin banyak orang yang mereka sunat, semakin banyak orang yang terkesan dengan mereka di Yerusalem. Yang mereka inginkan bukanlah pertumbuhan rohani jemaat di Galatia, mereka hanya ingin bermegah atas banyaknya orang yang disunat. Ini seperti menghadiri konferensi para pendeta. Ada dua pertanyaan yang selalu ditanyakan. Pertama, “Kamu lulusan dari sekolah Alkitab mana?” Dan yang kedua, “Berapa jumlah jemaat di gerejamu?” Dan para pendeta mengatakan hal-hal seperti, “Karena kasih karunia Tuhan, ada 80 jemaat di gerejaku. Bagaimana dengan kamu?” “Karena kasih karunia Tuhan, ada 8000 jemaat di gerejaku.” Kami menggunakan perkataan “Karena kasih karunia Tuhan” untuk membuatnya terdengar rendah hati. Tetapi sebenarnya itu hanyalah bermegah atas jumlah jemaat. Sama halnya dengan guru-guru palsu. Ketika mereka kembali ke Yerusalem, mereka saling bertanya, “Berapa banyak kulit khatan yang kamu kumpulkan?” “Terpujilah Yahweh, aku telah menyunat 10 orang. Bagaimana denganmu?” “Terpujilah Yahweh, 100 orang disunat.” Mereka terobsesi dengan jumlah.

Dengan kata lain, mereka masuk ke dalam pelayanan demi ketenaran, gengsi, dan kehormatan yang dapat diberikan kepada mereka. Pelayanan mereka hanyalah sebuah bentuk proyek penyelamatan diri sendiri. Semakin banyak orang yang menyukai pelayanan mereka, semakin mereka merasa bahwa mereka telah mendapatkan keselamatan, semakin mereka membanggakannya. Namun pada kenyataannya, Paulus berkata bahwa mereka adalah orang-orang munafik. Mengapa? Karena mereka sendiri tidak menaati hukum Taurat. Mereka tahu bahwa mereka tidak dapat menaati hukum Taurat dengan sempurna. Mereka gagal memenuhi standar mereka sendiri. Tetapi mereka mengajarkan sunat untuk bermegah akan diri mereka sendiri dan membuat diri mereka terlihat lebih baik dari orang lain. Mereka ingin orang-orang mengagumi mereka. Dan pesan mereka sangat berlawanan dengan Injil. Injil bersifat dari dalam ke luar, sebuah perubahan hati yang membawa motivasi yang baru untuk taat. Pesan mereka bersifat dari luar ke luar, hanya berfokus pada hal perilaku dan tidak pernah berurusan dengan hati. Ini sangat dangkal. Injil palsu mungkin mendatangkan popularitas, tetapi Injil palsu tidak dapat memberikan keselamatan yang dijanjikannya.

 

 

Bermegah yang benar

Galatia 6:14-15 – Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

Saya suka ayat 14. Ini adalah salah satu ayat hidup saya. Martin Luther mengatakannya seperti ini. Ketika Iblis menyerang anda, ketika anda gagal, apa yang anda lakukan untuk membela diri anda? Kemana anda berpaling ketika Iblis menuduh anda? Itulah yang anda banggakan. Dan Paulus mengatakan bahwa pada dasarnya anda memiliki dua pilihan. Anda bermegah di dalam diri anda sendiri atau bermegah di dalam salib Kristus. Itu saja. Hanya ada dua pilihan: anda menaruh kepercayaan pada diri anda sendiri atau pada salib Yesus Kristus. Dan keduanya tidak dapat berjalan bersama. John Stott menulis, “Kebenarannya adalah kita tidak dapat bermegah di dalam diri kita sendiri dan di dalam salib secara bersamaan. Jika kita bermegah di dalam diri kita sendiri dan kemampuan kita untuk menyelamatkan diri kita sendiri, kita tidak akan pernah bermegah di dalam salib dan kemampuan Kristus yang disalibkan untuk menyelamatkan kita. Kita harus memilih. Hanya jika kita telah merendahkan diri kita sebagai orang berdosa yang layak masuk neraka, maka kita akan berhenti memegahkan diri kita, berlari menuju salib untuk keselamatan dan menghabiskan sisa hari-hari kita dengan memuliakan salib.” Jadi, jika Iblis menuduh anda dan anda berkata, “Aku seorang suami yang baik… Aku seorang mama yang baik… Aku seorang Kristen yang baik,” itu berarti anda memegahkan diri anda sendiri. Anda menaruh kepercayaan diri anda pada apa yang anda lakukan. Dan itu adalah bermegah yang salah. Hal itu tidak akan bertahan ketika musuh menyerang anda karena kebenaran diri anda sendiri adalah kain yang kotor. Itu rapuh.

Dengarkan apa yang Paulus katakan. Dia berkata, “me genoito,” yang diterjemahkan menjadi “Aku sekali-kali tidak mau.” Tetapi itu kurang kuat. Secara harfiah, itu berarti “Itu tidak akan pernah terjadi.” Paulus mengatakan, “Aku sama sekali tidak akan pernah bermegah dalam hal apa pun kecuali dalam salib Yesus Kristus.” Mengapa? Karena Paulus mengerti bahwa satu-satunya alasan dia diselamatkan, satu-satunya alasan dia diterima di hadapan Allah, satu-satunya alasan dia memiliki masa depan, adalah karena Yesus telah mati di kayu salib untuk dia. Salib Yesus Kristus adalah satu-satunya alasan Paulus dapat berdiri di hadapan Allah dalam keadaan kudus, benar, dan tidak bercacat. Salib adalah satu-satunya sumber kepercayan diri Paulus. Dan inilah perbedaan antara agama dan Injil. Agama menuntun kita untuk bermegah atas sesuatu yang ada pada diri kita sendiri. Injil menuntun kita untuk bermegah hanya di dalam salib Yesus Kristus. Kita diselamatkan semata-mata dan sepenuhnya karena karya Yesus yang sempurna di kayu salib, bukan karena perbuatan kita. Kita tidak dapat menerima pujian atas keselamatan kita. Kepercayaan diri kita bukan pada seberapa baik performa kita, tetapi pada performa Yesus yang sempurna. Semua pengakuan yang kita cari, semua penerimaan yang kita butuhkan, sudah menjadi milik kita melalui Yesus. Di dalam Yesus, kita sudah memiliki tepuk tangan surga yang kita idam-idamkan. Segala sesuatu yang kita miliki sebagai umat Kristus, segala berkat yang kita nikmati dan akan kita nikmati, semuanya karena salib. Oleh karena itu, salib Kristus bukan hanya salah satu alasan kita bermegah; salib Kristus adalah satu-satunya alasan kita bermegah.

Dan jika kita benar-benar bermegah di dalam salib saja, maka akan terjadi perubahan besar dalam hidup kita. Galatia 6:14 – Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa dunia telah disalibkan. Ia berkata, “dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Ini berarti bahwa dunia tidak lagi memiliki kuasa atas Paulus. Paulus mengatakan kepada kita bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang memiliki kuasa atas kita. Injil menghancurkan kuasa dunia untuk mencobai kita. Bagaimana? Karena kita telah memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan di dalam Yesus. Tidak ada apa pun di dunia ini yang harus kita miliki. Dan karena itu, kita sekarang bebas untuk menikmati dunia dan tidak perlu menyembah dunia. Uang bukan lagi identitas kita; uang hanyalah uang, dan sekarang kita dapat memberikannya dengan sukacita. Hubungan kasih bukanlah nafas kehidupan kita, jadi kita tidak hancur ketika orang yang kita kasihi mengecewakan kita. Kita menyadari bahwa penerimaan kita, pengakuan kita, berasal dari Tuhan. Jadi kita tidak berusaha menyedotnya dari orang-orang di sekitar kita. Kita tidak lagi peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Penerimaan mereka tidak mendorong kita, dan kritik mereka tidak menusuk kita. Yesus begitu berharga dan besar bagi kita sehingga segala sesuatu yang lain terlihat kosong dan kecil jika dibandingkan dengan dia.

Itulah sebabnya Paulus berkata dalam Galatia 6:15 – Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Ini berarti pencapaian moral kita dan kegagalan moral kita tidaklah relevan. Apakah kita berasal dari keluarga Kristen yang baik yang selalu pergi ke gereja setiap hari Minggu dan rajin membayar perpuluhan, atau kita berasal dari keluarga yang hancur yang kecanduan judi dan alkohol, itu tidak penting. Semua itu tidak ada artinya. Karena Kekristenan bukanlah tentang menjadi baik atau agamawi; Kekristenan adalah tentang menjadi ciptaan yang baru. Dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat diri kita menjadi ciptaan baru. Hanya Tuhan dengan kasih karunia-Nya yang dapat melakukannya. Kekristenan adalah sebuah karya kasih karunia ilahi. Ini bukan tentang apa yang kita lakukan, tetapi tentang apa yang Kristus telah lakukan. Dan karena salib, kita tidak merasa rendah diri atau terintimidasi oleh mereka yang jauh lebih baik dari kita – sunat tidak ada artinya. Dan kita tidak merasa sombong atau menghina mereka yang jauh lebih buruk daripada kita – tidak bersunat tidak ada artinya. Yang penting adalah kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus karena salib. Injil memberikan kita citra diri yang baru dan cara yang baru dalam berhubungan dengan semua orang. Timothy Keller merangkum kata-kata Paulus dalam ayat-ayat ini dengan sangat indah. “Injil mengubah apa yang pada dasarnya saya banggakan – Injil mengubah seluruh dasar identitas saya. Tidak ada satu pun di dunia ini yang berkuasa atas diri saya – akhirnya saya bebas untuk menikmati dunia, karena saya tidak membutuhkan dunia. Saya tidak merasa lebih rendah dari siapa pun atau lebih tinggi dari siapa pun, dan saya dibuat menjadi seseorang dan sesuatu yang sama sekali baru.”

Dan kebenaran ini juga mengubah hubungan kita dengan Tuhan. Ini berarti keberhasilan rohani dan kegagalan rohani tidak berarti apa-apa. Kita tidak terpengaruh olehnya. Jadi ketika kita melakukan sesuatu yang baik di hari Senin, kita berkata, “Ini tidak berarti apa-apa. Berbuat baik tidak membuat Tuhan lebih mengasihi aku. Tuhan tidak mengasihi aku karena aku berbuat baik. Aku berbuat baik karena Tuhan mengasihi aku.” Dan ketika kita gagal, ketika kita melakukan sesuatu yang sangat bodoh dan egois, kita berkata, “Jika aku tidak gagal, jika aku tidak membuat masalah, jika aku melakukan hal yang benar, itu tidak akan mengubah statusku di hadapan Tuhan. Tuhan tidak mengurangi kasih-Nya kepadaku karena aku melakukan kebodohan ini. Dia menerima aku karena Yesus. Dan Tuhan mengijinkan aku untuk gagal agar aku dapat melihat betapa berdosanya aku sehingga aku tidak sombong. Dan sekarang aku dapat menikmati kasih karunia-Nya lebih lagi bagiku dan aku yakin bahwa Tuhan akan memakainya untuk kebaikan.” Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Injil memberikan kita keseimbangan yang tidak dapat diberikan oleh hal lain. Tuhan tidak mengasihi kita karena kita berbuat baik. Kita berbuat baik karena Tuhan mengasihi kita. Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi kita karena kita berbuat jahat. Bahkan hal-hal buruk yang kita lakukan digunakan oleh Tuhan untuk kebaikan. Di hari yang baik, kita memiliki kerendahan hati; dan di hari yang buruk, kita memiliki kepercayaan diri. Ada rasa aman dalam hubungan kita dengan Tuhan. Dalam masa puncak gunung maupun dalam masa lembah kekelaman, kita aman. Hati kita dipenuhi dengan kepastian akan kasih Tuhan karena siapa kita di dalam Kristus. Kita adalah ciptaan yang baru.

Jadi, pertanyaannya adalah, dimana anda bermegah? Jika anda bermegah di dalam salib, maka dunia tidak lagi berkuasa atas anda. Jika dunia berkuasa atas anda, maka anda bermegah atas sesuatu selain salib. Apapun yang membuat anda sangat marah, apapun yang membuat anda tergoda, apapun yang membuat anda jatuh, adalah sesuatu yang anda megahkan. Mungkin itu adalah hubungan. Mungkin itu adalah keluarga, ketenaran, reputasi, pencapaian, pekerjaan, kesuksesan. Apapun itu, yang harus anda lakukan adalah melihat hal tersebut dan berkata, “Hal ini tidak akan pernah mati untuk aku. Hal ini tidak akan pernah menyelamatkan aku. Hal ini tidak akan pernah membuat aku berharga. Hanya salib Kristus yang bisa melakukannya. Jadi aku akan berhenti bermegah pada hal ini dan aku akan mulai bermegah pada salib. Aku akan menaruh kepercayaan diriku bukan pada apa yang dapat aku lakukan untuk Tuhan, tetapi pada apa yang Yesus telah lakukan untukku. Yesus-lah kebenaranku. Yesus-lah identitasku. Yesus-lah segala sesuatu yang aku butuhkan. Aku adalah miliknya dan dia adalah milikku.” Umat Kristus tidak bermegah dalam hal apa pun kecuali dalam salib Yesus Kristus. Mari kita lanjutkan ke poin terakhir.

 

 

Anugerah untuk bermegah

Galatia 6:18 – Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, Saudara-saudara! Amin.

Ini ayat terakhir di kitab Galatia. Petrus membuka suratnya dengan mengatakan, “Anugerah menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Dan sekarang ia menutup suratnya dengan mengingatkan mereka akan anugerah yang sama. Paulus mengatakan bahwa anugerah Tuhan bukan hanya merupakan pintu masuk, tetapi juga merupakan cara kita melanjutkan dan mengakhiri kehidupan Kekristenan kita. Seluruh surat Galatia adalah tentang anugerah Tuhan di dalam Yesus Kristus. Yesus-lah yang telah mati untuk kita. Yesus-lah yang menebus kita. Yesus-lah yang membenarkan kita. Yesus-lah yang mengadopsi kita. Roh Yesus-lah yang tinggal di dalam kita dan menguduskan kita. Dengan kata lain, pahami ini. Kita mulai dengan anugerah, dengan dibenarkan oleh iman dalam apa yang telah Kristus lakukan. Kita melanjutkan dengan anugerah, bukan dengan usaha kita. Dan kita akan mengakhirinya dengan anugerah, karena Dia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam kita akan menyelesaikannya pada hari Yesus Kristus. Seluruh kehidupan Kekristenan adalah oleh anugerah semata-mata.

Izinkan saya memberi tahu anda mengapa ini adalah kabar baik, dan saya selesai. Paulus mengetahui apa yang kita ketahui. Dia mengalami apa yang kita alami. Ada saat-saat dalam hidup kita ketika Injil bersinar terang. Mungkin itu adalah saat ini. Setelah mendengarkan khotbah kitab Galatia, kita mempercayainya dan kita kagum akan Injil. Kita dapat merasakan angin kuasa Roh Kudus mendorong layar kita. Kita tidak hanya tahu bahwa Allah telah mengampuni kita, tetapi kita merasakan kasih sayang-Nya terhadap kita. Kita tahu bahwa Dia ada untuk kita, Dia bersukacita atas kita, dan sukacita itu menguatkan kita untuk hidup bagi kemuliaan-Nya. Namun tidak butuh waktu lama bagi sukacita itu untuk memudar, dan kita mulai meragukan Allah. Kita jatuh ke dalam pencobaan. Kita melakukan sesuatu yang kita tahu seharusnya tidak kita lakukan. Kita gagal. Kita mulai mempertanyakan apakah Injil saja sudah cukup. Dan kita dapat dengan mudah jatuh ke dalam perangkap di mana kita mencoba untuk menambahkan sesuatu kepada Injil, atau perangkap di mana kita tidak lagi peduli. Jadi, kita berkata kepada diri kita sendiri, “Aku gagal lagi. Aku akan mencoba memperbaikinya sendiri. Aku akan berusaha lebih keras untuk menjadi lebih baik. Maka mungkin aku akan merasakan kasih sayang Allah kepadaku lagi.” Atau kita berkata, “Injil tidak bekerja. Aku menyerah. Aku berhenti. Aku akan tetap datang ke gereja karena aku seorang Kristen, tapi aku akan melakukan segala sesuatu dengan caraku. Aku akan mengejar kebahagiaan diriku sendiri.” Saya jamin kita akan terus dicobai oleh dua perangkap ini dan kita akan gagal lagi dan lagi.

Tetapi inilah janji Injil. “Sudah selesai.” Itulah yang Yesus katakan di kayu salib tentang keselamatan anda dan saya. Sudah selesai. Yesus telah menyelesaikan karya keselamatan kita, dan tidak ada yang dapat membatalkan karyanya yang sempurna. Peran kita bukanlah berusaha lebih keras untuk membuktikan diri kita di hadapan Allah karena kita tidak memiliki apa-apa untuk dibuktikan. Yesus telah melakukannya untuk kita. Kita tidak perlu lagi mencari pujian dari Allah. Kita sudah mendapatkan pujian dari Allah. Bagaimana? Karena salib. Apa yang terjadi di kayu salib? Yesus dipukuli dan diejek. Yesus diludahi dan orang-orang mencemooh dia. Satu-satunya sosok yang pantas menerima pujian dari Allah justru dihina. Di kayu salib, Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus. Yesus mengalami penolakan secara kosmik. Mengapa? Karena di kayu salib, Yesus menjadi dosa-dosa kita. Demi kita, Yesus menjadi dosa sehingga kita dapat menjadi kebenaran Allah. Jadi sekarang, karena iman kita kepada Yesus, apa yang kita dengar ketika Allah memandang kita bukanlah suara penghukuman. Yang kita dengar adalah, “Aku mengasihimu. Aku senang denganmu. Aku bersukacita karenamu. Kamu benar. Kamu kudus. Kamu berkenan.” Di dalam Yesus, Allah memandang kita dengan satu-satunya sepasang mata di alam semesta yang pendapatnya berarti dan melihat keindahan yang sempurna. Jika itu benar, mengapa kita bermegah dalam hal lain selain salib Yesus Kristus? Ya, kita sering melupakan Injil. Tetapi peran kita bukanlah untuk menambah atau mengurangi Injil. Peran kita adalah untuk mengingatkan diri kita sendiri akan Injil setiap saat. Kita harus terus-menerus mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita telah diterima dan dikasihi oleh Allah karena iman kita, dan kita telah memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan di dalam Yesus. Jadi sekarang kita dapat berkata bersama Paulus, Galatia 6:14 – Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Umat Kristus adalah mereka yang tidak bermegah dalam hal apa pun kecuali dalam salib Yesus Kristus. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

  1. What struck you the most from the sermon?
  2. Based on your experience, why do you think people around you find the cross offensive? Give examples.
  3. Take an honest look at your own life. What do you boast in? Why?
  4. What does Paul mean when he says, “the world has been crucified to me, and I to the world”? How does it look like in your life?
  5. How does the gospel make us boast in the cross of Jesus Christ alone?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.