Everlasting Love

“Dari jauh Tuhan menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” Yeremia 31:3

 

Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, namun mereka tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan, mereka mengenal-Nya sebatas mujizat dan berkat.

 

 

Bangsa Israel Tidak Pernah Jatuh Cinta Kepada Tuhan.

Bangsa Israel menolak pengenalan itu, mereka tidak pernah “jatuh cinta” kepada Tuhan. Sehingga mereka menciptakan gambaran Tuhan menurut persepsinya sendiri, mereka  tertarik kepada illah-illah bangsa lain yang menurut mereka lebih nyata.

 

“Tuhan berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu sebab bukan engkau yang mereka tolak tetapi Akulah yang mereka tolak supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu.” – 1 Samuel 8:7-8

 

Bangsa Israel menjadi gambaran Iman orang Kristen. Banyak yang mengaku Kristen tetapi belum berjumpa atau “jatuh cinta” kepada Tuhan. Sama seperti bangsa Israel menciptakan gambaran Tuhan menurut persepsi masing-masing. Ketika persepsi itu tidak sesuai harapan, maka mereka meninggalkan Tuhan. Orang yang tidak pernah “jatuh cinta” dengan Tuhan akan menciptakan persepsi sendiri tentang Tuhan.

 

 

Tanpa Pernah Jatuh Cinta, Maka  Penyembahan Hanyalah Ritual.

Iblis terus berusaha memberikan gambaran Tuhan yang palsu, yang dipersepsikan hanya sebagai Tuhan yang memberkati tanpa mendidik dan mendisiplin; mengampuni dan tidak membenci dosa. Orang yang hatinya menjauh dari Tuhan dan percaya sifat Tuhan yang palsu akan menyukai ritual karena ritual bisa membuat orang “merasa dekat” dengan Tuhan.

 

“Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” – Yesaya 29:13

 

 

Tanpa Pernah Jatuh Cinta, Maka Cinta Akan Bersyarat.

Bangsa Israel tidak pernah jatuh cinta kepada Tuhan, mereka mempercayai  Tuhan tetapi hati mereka jauh dari Tuhan sehingga kasih mereka kepada Tuhan bersyarat: “Aku mengasihi-Mu Tuhan, kalau doaku dikabulkan … aku percaya kepada-Mu kalau bisnisku sukses …”

 

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”. – Habakuk 3:17-18

 

Hanya orang yang pernah merasakan bahwa Tuhan mengasihi tanpa syarat, maka ia akan tetap mengasihi Tuhan sekalipun masalahnya belum terselesaikan.

 

 

Para Pemenang Adalah Mereka Yang Jatuh Cinta Dan Mengalami Kasih Tuhan.

Iblis ingin kita meragukan kasih setia Tuhan, namun orang yang telah mengalami kasih Tuhan, yang jatuh cinta kepada Tuhan akan menang atas setiap ujian dan pencobaan.

 

Rasul Paulus menyebut orang yang jatuh cinta, “lebih dari pemenang.” Dia mengalami banyak keadaan buruk dan tidak ideal, justru setelah ia menjadi orang percaya; namun demikian kebanggaan masa lalunya dianggap sampah jika dibandingkan dengan keadaan setelah ia percaya kepada Kristus.

 

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang?

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”. – Roma 8:35, 37

 

 

Melalui Kasih Tuhan, Kita Tahu Bahwa Hidup Kita Mempunyai Tujuan Dan Tidak Pernah Kecewa Dengan Hidup Ini.

Kita diberi kesempatan hidup di dunia bukan karena kebetulan. Hidup kita pasti punya tujuan, walaupun tujuan hidupnya tidak sebesar atau sepenting orang lain. 

 

Yohanes Pembaptis mengerti tujuan dan panggilan hidupnya; panggilan hidupnya adalah sebagai “pembuka jalan” bagi kedatangan Sang Mesias.

 

Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” Matius 3:3

 

Ia harus semakin kecil dan Yesus semakin besar. Pada saat ia ditangkap Herodes dan dijatuhi hukuman mati, ia gelisah ‘apakah tugasnya sudah selesai atau belum?’ 

 

Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?”- Lukas 7:20

 

Saat Yesus akan mengakhiri tugas-Nya didunia, Ia mengingatkan kepada para murid-Nya untuk tidak kecewa, jika mereka dikucilkan dan dianiaya karena setiap panggilan atau tujuan hidup itu mengandung risiko (Yohanes 16:1-4).

 

Kasih Tuhan adalah kasih yang kekal dan kesetiaan-Nya tidak pernah berakhir. Perjumpaan pribadi dan mengalami “jatuh cinta” memampukan kita tetap setia, tidak pernah kecewa bahkan menjadikan kita lebih dari pemenang.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.