Hidup berdasarkan Injil

Ibrani 10:19-25

Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

 

Minggu lalu, kita membahas kesimpulan dari salah satu argumen paling kompleks di dalam Alkitab yaitu bahwa pengorbanan Yesus adalah korban satu kali untuk selama-lamanya. Saya harap kebenaran tersebut berbicara kepada anda sebagaimana itu berbicara kepada saya. Dan khotbah minggu lalu sangat teologikal. Dan mungkin ada beberapa dari anda yang bertanya apa implikasi dari kebenaran tersebut. Hari ini, kita akan belajar tentang tanggapan yang tepat terhadap pengorbanan Yesus yang satu kali untuk selamanya. Apa yang harus kita lakukan setelah kita mengetahui tentang pengorbanan Yesus yang satu kali untuk selamanya?

Ada yang tahu siapa itu Reed Hastings? Jika tidak, anda akan tahu dalam beberapa menit mendatang. Pada tahun 2000, Reed Hastings bertemu dengan CEO dari Blockbuster untuk menawarkan kepada Blockbuster untuk membeli perusahaan kecil milik Hastings. Jika anda tidak tahu apa itu Blockbuster, Blockbuster adalah toko penyewaan video terbesar di Amerika. Blockbuster itu seperti Video Ezy di Australia. Beberapa dari anda mungkin bertanya, “Apa itu Video Ezy?” Hanya beberapa tahun yang lalu, jika kita ingin menonton film, kita mempunyai dua pilihan. Kita dapat pergi ke bioskop, atau kita bisa pergi ke toko penyewaan video untuk menyewa film yang kita mau. Dan beberapa hari kemudian kita harus kembali ke toko video tersebut untuk mengembalikan film atau kita akan kena denda. Jadi diperlukan usaha kita untuk menonton film dari rumah. Saya tahu ini susah dipercaya di jaman sekarang. Jadi Reed Hastings datang ke CEO Blockbuster dan berkata, “Saya memiliki bisnis yang memiliki potensi besar untuk sukses. Dengan berjalannya waktu, orang-orang menjadi semakin malas. Mereka tidak ingin lagi pergi ke toko dan mencari barang yang mereka inginkan. Itu terlalu merepotkan. Jauh lebih mudah bagi mereka untuk mencari dan membeli barang secara online. Jadi, perusahaan saya membantu mereka dan yang mereka perlu lakukan untuk menyewa film hanyalah dengan pergi online, klik film yang mereka inginkan, dan kami akan mengirimkannya kepada mereka beserta dengan amplop bagi mereka untuk mengembalikannya. Kemudian mereka dapat membuat daftar film yang mereka inginkan secara online. Dan setelah selesai mereka selesai dengan film yang pertama, mereka dapat mengirimkannya kembali kepada kami dan kami akan mengirimkan film berikutnya yang ada di daftar list mereka. Ide yang luar biasa bukan?” Dan CEO dari Blockbuster menjawab, “Menurut saya, hanya akan ada sedikit orang yang tertarik dengan Netflix.” Dan dia menolak kesempatan untuk membeli Netflix. Tetapi itu bukan akhir dari cerita.

Yang menarik adalah beberapa tahun kemudian, Netflix kembali lagi ke Blockbuster untuk menawarkan ide yang lebih baik. Reed mengatakan kepada Blockbuster bahwa dengan kemajuan kecepatan internet, mereka dapat melakukan lebih banyak hal. Dia berkata, “Bersama-sama, Netflix dan Blockbuster dapat membuat orang-orang diam di tempat tidur sepanjang hari. Bersama-sama, kita bisa membuat orang-orang melupakan hidup mereka dengan menonton TV terus menerus. Bahkan, mari kita buat mereka tidak tidur sepanjang malam dengan memberikan hitungan detik di setiap akhir episode sebelum episode berikutnya dimulai. Bersama-sama, kita dapat membuat dunia menjadi semakin bodoh.” Ini adalah parafrase saya. Dan sekali lagi Blockbuster menolak untuk membeli Netflix. Pertanyaan. Berapa banyak dari anda yang masih pergi ke tempat penyewaan video? Berapa banyak dari anda yang menggunakan Netflix? Berapa banyak dari anda lagi nonton Netflix sekarang sambil mendengarkan khotbah? Tolong dimatikan dulu Netflixnya. Inilah contoh dari apa yang terjadi saat kita melupakan identitas kita dan apa yang seharusnya kita lakukan. Blockbuster berpikir bahwa mereka berada dalam bisnis penyewaan video tetapi itu tidak benar. Blockbuster ada di dalam bisnis “home entertainment”. Mereka menolak Netflix karena mereka tidak ingat identitas dan peran mereka.

Mengapa ini penting? Hal yang sama juga dapat dikatakan tentang kita. Salah satu alasan mengapa saya selalu memakai gelang tangan #GospelPeople adalah untuk mengingatkan diri saya akan identitas kita. Kita adalah orang-orang yang hidup berdasarkan Injil. Tetapi apa artinya bagi kita untuk menjadi orang-orang yang hidup berdasarkan Injil? Kita perlu mengingat identitas dan peran kita karena jika kita lupa siapa kita dan apa yang harus kita lakukan, maka kita akan kehilangan arah dengan sangat cepat. Contoh, generasi kita telah menciptakan kategori baru yang belum pernah ada sebelumnya di dalam sejarah gereja. Kategori yang pertama adalah orang-orang Kristen yang tidak bergereja. Mereka mengatakan bahwa anda dapat menjadi seorang Kristen tanpa ditanam di gereja mana pun karena Kekristenan adalah tentang hubungan pribadi anda dengan Allah. Dan yang kedua adalah orang-orang Kristen online. Mereka mengatakan bahwa anda tidak perlu menghadiri ibadah di tempat untuk menjadi seorang Kristen. Anda cukup mengikuti ibadah gereja secara online dari rumah anda dan itu sama baiknya dengan ibadah di tempat. Dan penulis Ibrani akan menghancurkan kategori-kategori palsu ini.

Perikop hari ini adalah titik balik di dalam kitab Ibrani dimana penulis Ibrani menyimpulkan argumennya tentang mengapa Yesus lebih baik dan mulai memberi tahu kita implikasi tentang apa artinya untuk menghidupi Injil. Penulis Ibrani tidak hanya peduli agar kita memiliki teologi yang benar tetapi juga agar teologi tersebut membentuk kehidupan kita sehari-hari. Dalam bagian ini, dia sangat praktis. Ini adalah perubahan dari penjelasan ke aplikasi. Penulis Ibrani memberitahu kita bahwa karya Yesus yang sempurna di dalam perjanjian baru tidak hanya mengubah hubungan kita dengan Allah tetapi juga hubungan kita satu sama lain.

Ada tiga “Marilah kita” dalam perikop ini dan saya akan memisahkan khotbah saya menjadi tiga bagian berdasarkan itu. Tiga poin: Kehidupan iman; Kehidupan pengharapan; Kehidupan kasih.

Kehidupan iman

Ibrani 10:19-22 – Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

Perikop kita hari ini dimulai dengan kata, “Jadi.” Ini berfungsi sebagai penghubung antara sebab dan akibat. Penulis Ibrani mengatakan bahwa karena Yesus sudah menjadi korban dosa satu kali untuk selama-lamanya, maka kita dapat masuk ke dalam tempat kudus dengan penuh keberanian. Arti dari kata keberanian ini sangat menarik. Kata ini berarti untuk dapat berbicara dengan bebas. Ini berarti untuk memiliki kebebasan untuk mengatakan apa pun yang ingin kita katakan tanpa takut ditolak. Saya beri contoh. Para orang tua, bayangkan anda anda yang berusia 5 tahun datang kepada anda untuk meminta sesuatu kepada anda. Bagaimana cara dia melakukannya? Apakah dia berpikir sebelumnya, “Kira-kira apa yang harus aku katakan kepada papi dan mami sehingga mereka akan memberikan apa yang aku inginkan? Mungkin aku harus mulai dengan mengatakan kepada mereka betapa luar biasa mereka sebagai orang tua dan kemudian aku akan mengatakan bahwa aku mengasihi mereka. Itu seharusnya melelehkan hati mereka untuk memberiku apa yang aku inginkan.”? Tentu tidak. Anak anda akan datang dan meminta apa yang dia inginkan secara langsung. Mengapa? Karena dia memiliki keberanian. Itulah gambaran yang penulis Ibrani berikan kepada kita.

Bagi kita ini mungkin terdengar biasa saja. Tetapi hal ini sangat radikal bagi orang Yahudi. Coba pikirkan sejenak. Selama ribuan tahun, mereka telah diajarkan untuk tidak pernah masuk ke dalam tempat kudus. Hanya imam besar yang memiliki akses untuk masuk. Dan imam besar hanya diizinkan memasuki tempat kudus setahun sekali. Dan dia harus masuk dengan sangat hati-hati dan bijaksana. Jika dia masuk dengan cara yang salah, dia akan mati di tempat. Jadi, sistem dan struktur di perjanjian lama dirancang untuk mencegah orang untuk masuk. Sewaktu orang Yahudi memikirkan untuk masuk ke tempat kudus, yang mereka rasakan adalah ketakutan dan bukan keberanian. Tetapi penulis Ibrani mengatakan bahwa saat ini kita memiliki keberanian untuk masuk ke dalam tempat kudus. Jadi ini berarti bahwa kita memiliki akses yang terbuka kepada Allah. Dalam perjanjian lama, hanya imam besar yang dapat memasuki hadirat Allah setahun sekali. Tetapi sekarang setiap orang percaya memiliki akses masuk ke hadirat Allah setiap saat.

Bagaimana ini bisa terjadi? Dua alasan. Pertama, kita memiliki korban yang sempurna. Alasan pertama kita memiliki akses bebas untuk masuk ke dalam hadirat Allah adalah karena darah Yesus. Yesus adalah korban kita yang sempurna. Inilah yang terjadi. Di tabernakel yang lama, ada tirai tebal yang memisahkan hadirat Allah di ruang maha kudus dari ruangan lainnya. Tempat ini terlarang untuk semua orang kecuali imam besar. Dan imam besar hanya dapat memasuki ruang maha kudus setahun sekali untuk mempersembahkan korban lembu dan domba untuk seluruh bangsa Israel. Namun dalam perjanjian baru, kita tidak perlu lagi mengorbankan lembu dan domba. Penulis Ibrani berkata bahwa kita memiliki jalan yang baru dan hidup. Jalan ini adalah jalan yang baru karena jalan ini tidak dapat diakses di dalam perjanjian lama, dan jalan ini adalah jalan yang hidup karena Yesus mati, dibangkitkan dan hidup selamanya. Dalam perjanjian baru, Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna. Dan tahukah anda apa yang terjadi ketika Yesus mati di kayu salib? Lukas menulis bahwa ketika Yesus mempersembahkan hidupnya kepada Allah, kegelapan turun atas Israel dan tirai yang memisahkan hadirat Allah dari umat-Nya robek dari atas sampai bawah. Ketika tubuh Yesus dicabik-cabik, tirai pemisah robek. Pengorbanan Yesus yang sempurna membuka jalan bagi umat Allah untuk memasuki hadirat Allah. Ini alasan yang pertama.

Kedua, kita memiliki imam besar yang sempurna. Yesus tidak hanya memberikan kita akses ke dalam hadirat Allah, tetapi Dia juga masuk ke dalam hadirat Allah untuk menjadi Perantara kita sebagai Imam Besar kita. Saya akan jelaskan lebih sedikit tentang imam besar. Ketika imam besar memasuki hadirat Allah untuk mempersembahkan korban untuk bangsa Israel, dia akan memakai penutup dada dengan dua belas batu permata yang mewakili dua belas suku Israel. Imam besar berdiri di hadapan Allah mewakili seluruh bangsa Israel. Dia bersyafaat bagi bangsa Israel. Dia berdiri di celah antara Allah dan umat Allah. Dan inilah yang Yesus lakukan untuk kita. Yesus, Imam Besar tertinggi kita, membawa nama kita bukan di penutup dada tetapi di dalam diri-Nya. Ketika kita percaya kepada Yesus, kita ditemukan di dalam Yesus. Kita menjadi satu dengan Yesus. Dan saat ini, Yesus sedang bersyafaat untuk kita di hadapan Allah.

Saya akan memberikan sebuah illustrasi yang mungkin bisa membantu kita untuk lebih mengerti. Bayangkan anda pergi liburan ke Washington DC dan anda ingin mengunjungi White House. Anda tiba di bandara dan anda mencari Uber yang bisa membawa anda ke White House. Kemudian sopir Uber menjemput anda dan mengantar anda ke White House. Dan sewaktu anda sudah dekat tujuan, sopir Uber mengatakan, “Lihat, itu White House.” Dan anda melihat dengan takjub. Dan kemudian anda berkata, “Seandainya saja aku bisa masuk ke dalam dan bertemu dengan presiden.” Dan tiba-tiba anda terkejut, karena sopir Uber mengemudi menuju gerbang masuk White House. Anda bingung dan anda berpikir, “Bagaimana mungkin kita bisa masuk White House? Kita hanyalah orang biasa. Kita tidak akan bisa melewati pemeriksaan keamanan.” Saat mobil berhenti di tempat pemeriksaan, petugas keamanan tampaknya mengenal sang pengemudi. Tetapi mereka tidak mengenal anda. Jadi mereka bertanya, “Siapa orang ini?” Sopir tersenyum dan berkata, “Dia bersama dengan aku.” Dan hanya dengan begitu saja, anda masuk ke dalam White House. Kemudian sopir anda mulai memandu anda melewati bagian-bagian White House sementara anda masih sangat terkejut. Kemudian anda melihat sebuah pintu yang tidak asing lagi bagi anda. Anda telah sering melihat pintu ini di banyak film. Ini adalah pintu masuk ke dalam kantor Presiden. Dan tiba-tiba anda terkejut karena sopir Uber anda membuka pintu dan mengundang anda untuk masuk. Jadi anda masuk dan anda tidak percaya siapa yang anda lihat di depan anda. Sosok itu tidak lain adalah presiden dari Amerika Serikat. Jadi anda berada di hadapan presiden Amerika Serikat. Dan anda melihat kepada sopir Uber anda dan bertanya, “Siapa kamu?” Dan dia menjawab, “Akulah sopir agungmu.”

Inilah yang Yesus lakukan bagi kita. Dia tidak hanya memberikan kita akses untuk masuk ke dakam hadirat Allah, tetapi Yesus menjemput kita, membawa kita ke takhta Allah, berjalan bersama kita melewati pemeriksaan, dan mengantar kita ke hadirat Allah. Dan Dia bersama dengan kita di setiap langkah. Kebenarannya adalah, satu-satunya alasan kita dapat bertemu dengan Allah adalah karena Yesus ada bersama dengan kita. Saudara, inilah Injil. Dan inilah realita kita hari ini. Hanya ada satu tiket untuk masuk ke dalam hadirat Allah. Dan itu bukan melalui bait suci di Yerusalem. Bukan melalui datang ke gereja. Kita memiliki akses masuk ke dalam hadirat Allah karena Imam Besar kita yang sempurna dan pengorbanan-Nya yang sempurna. Yesus Kristus adalah satu-satunya tiket untuk masuk ke dalam hadirat Allah. Itulah ayat 19 sampai 21. Sekarang, kita masuk ke “Marilah kita” yang pertama.

Ibrani 10:22 – Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Implikasi pertama adalah agar kita mendekat kepada Allah dengan iman. Dan kita tidak perlu membuat janji terlebih dahulu untuk datang kepada Allah. Tidak pernah ada waktu yang salah untuk datang kepada Allah. Kita memiliki jaminan bahwa Allah tidak akan pernah menolak kita ketika kita datang kepada-Nya dengan iman. Dan jaminan kita bukanlah pada kekuatan iman kita tetapi pada objek iman kita. Jaminan kita bukanlah perasaan yang subjektif tetapi kebenaran yang objektif. Kita memiliki jaminan penuh bahwa Allah selalu menyambut kita ketika kita mendekat kepada Dia karena kita tidak mendekat berdasarkan pekerjaan kita tetapi pekerjaan Yesus yang sempurna. Darah Yesus telah membersihkan hati nurani kita dan Roh Kudus telah membasuh kita dan memperbaharui hidup kita.

Tetapi izinkan saya mengajukan beberapa pertanyaan. Mengapa kita mendekat kepada Allah? Apa tujuan kita mendekat? Apa yang kita peroleh sewaktu kita mendekat kepada Allah? Ini sangat penting. Karena kita bisa mendekat kepada Allah dengan banyak alasan yang salah. Baru-baru ini, saya berbicara dengan seseorang yang pernah berjemaat di gereja ini bertahun-tahun yang lalu. Kami sudah bertahun-tahun tidak pernah ngobrol. Dan tentu saja, ketika anda berbicara dengan seorang pendeta, pasti ujung-ujungnya akan berbicara tentang Alkitab dan teologi. Dia berkata, “Menurut aku pengajaran koko mirip dengan JP dan JO yang fokus pada perjanjian baru. Koko mengajarkan tentang kasih karunia dan bukan hukum Taurat.” Dan dia juga menyebutkan bahwa dia suka sekali mendengarkan khotbah JP dan JO secara online. Jika anda bertanya-tanya siapa kedua pengkhotbah ini, mereka adalah dua pengkhotbah Injil kemakmuran yang paling terkenal saat ini. Dia pikir dia sedang memuji saya. Tetapi tidak, saya tersinggung. Dan saya tidak bisa menahan godaan untuk menjelaskan kepada dia mengapa dia sangat salah untuk menyamakan saya dengan dua nama tersebut. Tetapi kemudian dia mengajukan pertanyaan yang bagus. “Bagaimana jika kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan melalui pengajaran mereka meskipun mungkin pengajarannya salah?” Itu adalah pertanyaan yang bagus. Dan saya menjawab, “Menjadi lebih dekat dengan Tuhan bukanlah ukurannya. Karena banyak orang menjadi lebih dekat dengan Tuhan tetapi bukan karena Tuhan. Mereka mendekat kepada Tuhan karena mereka menginginkan sesuatu dari Tuhan. Jadi, yang mereka inginkan bukanlah Tuhan tetapi apa yang Tuhan dapat berikan kepada mereka. Mereka hanya menggunakan Tuhan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.” Dan setelah percakapan ini, dia hampir tidak pernah berbicara dengan saya lagi.

Jadi, mengapa kita mendekat kepada Allah? Beberapa tahun yang lalu seseorang bertanya kepada John Piper, apa buku terpenting yang pernah dia tulis. Piper menjawab tanpa ragu-ragu, “God is the gospel” atau Allah adalah Injil. Dan saya sangat setuju. Dalam buku ini, Piper berpendapat bahwa Injil Yesus Kristus bukanlah terutama tentang apa yang kita dapatkan dari Allah. Puji Tuhan untuk pengampunan dosa. Puji Tuhan untuk diadopsi ke dalam keluarga-Nya. Puji Tuhan untuk warisan yang kekal di masa depan. Namun tujuan dari semua pemberian ini adalah agar kita mendekat kepada Allah untuk mendapatkan Allah. Semua pemberian Injil yang begitu indah memungkinkan kita untuk mendapatkan Allah. Allah adalah kabar baik dari Injil. Allah tidak membutuhkan kita, tetapi Dia memberikan kita akses penuh untuk mendekat kepada-Nya melalui Yesus sehingga Dia dapat memuaskan kita sepenuhnya dan selamanya dengan memberikan diri-Nya kepada kita. Allah adalah anugerah terbesar dari Injil. Inilah alasan kita mendekat. Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil mendekat kepada Allah dengan iman untuk mendapatkan Allah. Ini “Marilah kita” yang pertama.

Kehidupan pengharapan

Ibrani 10:23 – Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

Ini adalah “Marilah kita” yang kedua. Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil adalah orang-orang yang berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan mereka. Ini adalah untuk memegang teguh pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Dan ini sama sekali tidak mudah. Coba pikirkan konteks kitab Ibrani. Kitab Ibrani ditulis untuk orang-orang Kristen Yahudi yang berjuang untuk mengikuti Yesus. Ada banyak orang Kristen yang menghadapi penganiayaan yang berat. Ada orang-orang yang mengaku Kristen yang meninggalkan iman mereka. Mereka dihadapkan dengan banyak godaan dunia. Orang-orang Kristen Yahudi juga kehilangan status dan harga diri di mata lingkungan mereka, dan tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mendapatkan itu kembali jika mereka masih mengaitkan diri mereka dengan Yesus. Keluarga Yahudi mereka menolak mereka karena kepercayaan mereka kepada Yesus. Orang-orang bukan Yahudi atau Romawi juga tidak menerima mereka karena mereka menolak untuk mempersembahkan korban kepada kaisar. Oleh karena itu, orang-orang Kristen Yahudi kehilangan kehormatan dan status di mata masyarakat. Mereka menemukan bahwa mengikuti Yesus sangat mahal harganya.

Dan ini tidak hanya berlaku untuk mereka tetapi juga untuk kita. Kita hidup di tengah budaya yang semakin memusuhi Kekristenan. Contoh, banyak orang menyebut kita fanatik karena memegang keyakinan bahwa pernikahan hanya dilakukan antara pria dan wanita. Dan jika anda tidak tahu, Victoria mengeluarkan undang-undang baru yang melarang terapi konversi. Artinya, tidak akan lama lagi sebelum menginjili orang dihitung sebagai pelanggaran hukum. Ini hanya akan membuat mengikuti Yesus menjadi makin sulit. Mengikuti Yesus itu mahal. Dan penulis Ibrani berkata kepada kita, “Pegang teguh pada pengakuan tentang pengharapanmu. Jangan kompromi. Berdiri teguh, tidak peduli berapa harganya. Jadilah saksi Yesus meskipun itu mungkin menempatkan kamu dalam bahaya.”

Tetapi perhatikan alasan yang penulis Ibrani berikan kepada kita mengapa kita dapat berpegang teguh pada pengakuan pengharapan kita tanpa ragu-ragu. Setiap kali kita menggunakan kata harapan, apa yang kita maksudkan adalah sesuatu yang kita ingginkan untuk terjadi tetapi tidak ada kepastian bahwa hal itu akan terjadi. Tetapi itu bukan bagaimana Alkitab menggunakan kata harapan. Definisi harapan menurut Alkitab disertai dengan gagasan kepastian. Harapan alkitabiah bukanlah sesuatu yang kita inginkan untuk terjadi; harapan alkitabiah adalah sesuatu yang pasti akan terjadi tanpa gagal. Karena harapan kita tidak terletak pada keadaan ataupun situasi. Harapan kita tidak kosong. Harapan kita memiliki substansi. Dengarkan apa yang penulis Ibrani katakan di bagian kedua ayat 23. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.” Dengan kata lain, dapatkan ini. Kekuatan untuk berpegang teguh pada pengakuan kita adalah kesetiaan Allah. Kita tidak menaruh harapan kita kepada kekuatan kita untuk memegang Allah tetapi kepada kesetiaan Allah untuk memegang kita. Karena Allah setia kepada kita, kita bisa setia kepada Allah.

Penulis kitab Ibrani mengatakan kepada kita untuk berpegang teguh kepada Allah karena Allah setia kepada kita. Bagaimana kita tahu bahwa Allah setia kepada kita? Karena Dia mengutus Yesus untuk menjadi Imam Besar kita yang agung dan menjadi korban kita yang sempurna. Yesus menyelesaikan apa yang Dia katakan akan Dia lakukan. Dan dia menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna. Dan tidak mungkin bagi Allah untuk berbohong. Untuk Allah menjadi Allah, setiap perkataan yang diucapkan-Nya harus menjadi kenyataan. Jika Allah berbohong, dia bukan lagi Allah. Dan selama Allah adalah Allah, dia akan menepati janji-Nya. Itulah yang membuat Allah, Allah. Dan Allah tidak hanya memberikan kita janji, tetapi Dia juga bersumpah, dan Dia tidak akan berubah pikiran bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar kita selamanya menurut peraturan Melkisedek. Jadi, pegang Dia. Dia tidak akan mengecewakan kita. Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil adalah orang-orang yang berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan mereka. Ini “Marilah kita” yang kedua.

Kehidupan kasih

Ibrani 10:24-25 – Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Ini adalah “Marilah kita” yang ketiga. Apakah anda pernah mendengar tentang “Penyakit hari Minggu”? Saya sering mengalami penyakit hari Minggu ketika saya masih kecil. Gejalanya sangat menarik. Penyakit ini tidak pernah mengganggu nafsu makan atau mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Kita bisa melakukan rutinitas kita tanpa masalah. Dan menonton TV sepertinya membantu kita. Satu-satunya gejala adalah bahwa kita tidak bisa bangun dan pergi ke gereja. Anehnya, kita tidak merasakannya di hari Sabtu. Penyakit ini menyerang tepat ketika waktu untuk pergi ke gereja tiba. Dan penyakit ini tidak pernah berlangsung lebih dari beberapa jam. Sekitar waktu kebaktian gereja selesai, penyakitnya hilang. Kita bisa bangun dan pergi bekerja pada hari Senin. Dan kita baik-baik saja selama satu minggu. Namun anehnya, penyakit ini menyerang lagi pada hari Minggu berikutnya. Ada yang tahu apa yang saya maksudkan? Ini adalah penyakit yang sangat umum di antara kita. Khususnya mengingat bahwa sangatlah mudah bagi kita untuk mengikuti ibadah gereja secara online. Tetapi penulis Ibrani berpendapat bahwa komunitas Injil tidak seharusnya mengalami penyakit hari Minggu. Dia berargumen bahwa tidak ada yang namanya Kekristenan mandiri. Kekristenan adalah iman pribadi tetapi proyek komunitas. Memang benar bahwa seseorang tidak harus datang ke gereja untuk menjadi seorang Kristen. Tetapi seorang suami juga tidak harus pulang ke rumah untuk tetap menikah. Namun yang akhirnya terjadi adalah hal ini akan menghancurkan pernikahannya.

Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil adalah orang-orang yang hidup di dalam kasih. Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil adalah orang-orang yang berkomunitas. Dengarkan baik-baik. Komunitas bukanlah pilihan. Dan yang saya maksud dengan komunitas bukan hanya sekedar datang ke gereja. Ketika penulis Ibrani menulis untuk kita jangan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, yang ada di pikirannya bukan hanya datang ke gereja setiap hari Minggu. Kita diperintahkan untuk saling memperhatikan, mendorong satu sama lain dalam kasih dan pekerjaan baik, dan untuk saling menasihati. Kita tidak bisa melakukan ini pada kebaktian hari Minggu. Maka dari itu kita membutuhkan komunitas kecil di mana kita bisa saling mengenal dan dikenal. Ini artinya. Komunitas Injil bukanlah komunitas TGIF. Komunitas Injil adalah komunitas di mana orang berdosa hidup bersama. Ini berarti akan ada banyak rasa sakit, banyak kesalahpahaman, banyak konflik. Komunitas ini akan penuh kekacauan dan berantakan. Namun dalam semua ini, kita dibentuk menjadi semakin dewasa di dalam Kristus. Allah dapat membentuk kita melalui banyak hal tetapi salah satu cara utama Allah membentuk kita adalah melalui sebuah komunitas. Saya suka kutipan ini oleh CS Lewis. “Kristus bekerja di dalam kita melalui segala macam cara, tetapi di atas semua itu Dia bekerja di dalam kita melalui satu sama lain. Kita adalah pembawa Kristus untuk satu sama lain.” Bertumbuh di dalam Kristus bukanlah proyek individu; bertumbuh di dalam Kristus adalah proyek komunitas. Artinya, ketika kita datang ke gereja dan komunitas kecil, kita tidak hanya datang untuk menerima tetapi juga untuk saling melayani. Ada mutualitas di dalamnya.

Penulis Ibrani memberikan kita empat karakteristik komunitas Injil. Pertama, memperhatikan. Artinya adalah bagi kita untuk berhenti dan berpikir. Untuk merenungkan. Ini adalah kata yang sama yang digunakan ketika kita diberitahu untuk mempertimbangkan Yesus. Ini berarti bahwa sama seperti kita harus selalu memikirkan Yesus, kita juga harus selalu memikirkan satu sama lain. Ketika kita berkumpul dalam sebuah komunitas, setiap individu perlu mengajukan pertanyaan, “Bagaimana aku dapat membantu dia bertumbuh?” Jadi, kita tidak hanya datang dan bertemu untuk bersenang-senang, tetapi kita datang dengan niat untuk membantu satu sama lain bertumbuh di dalam Kristus. Ini seperti apa yang konselor lakukan dalam sesi mereka. Jika anda pernah bertemu seorang konselor, maka anda akan menyadari bahwa mereka suka mencatat. Saat pasien mereka melampiaskan semua emosi dan kemarahan mereka, mereka akan mendengarkan dan merenungkan pertanyaan, “Bagaimana cara aku dapat membantu orang ini mengatasi amarahnya? Bagaimana cara aku bisa membantu dia memaafkan suaminya?” dan mereka akan menulisnya. Dan inilah yang seharusnya kita lakukan untuk satu sama lain. Bukan bagian mencatat dan menulis. Ini akan aneh. “Josh, bagaimana kabarmu minggu ini?” dan tuliskan semua detailnya. Tetapi ketika kita bertemu, kita sudah memikirkan bagaimana kita dapat membantu satu sama lain untuk bertumbuh. Wanita biasanya handal dalam hal ini. Pria, tidak usah dilanjutkan. Kita tahu siapa kita. Tetapi kita perlu belajar. Kita perlu memikirkan orang lain ketika kita berkumpul. Kita bukan konsumen tetapi pemberi.

Kedua, mendorong. Ini menarik. Tahukah anda apa arti kata ini dalam bahasa Yunani? Ini berarti untuk mengganggu atau mengiritasi. Beberapa dari anda berkata, “Kalau ini aku bisa. Mengganggu orang lain adalah karunia rohku.” Beberapa dari kita secara alami membuat orang lain kesal bahkan tanpa mencoba. Tetapi ini bukan jenis iritasi yang ada di dalam pikiran penulis Ibrani. Kita diperintahkan untuk saling mengganggu dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Ini berarti untuk berani tidak setuju dan berkonfrontasi dengan tajam karena kita mengasihi orang tersebut. Kita membutuhkan orang-orang di sekitar kita yang dapat tidak setuju dengan kita jika kita ingin bertumbuh. Dengarkan ayat ini. Amsal 27:17 – Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. Tahukah anda bagaimana cara besi menajamkan besi? Bukan dengan memeluk tetapi dengan menggosoknya dengan cara yang menyakitkan. Kita perlu menggosok satu sama lain. Mengapa? Karena kita semua adalah orang berdosa. Dan kita semua memiliki banyak titik buta terhadap dosa-dosa kita. Titik buta berarti kita tidak bisa melihatnya. Kita membutuhkan orang lain untuk berjalan di samping kita dan mengkonfrontasi kita tentang dosa-dosa kita. Kita membutuhkan orang-orang yang dapat memberitahu kita bahwa kita tidak berjalan sesuai dengan keyakinan iman kita. Dan kita juga perlu melakukan hal yang sama kepada mereka. Sahabat sejati bukanlah orang yang selalu bersependapat dengan kita tetapi mereka yang membuat kita menjadi lebih baik. Apakah kita memiliki orang-orang seperti itu di komunitas kita? Mereka yang dapat memberitahu kita di depan muka kita, “Kamu tidak seharusnya melakukan itu.”

Ketiga, menasihati. Kita tidak hanya perlu saling menegur, tetapi kita juga perlu saling menyemangati. Kata ‘menasihati’ dalam Bahasa Yunaninya berarti untuk berjalan bersama. Ini berarti untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain untuk mendukung mereka dan berjalan bersama dengan mereka. Kita membutuhkan orang-orang yang mengucapkan kasih dan menunjukan kasih karunia ke dalam hidup kita, dan kita juga perlu mengucapkan kasih dan menunjukan kasih karunia ke dalam hidup mereka. Kita membutuhkan konfrontasi dan dorongan. Kita tidak dapat hanya memiliki konfrontasi tanpa dorongan. Karena itu akan membuat komunitas menjadi komunitas sakit hati. Tetapi kita juga tidak dapat hanya memiliki dorongan tanpa konfrontasi. Karena kita tidak akan bertumbuh. Komunitas Injil yang sehat melakukan keduanya. Perhatikan.

Ini berarti bahwa di dalam gereja tidak ada yang namanya Kristen ninja. Apakah anda tahu apa yang saya maksud dengan Kristen ninja? Anda berada di gereja, tetapi tidak ada yang yang tahu siapa anda. Anda datang ke gereja tepat ketika kebaktian dimulai, dan anda pulang begitu kebaktian berakhir. Jangan lakukan itu. Partisipasi anda penting. Orang-orang di sekitar anda membutuhkan anda sebanyak anda membutuhkan mereka. Dan ya, itu tidak akan mudah. Kita menyukai gagasan mengasihi orang lain tetapi tidak banyak dari kita yang benar-benar mengasihi orang lain. Mengapa? Karena ini sulit. Ini tidak nyaman. Permasalahan dengan mengasihi orang lain adalah ini melibatkan orang lain. Diperlukan waktu, tenaga, dan uang. Mengasihi itu mahal. Tetapi inilah bagaimana kita bisa bertumbuh sebagai umat Kristus. Mungkin salah satu alasan mengapa sebagian dari kita tidak bertumbuh adalah karena kita selalu menghindari komunitas Kristen.

Keempat, ibadah bersama. Dengarkan baik-baik. Jika kita lalai untuk ibadah bersama, kita memotong diri kita sendiri dari sarana Allah menopang kita. Ingat konteks kitab Ibrani. Mereka mengalami ancaman terhadap hidup mereka karena mereka menjadi pengikut Kristus. Akan jauh lebih mudah bagi mereka untuk merahasiakan iman mereka dan tidak beribadah bersama dengan umat Kristus lainnya. Namun penulis Ibrani menulis kepada mereka untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi beribadah bersama. Mengapa? Karena penulis Ibrani memahami pentingnya komunitas dalam mempertahankan iman. Dan kemudian dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa menjelang hari Tuhan yang semakin dekat, itu seharusnya menjadi dorongan rohani untuk beribadah bersama lebih lagi. Hari Tuhan di sini mengacu kepada kedatangan Yesus yang kedua kali. Mengapa kedatangan Yesus yang kedua kali menjadi dorongan untuk beribadah bersama? Karena dengan mendekatnya hari Tuhan, akan semakin sulit untuk hidup berdasarkan Injil. Akan jauh lebih mudah untuk hanyut mengikuti arus dan hilang. Jadi, mari kita terapkan dalam situasi kita sekarang. Saya tidak menyangkal fakta bahwa kita dapat dengan mudah menemukan khotbah online yang berpusat pada Injil yang lebih baik. Ada banyak pendeta yang bisa mengkhotbahkan Injil lebih baik daripada saya. Saudara dapat mendengarkan khotbah Daniel Prajogo, Yakub TriHandoko, Michael Chrisdion, dan lainnya. Saya tidak menyangkal bahwa kita dapat dengan mudah mengikuti gereja online yang berpusat pada Injil yang lebih professional daripada kita. Kita dapat dengan mudah mengaksesnya hanya dengan beberapa klik. Dan ada banyak kelebihan dari sumber online yang berpusat pada Injil. Tetapi dengarkan. Ini tidak cukup. Kita membutuhkan lebih dari itu untuk bertumbuh di dalam Kristus. Kita sangat membutuhkan satu sama lain. Kita membutuhkan satu sama lain untuk saling memperhatikan, mendorong dan menasihati. Contoh, para orang tua. Bagaimana anda bisa mendidik anak-anak anda dalam takut akan Allah di tengah masyarakat LGBTQ? Anda tidak bisa melakukannya sendiri. Memiliki teologi yang benar saja tidak cukup. Anda membutuhkan orang-orang Kristen lainnya untuk membantu anda mendidik anak-anak anda dalam kebenaran. Anda membutuhkan anak-anak anda untuk melihat orang-orang Kristen lainnya yang menghidupi kebenaran bersama anda dan keluarga anda. Kita tidak dirancang untuk bertumbuh sendirian; kita dirancang untuk bertumbuh bersama sebagai umat Kristus di dalam sebuah komunitas.

Tetapi kemudian penulis Ibrani mengatakan sesuatu yang sangat menarik. Dia mengatakan bahwa beberapa orang memiliki kebiasaan untuk mengabaikan ibadah bersama. Inilah yang saya ketahui tentang kebiasaan. Kita tidak memupuk kebiasaan dalam satu malam. Kita tidak memupuk kebiasaan mengabaikan ibadah dan komunitas dalam satu minggu. Kebiasaan mengabaikan ibadah bersama adalah akibat dari gaya hidup yang tidak disengaja. Inilah yang terjadi. Minggu pertama, anda melewatkan ibadah gereja karena anda sakit. Ini adalah alasan yang sah. Khususnya di tengah pandemi. Minggu kedua, anda melewatkan ibadah karena undangan pesta ulang tahun. Anda merasa tidak nyaman tentang hal ini, tetapi ini adalah pesta ulang tahun dari seseorang yang dekat dengan anda. Tetapi anda memutuskan untuk datang ke gereja minggu berikutnya. Minggu ketiga, anda berada di gereja. Dan anda merasa baik tentang diri anda. Anda merasa diberkati melalui ibadah. Minggu keempat, anda pergi berlibur bersama keluarga. Anda telah mengaturnya dari bulan-bulan sebelumnya. Tidak ada yang bisa anda lakukan untuk itu. Minggu kelima, anda berada di gereja. Minggu keenam, anda ketinggalan dalam proyek di pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari Senin. Jadi, anda diam di rumah untuk menyelesaikan pekerjaan anda. Minggu ketujuh, anda ketiduran karena anda melakukan banyak aktifitas pada hari Sabtu dan anda capek. Dan sebelum anda menyadarinya, sudah menjadi sangat mudah untuk tidak berusaha datang ke ibadah gereja. Jauh lebih mudah untuk menonton streaming online di rumah dan menggunakan energi anda untuk hal-hal lain yang terasa lebih bermanfaat. Dan anda membenarkan diri anda sendiri dengan mengatakan, “Aku masih percaya kepada Tuhan. Aku masih memberikan perpuluhan secara online. Aku tidak melakukan perzinahan. Aku baik-baik saja sebagai seorang Kristen.”

Tetapi penulis Ibrani memberitahu kita untuk tidak melakukan itu. Ini adalah resep untuk bencana. Jika kita melakukan ini, apa yang kita lakukan adalah kita hanyut terbawa arus budaya dalam hubungan kita dengan Allah. Dan hanyalah masalah waktu sebelum kita hidup di dalam dosa dan meninggalkan iman Kekristenan. Saya tidak mengatakan bahwa melewatkan ibadah gereja di tempat selalu salah. Ada alasan yang baik untuk melewatkan ibadah gereja di tempat, seperti yang kita alami sekarang. Kita tidak diizinkan untuk bertemu karena alasan yang baik. Kita tidak ingin saling menyakiti satu sama lain dengan virus. Tetapi ini pengecualian dan bukan norma. Alkitab sangat jelas bahwa kita harus dengan sengaja memprioritaskan pertemuan ibadah gereja. Kita harus sangat lambat dalam melewatkan ibadah bersama. Yang dipertaruhkan dalam mengabaikan ibadah bersama bukanlah kehadiran kita di gereja tetapi iman kita di dalam Kristus. Kita sangat membutuhkan satu sama lain untuk bertumbuh di dalam Kristus. Orang-orang yang hidup berdasarkan Injil adalah orang-orang yang hidup dalam kasih.

Saya akan tutup dengan ini. Membangun komunitas Injil yang sehat tidaklah mudah. Ini membutuhkan banyak usaha dan melibatkan rasa sakit. Jadi bagaimana kita bisa melakukan ini? Dari mana kita bisa mendapatkan kekuatan untuk saling mengasihi? Inilah sebabnya mengapa penulis Ibrani memulai dengan memerintahkan kita untuk mendekat kepada Allah. Kita perlu mengingat bahwa kita telah diundang untuk masuk ke dalam hadirat Allah. Apakah anda tahu apa artinya? Ini berarti bahwa kita sudah berada di dalam lingkaran dalam Allah. CS Lewis berkata bahwa salah satu motivasi pendorong terbesar dari hati manusia adalah keinginan untuk berada di lingkaran dalam. Kita perlu merasa bahwa kita berada di lingkaran dalam dari kelompok yang kita kagumi. Kita perlu merasa seperti kita adalah bagian dalam lingkaran kelompok tersebut. Dan jika kita bukan bagian dari lingkaran dalam orang-orang yang kita sukai dan kagumi, kita merasa tidak aman. Setiap kita memiliki keinginan untuk diakui dan diterima oleh lingkaran dalam. Bukankah ini benar? Dan penulis Ibrani memberi tahu kita bahwa karena Yesus kita telah diterima masuk ke lingkaran dalam yang terutama. Kita telah diterima di dalam lingkaran Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita bisa memasuki lingkaran dalam terutama ini dengan keberanian. Bagaimana? Karena Yesus sang Anak sudah ditolak di kayu salib untuk kita. Yesus menerima penolakan yang pantas kita terima agar kita diterima di lingkaran dalam Allah. Dan ketika kita tahu bahwa kita sudah diterima di lingkaran dalam yang terutama, ini menghancurkan kebutuhan kita untuk masuk ke lingkaran dalam lainnya. Sekarang kita dapat dengan bebas mengasihi orang lain dan membantu mereka bertumbuh di dalam Kristus. Ketika kita memiliki keyakinan bahwa kita tidak akan pernah ditinggalkan dan bahwa kita dikasihi sepenuhnya oleh Allah, hal ini secara radikal mengubah hubungan kita satu sama lain. Kabar baik Injil adalah kekuatan bagi komunitas Injil. Mari kita berdoa.

Discussion questions:

  1. Why is it crucial for us to remember who we are? Can you see the tendency in our lives to have “Identity amnesia”? Give examples.
  2. How does the gospel give us a new and living way to God’s presence?
  3. Can you see our tendency to draw near to God to get things other than God? Explain.
  4. Explain the logic of cause and effect in Hebrews 10:23. How is this gospel truth differ from other religions?
  5. Look at the first three characteristics of gospel community (consider, stir up, encourage). Which one is most difficult for you and why?
  6. Explain why it is absolutely crucial for us to not neglect to meet together. What can we do to prioritize to meet together? 
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.