Janganlah menghakimi & menghukum

“Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala Pikiran jahat, Percabulan, Pencurian, Pembunuhan, Perzinahan, Keserakahan, Kejahatan, Kelicikan, Hawa nafsu, Iri hati, Hujat, Kesombongan, Kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” Markus 7:20-23.

 

Walaupun kita telah mengalami kelahiran baru, namun didalam hati dan pikiran kita masih tertanam gagasan-gagasan dan gambar-gambar yang berdosa.

Matius 5:21-48 membahas mengenai dosa-dosa yang ada di dalam hati manusia. Hal-hal inilah yang harus kita perhatikan karena yang menajiskan seseorang bukanlah apa yang berasal dari luar tetapi apa yang keluar dari dalam hatinya yaitu segala sesuatu yang berasal dari gagasan-gagasan dan gambar-gambar yang berdosa, yang tertanam di dalam hati orang itu.

 

Apakah anda pernah merasa frustrasi karena anda sangat ingin melakukan kehendak Tuhan yaitu hidup di dalam kekudusan, namun kenyataannya anda justru melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang berlawanan dengan yang anda inginkan?

 

Menurut penelitian setiap orang mempunyai dua jenis pikiran yang mengontrol tubuh secara terpisah yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

Pikiran bawah sadar jauh lebih berkuasa dari pada pikiran sadar!

Pikiran ini merekam semua pengalaman hidup kita. Segala sesuatu yang kita pelajari dan alami dalam hidup kita terekam di dalam pikiran bawah sadar kita, terutama hal-hal yang terjadi dalam enam tahun pertama dari masa kanak-kanak. Kita merekam segala sesuatu yang ada di lingkungan (orang tua, guru, teman) kita, tanpa mampu untuk memilih hal apa yang ingin kita rekam. Pada masa kanak-kanak, kita belajar tentang takut, kuatir, rasa tidak aman dan hal-hal lainnya. Kita tidak bisa memilih apa yang kita lihat dan apa yang diajarkan pada kita. Kita seperti “tape recorder” (alat perekam) yang merekam segala sesuatu yang ada di sekitar kita.

 

Penelitian selanjutnya mengenai otak manusia menemukan bahwa:

  • 95% dari waktu kehidupan, kita jalankan berdasarkan pikiran bawah sadar.
  • 5% dari waktu itu, kita jalankan berdasarkan pikiran sadar kita.

Penelitian itu juga menemukan bahwa 70% dari ide-ide yang ada di dalam pikiran bawah sadar kita adalah ide-ide yang bersifat negatif dan merusak.

 

Setelah membahas “Enemy Within”, perikop berikutnya Yesus berbicara tentang

“Janganlah  menghakimi & menghukum!” Lukas 6:37-42.

  • Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
  • Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
  • Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?
  • Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
  • Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
  • Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”.

 

Seringkali kita ingin menolong orang lain untuk mengeluarkan selumbar yang ada di mata mereka, namun kita melakukannya dengan cara yang salah.

Kita mencoba melakukannya, padahal kita mempunyai balok di mata kita sendiri. Saya menyebutnya kelilipan balok.

Apa yang Yesus maksud balok disini? Balok disini bukan berbicara tentang dosa yang ada pada kita, sebelum kita menghakimi orang lain. Orang yang mencoba menolong orang lain yang dosanya kecil (selumbar), tidak selalu memiliki dosa yang lebih besar (balok).

Balok disini berbicara tentang sikap menghakimi.

 

Dosa menghakimi (balok) selalu “lebih besar” daripada dosa orang yang dihakimi (selumbar). Mengapa demikian?

Sebab penghakiman dan penghukuman adalah hak mutlak Allah. Hanya DIA yang mampu menghakimi dan menghukum dengan adil.

 

Kita tidak akan pernah sanggup melakukannya seperti Allah.

Bila kita mencoba untuk menghakimi orang lain, maka kita telah berbuat dosa karena itu sama halnya dengan kita telah mencoba mengambil hak Allah.

Dosa menghakimi bagaikan sebuah balok yang menutupi mata kita sehingga kita tidak dapat melihat selumbar kecil yang ada di mata orang yang kita hakimi.

Kita bermaksud mengambil selumbar yang kecil tetapi karena mata kita tertutup oleh balok (yang membutakan), maka kita tidak dapat mengeluarkan selumbar itu.

Yang terjadi justru sebaliknya, kita akan “mencolok”mata orang itu.

 

Sikap menghakimi membuat kita menjadi buta.

“Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” Lukas 6:39.

 

Ada begitu banyak gereja yang terjebak pada hal ini. Mereka telah menjadi komunitas “kelilipan balok”. Mereka berusaha untuk berjalan menuju pemulihan, namun justru terjatuh ke dalam lubang maut.

Kerinduan hati mereka ingin saling memulihkan tetapi yang terjadi justru saling melukai hingga akhirnya mereka sama-sama terjatuh ke dalam lubang maut.

 

Jadi agar kita dapat dipulihkan dari pikiran-pikiran bawah sadar yang jahat (enemy within) kita perlu berada di dalam komunitas yang tidak saling menghakimi dan menghukum.

 

Para pakar mengenai otak menemukan bahwa seseorang tidak akan mengalami perubahan hidup dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya bila orang itu masih menyimpan perasaan tertuduh, malu, terhukum dan muak.

Sebaliknya mereka menemukan bahwa perasaan-perasaan itu justru akan memperkuat ikatan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini telah mengikat mereka.

 

Itulah sebabnya sikap menghakimi dan menghukum tidak akan pernah membuat seseorang yang terikat dosa menemukan “selumbar di matanya”. Sikap seperti itu hanya akan membuat ikatan dosa itu semakin kuat mengikatnya.

 

Jadi agar terjadi pemulihan dan perubahan hidup, kita memerlukan komunitas yang saling mengasihi. Sebuah komunitas yang walaupun belum sempurna tetapi mereka terus menerus mempraktekkan sikap yang penuh empati terhadap orang-orang yang terikat dosa.

 

Penelitian mengenai otak manusia menunjukkan bahwa ketika seseorang dengan terbuka menceritakan kisah hidupnya dan ia benar-benar di-dengar dan di-mengerti dengan penuh empati, maka akan terjadi perubahan yang sejati pada otak kedua orang itu, baik yang mendengarkan maupun yang didengarkan.

Otak kanan mereka mulai terhubung dengan otak kiri sehingga kedua bagian otak itu (kanan dan kiri) mulai ter-integrasi. Sebagai hasil akhirnya, terjadilah kesembuhan.

 

Dosa telah menyebabkan otak manusia mengalami dis-integrasi atau “perpecahan”.

Akibatnya otak kiri (logika) dan otak kanan (perasaan, hubungan) tidak lagi bekerja sama untuk menghasilkan keputusan moral yang baik.

Hubungan antara pikiran bawah sadar dan pikiran sadar manusia-pun tidak se-jalan sehingga manusia tidak dapat melakukan apa yang ia inginkan, justru sebaliknya ia melakukan apa yang ia benci dan tidak ingin ia lakukan.

 

“Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat” Roma 7:15.

 

Jika demikian, bagaimana caranya agar seluruh fungsi otak kita dapat ber-integrasi sehingga tubuh kita dapat menghasilkan tindakan-tindakan yang penuh kasih?

Jawaban atas pertanyaan itu ternyata sangat sederhana.

Otak kita hanya akan ter-integrasi kembali, jika otak kita terus menerus disentuh oleh kasih Allah sebab menurut penelitian, ditemukan bahwa otak manusia hanya dirancang untuk menerima informasi dari kasih.

 

Dimanakah kita dapat menemukan sentuhan kasih Allah?

Kasih yang demikian hanya dapat kita temukan dalam komunitas Tubuh Kristus.

Inilah satu-satunya sarana yang dapat menyalurkan kasih Bapa kepada manusia.

Saya menyebutnya sebagai komunitas Agape.

 

Komunitas Agape adalah Rumah Tuhan yang di-dalamnya kita dapat melihat “hubungan kasih dari tiga pribadi Allah “Tritunggal” – Yohanes 17:24.

“Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.

 

Ketika kita melihat kemuliaan (hubungan kasih di-antara Allah Tritunggal) itu, maka kita seperti seseorang yang sedang bercermin sehingga dosa-dosa kita akan terungkap.

Hanya melalui komunitas inilah pikiran-pikiran bawah sadar yang penuh dengan kejahatan dapat disingkapkan dan dibersihkan.

 

  • Komunitas Agape tidak datang dengan sikap penghakiman dan penghukuman tetapi dengan belas kasihan. Hal itulah yang pada akhirnya menyebabkan “selumbar-selumbar” di mata seseorang dapat dikeluarkan.
  • Komunitas Agape tidak hanya mendengarkan hal-hal yang ingin mereka dengar. Mereka mendengarkan dalam posisi orang yang mereka dengar bahkan lebih lagi, mereka mendengarkan dengan hati Bapa.
  • Oleh sebab itu ketika komunitas Agape mendengarkan orang-orang yang terluka, perasaan empati mereka dapat dirasakan oleh orang-orang yang mereka dengar.

 

Ketika mereka saling bercerita dan mendengarkan dengan penuh belas kasihan, otak kanan mereka akan terhubung dengan memori bawah sadar mereka.

Hal itulah yang akan menyebabkan banyak pikiran berdosa yang ada di dalam pikiran bawah sadar seseorang tersingkap ke permukaan.

 

Saat ini tidak banyak gereja yang mengalami kuasa penyingkapan memori bawah sadar ini. Sebaliknya banyak gereja yang terus-menerus saling menghakimi dan menghukum. Akhirnya mereka bukannya menjadi komunitas yang saling menyembuhkan tetapi justru menjadi komunitas orang buta yang sama-sama masuk ke dalam lobang maut.

 

Jika kita adalah tubuh Kristus yang mempraktekkan kasih yang penuh empati, maka kita akan dapat berkata kepada orang-orang berdosa: “… Tidak adakah seorangpun yang menghukum engkau? Kamipun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”.

 

Larangan “jangan berbuat dosa lagi” baru dapat di-taati bila orang itu sudah mendengar suara dari Tuhan melalui tubuhNya, yang berkata: “Akupun tidak menghukum engkau” Yohanes 8:10-11.

  • “Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”
  • Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”.

 

Ketika sharing yang penuh kasih terjadi, Kristus mulai bergerak di-antara anggota-anggota rumahNya untuk melakukan pemulihan – 2 Korintus 6:16.

“Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”

 

Ketika seseorang menceritakan kisah hidupnya dan mulai menemukan pikiran-pikiran negatif yang ada di dalam memori bawah sadarnya, anggota-anggota yang lain dapat secara tiba-tiba merasakan sentuhan Tuhan.

 

Satu persatu di antara mereka akan mulai menemukan pikiran-pikiran negatifnya masing-masing.

Terjadilah penularan pencerahan dari satu anggota kepada anggota-anggota lainnya.

Penularan ini dapat terjadi terus menerus sampai semua anggota mengalami pemulihan. Inilah yang dilakukan gereja mula-mula.

 

Paulus mengajarkan kepada jemaat tentang ajaran Kristus yaitu:

  1. Kita harus menanggalkan pikiran-pikiran manusia lama dan mengenakan pikiran-pikiran manusia baru di hati/ pikiran bawah sadar kita – Kolose 3:7-11.
  • “Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
  • Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
  • Jangan lagi kamu saling mendustai karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya
  • dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
  • Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.”

 

  1. Kita harus selalu mengenakan kasih Agape karena mereka adalah satu tubuh – Kolose 3:12-15.
  • “Karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
  • Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
  • Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
  • Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”

 

  1. Cara mereka melakukannya adalah melalui pertemuan jemaat yang saling mengajar dan saling menasehati dengan Firman Tuhan – Kolose 3:16-17.
  • “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
  • Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.