Figur pelayan Tuhan

1 TIMOTIUS 4:11-16:

  1. Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. 
  2. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 
  3. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. 
  4. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. 
  5. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. 
  6. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

 

Untuk menjelaskan Firman Tuhan dalam ayat diatas, saya membahas dalam 3 bagian:

  1. KEHIDUPAN PRIBADI YANG MENJADI CONTOH
  2. DOKTRIN DAN PENGAJARAN  YANG BERDASARKAN INJIL
  3. PENGARUH PENGAJARAN INJIL PADA KESELAMATAN ORANG LAIN 

Perhatikan urutan dari ketiganya karena ini penting. 

Timotius tidak dapat mempertahankan iman Kristen dengan baik sampai dia menjalani kehidupan Kristen dengan baik.

 

  1. KEHIDUPAN PRIBADI YANG MENJADI CONTOH

 

1 Timotius 4: 11-12:

  1. Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. 
  2. Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. 

Sketsa yang  Paulus hendak gambarkan muncul di awal ayat 16: 

“Perhatikan baik-baik dirimu sendiri dan ajaranmu.” 

Timotius harus menjaga dengan hati-hati pada kedua hal penting ini yaitu perilaku dan ajaran-nya. 

Jika dia gagal dalam salah satunya, dia akan gagal dalam pelayananya. 

Seperti komentar Matthew Henry,“Mereka yang mengajar dengan doktrin mereka harus mengajar melalui kehidupan mereka, jika tidak mereka akan meruntuhkan dengan satu tangan apa yang mereka bangun dengan tangan yang lain. ”

Sebuah kutipan yang terkenal dari Richard Bacter berkata:

”Ada sangat banyak orang terjun melayani Tuhan sebelum mereka menghidupi prinsip kehidupan Kristen dengan baik.”

Karena Paulus ingin Timotius menjadi orang Kristen yang baik terlebih dahulu, maka ia mulai dengan menceritakan protégé muda nya itu untuk menjalani hidup yang menjadi teladan. 

Kata Yunani untuk “perintah ” ( parangelle ) artinya“untuk mengarahkan ” atau“untuk memberi perintah. ” 

Ini adalah pengingatan bahwa pelajaran dari seorang penatua  memiliki otoritas rohani yang sejati. Hal Itu adalah tanggung jawabnya untuk mengajar – bahkan untuk memerintah, di dalam nama Tuhan- dan jemaatnya bertanggung jawab untuk percaya dan mematuhi doktrin yang dia terima dari para rasul.

Mengapa Paulus perlu mengingatkan Timotius tentang pentingnya otoritas yang diberikan Tuhan? 

Mungkin karena Timotius pemalu. Apakah Timothy pemalu atau tidak, yang pasti dia masih relatif sangat muda. 

Paulus takut bahwa otoritas Timoti sebagai pendeta muda mungkin dirusak oleh karena kemudaannya. Jadi dia berkata, “Jangan biarkan ada orang yang meremehkan Anda karena Anda masih muda usia.”

Dalam kesempatan yang lain Paulus juga memuliakan kepada Timotius:

2 TIMOTIUS 1:7

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Pada waktu dijaman Paulus dan Timotius,

Ada dua kelas pria dewasa pada masa itu: pria muda disebut ( neoi ) dan orang tua disebut ( gerontes ). 

Di Efesus, setiap kelompok usia itu memiliki pergaulan sendiri, dengan dana, petugas, acara, dan fasilitas atletiknya sendiri. Timotius termasuk dalam kategori yang lebih muda, yang mencakup pria hingga usia empat puluh tahun. 

Dia mungkin berusia tiga puluhan saat itu. Itu adalah usia yang relatif muda untuk memikul tanggung jawab pastoral penuh untuk sebuah gereja yang penting. Tentu saja ini bukan waktunya untuk menjadi tidak dewasa atau tidak bertanggung jawab. Timothy harus bisa menjadi bijak melebihi usianya.

Pada saat yang sama, orang Kristen di Efesus perlu menghormati posisi dan jabatan Timotius walaupun Dia masih muda. 

Perintah untuk tidak membiarkan siapa pun meremehkannya ditujukan untuk telinga mereka semua golongan usia jemaat dan juga telinga Timotius sendiri. 

Paulus ingin memastikan bahwa tidak ada yang mendiskriminasi Timotius berdasarkan usianya. 

Meski Timotius masih muda dan kurang pengalaman, mereka harus memperlakukannya seperti seorang “Timothy, ” tidak seperti a“Timmy. ”

Bagaimana seorang pendeta muda bisa dihormati oleh para penatua? 

Bukan dengan menuntutnya, dan tentu saja bukan dengan melemparkan bebannya, tetapi hanya dengan memberikan teladan hidup yang saleh. 

Cara untuk menghentikan orang agar tidak memandang rendah Anda adalah dengan memastikan mereka bisa memandang Anda dengan hormat, dan cara untuk melakukannya adalah dengan melakukan kepemimpinan yang memberi contoh.

Paulus sendiri sering menyuruh orang untuk mengikuti teladannya. 

Kepada jemaat Korintus dia berkata, “Jadilah peniru aku, sebagaimana aku adalah Kristus ” (1 Kor. 11: 1). 

Demikian pula, Timotius harus menjadi teladan seorang Kristen yang baik. 

Orang tidak akan merendahkan dia karena kemudaanya jika mereka bisa mengagumi keteladannya, secara khususnya, dalam ucapan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam iman, dan dalam kesucian. ”

Dimulai dengan cara kita berbicara atau percakapan. 

Cara kita berbicara sehari-hari dan dalam menyampaikan pengajaran harus dipenuhi dengan bahasa kasih. 

Timotius harus bisa berbicara secara alami dan kuat tentang hal-hal spiritual. 

Dia juga harus mengatakan kebenaran yang sebenarnya. 

Dia tidak menjadi argumentatif. Dia tidak menggunakan humor untuk menjatuhkan orang lain. Bahkan tegurannya pun harus dilandaskan dengan kasih sayang, seperti obat Pil KINA YANG SANGAT PAHIT TAPI DIBALUT DENGAN GULA.

Cara berbicara yang rohani seperti itu adalah salah satu bagian dari tingkah laku yang rohani, yang selanjutnya disebutkan oleh Paulus. 

Kata Tingkah Laku Yang Rohani itu mengacu pada seorang pelayan Tuhan dengan ‘perilaku umum, yaitu dengan cara dia hidup. Perilaku umum dan pelajaran yang dia sampaikan harus berjalan seiring. 

Sangat boleh dikatakan bahwa kehidupan seorang pendeta yang baik dia adalah sebagai Manusia Allah sepanjang waktu: baik di rumah, di gereja, di toko bahan makanan, di jalan bebas hambatan, di taman bermain, di tempat tukang cukur. . .dan dimana manapun dia berada.

Pendeta juga memberikan teladan dalam kasih, dan selalu bertujuan untuk kebajikan. 

Dia harus menaati kedua perintah Agung yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesamanya seperti dia mencintai dirinya sendiri. 

Ia harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi spiritual orang yang terhilang. 

Dia juga harus punya tempat khusus di hatinya untuk orang-orang yang telah Tuhan tempatkan di bawah perawatan spiritualnya. 

Dia berbagi suka dan duka dengan mereka. 

Dia harus paling peduli pada mereka yang paling sulit dirawat. 

Dengan kasih yang lembut muncullah iman yang berani. Seorang pendeta teladan memiliki iman yang kuat kepada Tuhan, sebagai suatu keyakinan penuh pada Tuannya. 

Dia percaya pada kekuatan Tuhan untuk menyelamatkan orang berdosa. 

Dia mencari hikmat ilahi untuk melihat dan melangkah kemasa depan yang masih belum terjadi. Dia hidup, belajar, mengajar, dan berkhotbah dengan iman. Memang, pendeta seharusnya menjadi orang percaya yang paling berani mengambil resiko di dalam kehidupan gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, seorang pelayan Tuhan memberikan contoh hidup dengan kemurniannya dan kekudusannya

Orang Yunani lebih sering menggunakannya untuk merujuk pada perilaku seksual. 

Nasihat untuk kemurnian seksual tampaknya sangat cocok untuk pria muda seperti Timotius. 

Di masa sekarang yang sangat terobsesi dengan seks ini, gereja harus menekankan perlunya kesucian, terutama dalam pelayanan tubuh Kristus.

Dosa seksual memiliki akibat yang tak terhindarkan yaitu menghancurkan ‘pelayanan seorang pelayan Tuhan’, merusak Reputasi gereja, dan tidak menghormati nama Yesus Kristus.

Umat Tuhan harus berdoa untuk kemurnian pelayan mereka. 

Para pelayana Tuhan yang masih single yang mempersiapkan pelayanan pastoral tidak boleh menunggu sampai mereka menikah (atau sampai mereka masuk seminari, atau sampai mereka ditahbiskan) sebelum mereka menjadi murni dalam urusan seksual. 

Mereka harus segera mulai menerapkan prinsip iman dan pertobatan ke setiap bidang dosa seksual, dan mempraktikkan disiplin yang saleh dalam apa yang mereka lihat, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka katakan, dan apa yang mereka sentuh. 

Setiap orang yang sudah dalam pelayanan, mereka harus memperhatikan semua peringatan dalam kitab Amsal tentang bahaya nafsu dunia yang fana.

Singkatnya, seorang pendeta harus memberikan teladan dalam segala hal. 

Jika dia melakukannya, maka orang- orang yang dipimpinnya akan tahu bagaimana menjalani kehidupan Kristen dengan baik. 

Seseorang yang tidak memiliki salah satu dari kebajikan alkitabiah ini tidak cocok untuk pelayanan pastoral. 

Bayangkan seorang pendeta yang  suka gosip, atau pembohong. Bayangkan seorang pendeta tanpa kasih, dengan sedikit atau tanpa belas kasihan kepada yang yang lemah dan susah.

Bayangkan seseorang yang mengandalkan kekuatannya sendiri untuk melayani, daripada menggembalakan dengan iman. Bayangkan seorang pendeta yang tidak murni secara moral atau seksual. 

Akan jadi seperti apa komunitas yang Dia pimpin? 

 

  1. DOKTRIN DAN PENGAJARAN  YANG BERDASARKAN INJIL

 

1 Timotius 4: 13-14:

  1. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. 
  2. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. 

Timotius harus mengajarkan doktrin yang alkitabiah. 

Mengajar Alkitab dimulai dengan membaca Alkitab

Ini berlaku untuk pelajaran pribadi, tentu saja, tetapi kata Yunani yang digunakan di sini untuk membaca merujuk pada pembacaan Alkitab di depan umum.  

Pembacaan Firnan Tuhan di depan publik memegang tempat sentral dalam ibadat Kristen mula-muka. 

Itu adalah salah satu praktik yang dilakukan orang Kristen pertama yang diambil dari ibadat Yahudi. Ketika Yesus mengunjungi sinagoga di Nazaret, misalnya, dia membaca gulungan Yesaya sebelum mulai mengajar.

Pada saat Paulus menulis kepada Timotius, bacaan umum tidak hanya mencakup gulungan kitab Musa dan para Nabi, tetapi juga surat-surat para rasul. 

1 TESALONIKA 5:27:

Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara.

Pembacaan Alkitab di depan umum diperlukan di gereja mula-mula karena buku dan perkamen pada waktu itu sangat langka.

Bagi banyak orang Kristen, ibadah umum adalah satu-satunya kesempatan untuk mendengarkan Firman Tuhan. 

Inilah bagaimana Justin Martyr menggambarkan kebaktian dari abad kedua:

Pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal di kota atau di pedesaan berkumpul bersama di satu tempat, dan surat para rasul atau tulisan para nabi dibacakan, selama waktu mengizinkan; kemudian, ketika pembaca telah berhenti, pemimpin kelompok secara lisan menginstruksikan, dan menasihati untuk umat melakukan hal-hal baik yang sudah di bacakan disini.”

Sejarah selanjutnya menunjukkan bahwa pemberitaan Injil menjadi berkembang di mana pun Alkitab dibacakan secara publik.

Inilah sebabnya mengapa hilangnya pembacaan Kitab Suci dari beberapa kebaktian ibadah gereja sangat mengkhawatirkan. 

Adalah suatu yang Baik bagi gereja untuk membaca baik dari Perjanjian Lama dan Baru, dan membaca dari Injil, atau mungkin membaca dari Mazmur. 

Tapi bagaimanapun itu dilakukan, Firman Tuhan dari Perjanjian Lama dan Baru masih harus dibaca di semua acara Ibadah di sebuah gereja.

Kitab Suci tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dijelaskan. 

Jadi, Paulus memerintahkan Timotius juga untuk mengabdikan dirinya pada doktrin dan pengajaran Firman Tuhan.

1 TIMOTIUS 4:13:

Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.

Kata pertama yang digunakan rasul ( parakle ̄ sis ) adalah kata untuk membangun atau nasihat. Itu berarti mendorong atau membujuk, tetapi ini mengacu pada eksposisi Alkitab. 

Apa yang dimaksud Alkitab dengan “kata nasihat ” adalah sebuah khotbah.

Istilah kedua yang digunakan rasul ( didaskalia ) adalah kata untuk pengajaran atau instruksi. 

KISAH RASUL 13:14-16

  1. Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. 
  2. Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat menyuruh bertanya kepada mereka: “Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!” 
  3. Maka bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata: “Hai orang-orang Israel dan kamu yang takut akan Allah, dengarkanlah!

Timotius harus mengajar dan memuridkan Orang-orang percaya dalam doktrin Kristen. 

Ini mungkin termasuk pengajaran pribadi, tetapi itu juga mengacu pada penjelasan publik tentang pengajaran apostolik.

Hughes Oliphant Old menjelaskan, 

“Khotbah Kristen zaman awal memiliki rasa didaktik yang kuat. Para pengkhotbah seharusnya menggerakkan hati dan kemauan, tetapi mereka juga harus mengajar. . . . Pembacaan dan eksposisi Kitab Suci, teguran jemaat, dan pengajaran cara hidup Kristen semuanya merupakan bagian integral dari pelayanan Sabda Tuhan”

Eksposisi Alkitab sangat penting untuk kesehatan gereja. 

Paulus tidak memberi tahu Timotius untuk mengganti khotbah dengan drama, atau memberi orang Efesus lima langkah menuju kehidupan yang lebih bahagia. 

Dia menyuruh Timotius untuk mengajar Kitab Suci. 

Ini karena eksposisi Alkitab selalu menjadi inti dari penyembahan alkitabiah sejak dari dahulu kala.

Timotius, dan semua pendeta Kristen di mana pun, harus mengikuti pola yang sama.

Pertama, Alkitab harus dibaca; kemudian harus dijelaskan dan diterapkan. 

Eksposisi sistematis dari Kitab Suci tetap menjadi sarana yang paling efektif untuk pertobatan orang-orang berdosa dan peneguhan orang-orang kudus. 

Ini adalah cara yang paling efektif karena itu adalah cara yang Tuhan dipilih. 

Memang, harus diragukan apakah ibadah yang tidak berpusatkan untuk memberitakan dan mengajarkan prinsip kebenaran Alkitab  adalah ibadah Kristen yang tepat.

Mengajar doktrin alkitabiah yang benar adalah apa yang telah ditahbiskan oleh Paulus kepada Timotius. 

Di sini Paulus berbicara tentang penahbisan, yang dapat didefinisikan sebagai “penerimaan otoritas dari seseorang yang sudah pantas sebagai hamba Tuhan senior ke pada hamba Tuhan yang baru untuk suatu tugas dan  pelayanan di Gereja Allah, disertai dengan doa dan penumpangan tangan. ”

Meskipun ini bukan sakramen, penumpangan tangan adalah “tanda lahiriah dari karunia batiniah untuk pelayanan. ” 

Praktek itu sendiri kembali ke berkat-berkat Perjanjian Lama. Misalnya, dikatakan bahwa ketika Musa menugaskan Yosua, sebagai penggantinya:“penuh dengan roh hikmat, karena Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya ” 

(Ul. 34: 9). 

Jauh dikemudian hari, Yudaisme“mengembangkan sebuah ritual di mana sang guru akan meneruskan otoritasnya kepada murid-muridnya di akhir pelajaran mereka dengan meletakkan tangan di atas kepala mereka. ” 

Itu adalah kejadian alami, oleh karena itu, untuk orang-orang Kristen pertama yang mengirim para misionaris dan para pendeta mereka untuk melayani akan melalui acara penumpangan tangan.

Dengan cara yang sama, Timotius ditahbiskan untuk pelayanan Injil di tangan para penatua di Efesus, termasuk di tangan Paulus sendiri.

Satu keuntungan khusus bagi Timotius bahwa ‘Penahbisan adalah juga bisa sebagai sebuah mubuatan. Ini mungkin sebuah perkataan dari Tuhan yang menyuruh gereja untuk menahbiskannya, atau mungkin itu adalah nubuatan tentang apa yang akan terjadi melalui pelayanannya. 

Bagaimanapun, Timotius dipanggil untuk melayani oleh Roh Kudus. 

Tidak seorang pun boleh menjadikan dirinya sendiri untuk menjadi seorang pendeta. Sebaliknya, seorang pelayan sejati dipanggil oleh Roh Kudus, yang bekerja melalui keinginan hatinya dan di bukti Kan dengan peneguhan melalui hikmat para pemimpin gereja. 

Panggilan spiritual ini sangat penting untuk seorang pelayan Tuhan bisa bertahan dalam kesulitan pelayanan.

Dalam salah satu surat pastoralnya, John Newton menulis bahwa “orang yang telah digerakkan oleh Roh Tuhan untuk pekerjaan pelayanan, dia akan lebih kuat bertahan dan untuk tetap memilih berada dalam pelayanan nya, daripada  memiliki ribuan emas dan perak; Sehingga, meskipun kadang-kadang dia diintimidasi oleh desakan kebutuhan dan kesulitan kehidupan yang sangat berat dan juga rasa ke tidak mampuan dalam melayani, namun dia tetap tidak dapat melepaskan pelayanannya. ”

Timotius tidak hanya dipanggil oleh Roh Kudus, tetapi dia juga dikaruniai oleh Roh. 

Ketika para penatua meletakkan tangan mereka ke atasnya, dia menerima bantuan kuasa supernatural untuk pelayanan Injil. 

Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus hadir dengan kuat dalam acara penahbisan untuk mengajar dan untuk memerintah yang dimiliki oleh para penatua.

Alkitab tidak mengatakan apa karunia yang Tuhan berikan kepada Timotius. 

Dia mungkin telah menerima beberapa berkat  spiritual yang unik untuk pelayanan. 

Lebih mungkin,“karunia ” secara umum mengacu pada talenta yang dibutuhkan untuk pelayanan pastoral dan terutama pada tugas-tugas yang disebutkan dalam ayat sebelumnya: membaca, berkhotbah, dan mengajar. 

Timotius adalah pendeta yang berbakat, dilengkapi dengan Roh Kudus.

Seorang hamba Tuhan tidak melayani dengan kekuatan dari kemampuan alaminya, tetapi dengan kekuatan Roh Kudus. 

Di mana tidak ada kuasa Roh, tidak ada pelayanan yang efektif. 

Dan karena karunia pelayanan berasal dari Tuhan, maka itu tidak boleh diabaikan. 

Timotius tidak boleh seperti orang bodoh yang mengubur bakatnya di dalam tanah dan memberi Tuhan keuntungan yang buruk atas investasinya. 

Sebaliknya, ia harus memenuhi sumpah pentahbisannya dengan secara aktif menggunakan karunia pastoralnya dalam pelayanan kepada Kristus.

 

  1. PENGARUH PENGAJARAN INJIL PADA KESELAMATAN ORANG LAIN 

 

1 Timotius 4: 15-16:

  1. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. 
  2. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Pelayanan yang yang kudus dan berkelanjutan adalah masalah hidup dan mati. 

Timotius harus bertekun untuk menjaga keselamatan orang digereja nya (belum lagi keselamatannya sendiri). 

Pertama-tama Paulus memberi tahu pendeta muda itu“MELATIH = MELATA” (Greek) hidupnya sendiri dan ajarannya. 

The New English Bible menyatakan seperti ini:

“Jadikan hal ini sebagai urusan penting Anda, ” 

sementara Versi New Internasional menyatakan,“Bertekun. “” Latihan ” mungkin adalah terjemahan terbaik, dan itu mengingatkan kepada perkataan Paulus sebelumnya tentang melatih diri sendiri untuk menjadi saleh. (1 Timotius 4:15)

Dalam hal pelayanan, latihan membuat menjadi sempurna.

Berikutnya muncul kalimat yang tidak biasa: “Baktikan diri Anda untuk mereka. “Secara lebih harfiah, Timotius adalah“untuk berada dalam hal ini. ” 

Untuk memasukkan ini ke dalam bahasa Yang lebih kontemporer, yaitu seorang pendeta hidup untuk berkhotbah, dan berkotbah adalah kehidupanya.

Orang hampir dapat membayangkan Timotius berjalan di sekitar Efesus mengenakan T-shirt Kristen trendi yang mengungkapkan hasratnya untuk panggilannya: 

Pelayanan pastoral adalah kehidupan ku…. selebihnya hanya penjelasanya. ” 

Perintah untuk memberikan diri pada pelayanan datang sebagai penghiburan sekaligus tantangan.

Pelayanan pastoral adalah hidup saya. 

Ketika saya tenggelam dalam pikiran saya, istri saya terkadang akan bertanya apa yang saya pikirkan. 

Saya biasanya harus mengakui bahwa saya mencoba untuk menyelesaikan masalah pastoral atau memikirkan teks alkitabiah. Bukan berarti seorang pelayan Tuhan harus menjalani kehidupan yang menyimpang atau tidak seimbang! 

Jika seorang pendeta yang sudah menikah, kehidupan keluarganya harus jadi prioritas Utama, seperti yang telah dijelaskan oleh Paul. 

Latihan fisik juga ada tempatnya. Namun demikian, pelayanan pastoral adalah komitmen hidup total.  

Jika Timotius membuat komitmen itu, maka dia akan membuat “kemajuan ” yang dapat dilihat semua orang. 

Jika dia seperti kebanyakan pendeta muda, ada kalanya dia bertanya-tanya apakah dia akan pernah menjadi pendeta yang Tuhan inginkan. 

Pasti ada saat-saat ketika dia kecewa dengan khotbahnya atau putus asa tentang penginjilannya. Lagipula, pria yang menetapkan standar untuk pelayanan pastoral di Efesus tidak lain adalah rasul Paulus! Namun, seorang pria yang tidak menjadi pendeta full time seperti diri nya. Namun Selalu akan ada ruang untuk perbaikan. 

Sekalipun Timotius belum menjadi pelayan Tuhan seperti yang dia sendiri inginkan, setidaknya dia dapat membuat kemajuan nyata dalam kehidupan dan doktrin pengajaranya.

Kalimat terakhir dari 1 Timotius 4 ini terkadang dianggap sebagai kalimat yang sulit: 

“Bertahanlah dalam hal ini, karena dengan melakukan itu Anda akan menyelamatkan diri Anda sendiri dan para pendengar Anda. ” 

Di seluruh Alkitab, Firman Tuhan mengajarkan bahwa keselamatan datang hanya melalui Yesus Kristus. Namun di ayaat disini Kitab Suci tampaknya memberi Timotius kuasa keselamatan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi jemaatnya.

Paulus sedang memikirkan keselamatan dalam arti Injil. 

Apa yang ayat ini akui adalah bahwa pelayan Injil memiliki peran penting dalam keselamatan orang berdosa. 

Keselamatan datang hanya dengan iman dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. 

Tapi “iman datang dari pendengaran, dan pendengaran melalui firman Kristus ” (Roma 10:17), dan firman Kristus, pada gilirannya, datang melalui pemberitaan Injil.

Oleh karena itu, pelayanan untuk mengabarkan injil Kristus sangat penting dan diperlukan bagi Tuhan untuk keselamatan seluruh dunia. Bahkan boleh dikatakan disini bahwa mereka akan “menyelamatkan ” para pendengar mereka, bukan karena kemampuannya sendiri, tetapi oleh proklamasi Yesus Kristus. Pertumbuhan spiritual dari sebuah gereja mana pun terkait sangat erat dengan pertumbuhan dan kemantapan spiritual dari pendetanya dan pewartaan Injiln Kristus dengan setia.

Khotbah dan pengajaran Firman Tuhan yang sehat dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati, dan mengakui peran vitalnya dalam keselamatan tidak mengurangi kasih karunia yang Tuhan berikan dalam Injil dengan cara apa pun. 

Paul ingin memastikan bahwa Timothy ‘Pekerjaannya tidak sia-sia, seperti yang akan terjadi jika dia menyerah dan berhenti sebelum selesai. 

Banyak Jiwa akan binasa karena kurangnya pelayanan injil yang baik dan benar. 

Di sisi lain, pelayan yang melanjutkan ‘kasih karunia Tuhan memiliki jaminan keselamatan untuk mereka sendiri dan sukacita memimpin orang lain kepada keselamatan didalam Kristus. 

Seperti yang diamati oleh John Stott,“Ketekunan bukanlah tujuan untuk kita berjasa, melainkan bukti terakhir, dari keselamatan kita. ” 

Setiap pendeta yang melayani sesuai dengan yang digambarkan dengan yang alkitabiah akan memohon orang untuk melakukan hal yang sama: untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Amin

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.