Janganlah takut

Galatia 2:11-14

 

Salah satu kesuksesan yang banyak dicari banyak orang, selain dari kekayaan materi adalah popularitas. Kita lihat saja foto-foto “selfie” yang begitu banyak di sosmed Instagram. Kita mencari “like” dari orang-orang yang kita kenal maupun tidak kenal. Ngapain coba. Sampai hal yang pertama dilakukan saat bangun pagi adalah mengecek sosmed dan berapa banyak “like” diperoleh.

 

Popularitas itu memang banyak dicari dan dikejar oleh orang-orang, bahkan orang Kristen sekalipun.

 

Namun keinginan seperti ini bukanlah masalah yang baru. Sebab di jaman Rasul Paulus sekalipun keinginan seperti ini sudah ada.

 

Keinginan manusia untuk mencari popularitas itu didasari oleh dosa kita, bukan karena teknologi atau sosmed seperti Instagram. Akar dari keinginan kita untuk terkenal itu karena kita mau memuliakan diri daripada memuliakan Tuhan. Ini adalah dosa.

 

“Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: “Ini suara allah dan bukan suara manusia!” Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.” (Kisah Para Rasul 12:21-23)

Di dalam surat Galatia 2:11-14 kita dapat membaca bagaimana Rasul Paulus menegur Rasul Petrus dengan keras. Apakah yang dilakukan oleh Petrus sehingga ia ditegur oleh Paulus?

 

Petrus ditegur dengan keras oleh Paulus karena dia lebih memilih untuk menjadi orang yang populer.

 

Di balik dari perbuatan Petrus ini adalah karena adanya ketakutan dalam dirinya. Ketakutan apa?

 

Ayat 11: “Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.”

 

Kejadian ini terjadi di Antiokhia, gereja pertama yang terdiri dari orang-orang bukan Yahudi. Dan Barnabas adalah pemimpin gereja di sana.

 

  1. Takut dengan mayoritas

Ayat 12: “Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.”

 

Petrus selalu makan semeja dengan saudara-saudara seiman yang tidak bersunat, namun mengapa dia mengundurkan diri dan tidak lagi lakukan hal itu?

 

Sebelumnya, kita harus tahu bahwa dalam hal kebenaran Injil, kita tidak boleh kompromi sedikit pun. Rasul Paulus tahu kalau kita tidak boleh berkompromi sedikit pun dalam hal kebenaran Injil.

Kebenaran Injil yang ia berita-kan adalah bahwa keselamatan itu diperoleh karena iman semata-mata, bukan karena mentaati hukum-hukum Taurat, contohnya, harus makan makanan yang halal ataupun harus disunat.

 

Petrus takut kalau ia hidup sesuai dengan kebenaran Injil maka ia akan berada di kubu minoritas dan dijauhi kubu mayoritas. Karena itu Petrus lebih memilih popularitas dari pada berdiri teguh atas kebenaran Injil.

 

Kejadian ini sebenarnya sudah pernah terjadi dalam hidup Petrus. Sewaktu Tuhan Yesus ditangkap dan diadili, Petrus pun diam-diam melihat dari kejauhan, lalu ketika ada yang mengenalinya, Petrus menyangkal bahwa ia kenal dengan Tuhan Yesus (Baca: Matius 26; Yohanes 18). Petrus takut dengan mayoritas. Ia tidak mau menjadi minoritas.

 

Janganlah kita takut seperti Petrus yang seperti ini.

Sebagai orang Kristen yang mau hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan akan melawan arus dunia. Kita akan lebih sering berada di kubu minoritas dari pada mayoritas.

 

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)

 

  1. Takut menyatakan kebenaran

Ayat 13: “Dan orang-orang Yahudi yang lain pun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.”

 

Ketika Petrus takut menyatakan kebenaran, ia menjadi munafik. Orang yang munafik adalah orang memakai topeng. Petrus takut menyatakan kebenaran, dan ia memakai topeng supaya ia bisa hidup dengan nyaman bersama-sama dengan saudara-saudara seiman yang bersunat.

 

Konsekuensinya sangat besar!

 

Ayat-13 berkata bahwa saudara-saudara Yahudi yang lain ikut berlaku munafik, bahkan Barnabas, yang adalah seorang pemimpin di gereja di Antiokhia pun ikut terseret.

 

Mungkin ada dari kita yang mengira bahwa apa yang kita lakukan dalam hidup tidak mempengaruhi orang lain. Tidaklah demikian. Orang lain selalu melihat kehidupan saudara dan saya, dan kehidupan kita yang tidak benar dapat menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara seiman kita.

 

Saya bersyukur atas Rasul Paulus yang tidak takut untuk menyatakan kebenaran kepada Petrus.

 

“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:32-33)

 

  1. Takut hidup dalam kebenaran

Ayat ke-14: “Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”

 

Firman Tuhan berkata bahwa “kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran injil”!

Kebenaran Injil bukanlah hanya suatu kebenaran atau teologi yang kita pelajari supaya kita menjadi pintar, namun kebenaran Injil haruslah menjadi gaya hidup kita. Percuma kalau kita hanya tahu saja seperti Petrus di sini namun tidak menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Coba kita periksa hidup kita pagi ini, apakah kelakukan kita sudah sesuai dengan dengan kebenaran Firman Tuhan?

 

Ingin kaya?

Mengapa begitu banyak manusia, orang Kristen sekalipun, yang suka mengejar kekayaan? Sebab walaupun kita percaya bahwa Tuhan lah yang memberkati, segala yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan, namun perbuatan dan gaya hidup kita menunjukkan bahwa kita lebih percaya kepada uang yang ada di dalam rekening bank kita.

 

Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (1 Timotius 6:9)

 

Ketika kita mengejar kekayaan, kita menunjukkan bahwa kita lebih beriman kepada berkat dari pada kepada Tuhan yang memberikan berkat. Our action speaks louder than our words. 

 

Saat kita mendengar kebenaran Injil diberitakan dan kita percaya, maka hidup kita berubah. Hidup kita menjadi in step with the truth of the gospel.

 

Waspadalah, dosa menjerat dengan pelan-pelan!

Ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan. Firman Tuhan berkata bahwa Petrus “mengundurkan diri dan menjauhi” saudara-saudara seiman yang tidak bersunat  (ayat ke-12).

 

Petrus yang tadinya tidak takut untuk makan semeja dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, dengan perlahan-lahan ia mulai menjauhkan diri dari mereka. Awalnya, mungkin ketika diundang makan, ia mulai memberi alasan kalau sedang sibuk dan tidak bisa datang. Namun hari demi hari, pelan-pelan akhirnya Petrus menjadi jauh dari saudara-saudara seiman yang tidak bersunat.

 

Sering kali begitu juga dengan dosa. Banyak konsekuensi dosa yang tidak instan.

 

Berdusta

Kita mulai dengan berbohong sedikit, namun tanpa tidak kita sadari, hari demi hari, pelan-pelan, kita sudah terbiasa dengan dosa. Dan suatu hari, kita bisa mencuri apa yang bukan milik kita.

 

Swearing

Bagaimana dengan perkataan kotor (swearing), ataupun bercanda (joking) yang miring-miring. Apakah kita mengikuti arus mayoritas atau berdiri teguh dan menolak segala perkataan yang kotor dan sia-sia keluar dari mulut kita?

 

Selingkuh

Pasangan yang berselingkuh tentu tidak dimulai dengan tujuan mau berselingkuh, namun dimulai dengan sesuatu hal yang kecil. Namun yang kecil itu, yang kelihatannya tidak apa-apa, suatu hari akan dapat menjadi besar.

 

Narkoba

Orang yang mencoba narkoba umumnya tidak percaya bahwa dengan mencoba narkoba maka ia akan menjadi kecanduan. Tentu saja ia tidak kecanduan dengan hanya sekali memakai narkoba. Namun pelan-pelan, hari demi hari.

 

Janganlah kita hanya percaya akan kebenaran, tapi hidupi kebenaran itu, praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Mengikuti Kristus itu seperti berenang di laut. Kalau kita tidak mau dibawa oleh arus, maka kita harus terus berenang melawan arus.

 

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13-14)

 

Kalau kita tidak berlari, kalau kita tidak bertumbuh, kalau hari demi hari kita tidak mendekat kepada Yesus, maka pelan-pelan kita akan menjauh dari Yesus. Tahu-tahu saja, tanpa disadari, hidup kita sudah begitu jauh dari Yesus, bahkan ada beberapa dari kita yang sudah begitu jauh sampai tidak lagi percaya kepada-Nya.

 

Akar dari keinginan kita untuk menjadi populer dan diterima oleh manusia adalah dosa. Karena itu kita tidak dapat menolong diri kita sendiri. Yang kita perlukan bukanlah ketekadan yang lebih lagi, namun yang kita perlukan adalah hati yang baru. Hanya Tuhan Yesus lah solusi-nya. Dia telah mati di atas kayu salib dan bangkit untuk menebus dosa saudara dan saya adalah jalan keluar dari dosa.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.