Kebutuhan terbesar manusia

Markus 2:1-12

Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”

 

Mari saya mulai dengan sebuah pertanyaan. Apa pemberian terbaik yang pernah anda terima? Bagi sebagian dari anda, mungkin itu adalah laptop baru, iPad baru, atau handphone baru. Bagi yang lain, itu mungkin sepasang sepatu baru, tas baru, mobil baru, atau rumah baru. Atau mungkin untuk beberapa yang lain, hadiah itu adalah setelan jas yang anda beli untuk diri anda sendiri sebagai hadiah karena anda tahu tidak ada orang lain yang akan memberikannya untuk anda. Tetapi inilah yang saya ketahui tentang pemberian terbaik yang pernah kita terima. Pemberian terbaik selalu berkaitan dengan kebutuhan yang kita rasakan. Jika kita membutuhkan laptop baru, menerima mesin Nespresso baru adalah baik, tetapi itu bukan pemberian terbaik. Pemberian terbaik adalah laptop baru. Jadi, pemberian terbaik selalu bergantung pada apa yang kita anggap sebagai kebutuhan terbesar kita. Jika kita berpikir bahwa kebutuhan terbesar kita dalam hidup adalah kebahagiaan, maka pemberian terbaik adalah apa pun yang bisa membuat kita paling bahagia. Jika kita berpikir bahwa kebutuhan terbesar kita adalah agar kita berhasil, maka pemberian terbaik adalah apa pun yang dapat menjamin kesuksesan kita. Pemberian terbaik selalu berhubungan dengan kebutuhan terbesar. Apakah anda setuju dengan saya? Tetapi ketika kita berbicara tentang kebutuhan kita, Injil sangat berlawanan dengan intuisi. Injil memberitahu kita bahwa kita memiliki kebutuhan yang bahkan tidak kita sadari. Dan kebutuhan ini adalah kebutuhan terbesar kita. Dan sampai kebutuhan ini terpenuhi, semua pemberian lainnya tidak ada gunanya. Dan kabar baik paskah adalah bahwa Yesus mati untuk memberikan kita pemberian yang terbaik.

Perikop hari ini mengungkapkan kebutuhan terbesar kita. Dan inilah prioritas utama Yesus datang ke dunia. Dan prioritas Yesus seringkali berbeda dari prioritas kita. Kita cenderung lebih fokus pada apa yang kita butuhkan di sini dan sekarang. Tetapi Yesus jauh lebih tertarik pada kebutuhan terbesar kita. Yesus selalu mengutamakan yang kekal daripada yang sementara.

 

Saya memisahkan khotbah ini menjadi tiga bagian: Iman; Kebutuhan; Kuasa.

 

Iman

 

Markus 2:1-4 – Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.

Di akhir Markus pasal 1, Yesus meninggalkan Kapernaum untuk pergi ke berbagai kota untuk mengabarkan Injil. Dan sekarang setelah beberapa hari, Yesus kembali ke Kapernaum dan tinggal di rumah. Dengan rumah, kemungkinan besar yang dimaksud adalah rumah Petrus karena di sanalah Yesus tinggal sebelumnya. Dan berita bahwa Yesus kembali ke Kapernaum menyebar dengan sangat cepat, dan orang banyak dengan cepat berkumpul. Yesus begitu populer sampai-sampai rumah Petrus menjadi sangat padat. Bahkan tidak ada ruang sama sekali bagi orang untuk keluar masuk rumah. Yesus seperti seorang selebriti. Tetapi tidak semua orang ada di sana untuk alasan yang benar. Beberapa ada disana karena mereka ingin disembuhkan. Beberapa ada di sana untuk memeriksa hype. Yang menarik dari kitab Markus adalah bahwa Markus tidak pernah mengasosiasikan orang banyak sebagai orang percaya. Markus tidak pernah menggambarkan orang banyak berpaling kepada Yesus dalam pertobatan dan iman. Ini memberikan kita pelajaran yang penting. Kedekatan dengan Yesus tidak sama dengan iman kepada Yesus. Sangatlah mungkin untuk tertarik kepada Yesus, kagum kepada Yesus, menyukai Yesus, dan tidak pernah menaruh iman kepada Yesus. Jadi, apa yang Yesus lakukan dengan kerumunan orang banyak? Yesus memberitakan Injil kepada mereka. Inilah yang selalu menjadi prioritas utama Yesus. Tentu saja, ada banyak orang yang berkumpul di sana karena mereka menginginkan sesuatu dari Yesus. Mereka memiliki kebutuhan yang mereka ingin Yesus penuhi. Tetapi Yesus selalu memprioritaskan pemberitaan Injil kepada mereka. Dan jika prioritas Yesus adalah memberitakan Injil kepada orang banyak, maka prioritas gereja juga harus memberitakan Injil setiap kali kita berkumpul.

Dan sementara Yesus memberitakan Injil, empat pria datang dengan seorang lumpuh di atas tikar. Keempat pria ini ingin membawa teman lumpuh mereka kepada Yesus. Kita tidak tahu apa yang terjadi pada orang lumpuh ini. Apakah dia dilahirkan lumpuh? Apakah ada peristiwa yang tragis yang membuat dia menjadi lumpuh? Apakah karena dosa? Kita tidak diberitahu. Tetapi keempat pria ini tahu bahwa jika saja mereka dapat membawa teman mereka kepada Yesus, maka Yesus akan menyembuhkan dia. Tetapi tidak mungkin bagi mereka untuk bisa sampai kepada Yesus melalui pintu depan. Rumah Petrus sangat padat, dan tidak ada orang yang akan membiarkan mereka masuk. Bayangkan percakapan antara empat pria ini. Pria pertama berkata, “Aku punya ide. Mengapa kita tidak naik ke atap?” Pria kedua menjawab, “Apa gunanya itu? Yesus ada di dalam rumah, bukan di luar. Mikir pakai otak, jangan pakai dengkul.” Pria pertama menjawab, “Ya, aku tahu. Aku tidak bodoh. Tapi kita bisa melepas atapnya.” Pria ketiga berkata, “Huh? Yang benar saja? Kita tidak bisa begitu saja membongkar atap rumah orang lain. Petrus akan marah terhadap kita.” Pria pertama menjawab, “Menurutku ide ini patut dicoba. Kita bisa meminta maaf dan memperbaiki atap rumahnya nanti.” Dan pria keempat akhirnya berkata, “Aku rasa ini satu-satunya pilihan yang kita miliki. Kita harus membawa teman kita kepada Yesus. Mari kita coba.” Jadi kemudian mereka naik ke atap, membongkar atap, dan menurunkan teman mereka dari atap. Dan Markus menulis bahwa ketika Yesus melihat apa yang dilakukan keempat orang ini, Yesus tidak melihat sesuatu yang aneh tetapi Yesus melihat iman.

 

Perhatikan ini. Ini adalah pertama kalinya kata iman digunakan dalam kitab Markus. Dan Markus menggambarkan iman tidak hanya sebagai pengetahuan intelektual tentang Yesus tetapi sebagai kepercayaan aktif terhadap Yesus. Inilah yang dimaksud dengan iman. Kita tidak tahu apa-apa tentang apa yang orang-orang ini percayai tentang Yesus kecuali tindakan mereka. Tindakan mereka menunjukkan iman mereka. Ada enam ciri iman yang bisa kita lihat dari orang-orang ini. Pertama, iman mereka penuh keyakinan. Lihat apa yang dilakukan pria-pria ini. Mereka benar-benar percaya bahwa Yesus dapat dan akan menyembuhkan teman mereka. Jika mereka tidak percaya, mereka tidak akan bersusah payah membawa teman mereka kepada Yesus. Mereka benar-benar percaya bahwa jika saja mereka bisa membawa teman mereka ke hadapan Yesus, maka Yesus akan melakukan sesuatu yang luar biasa. Kedua, iman mereka teguh. Mereka tidak mudah menyerah. Ketika mereka tidak dapat masuk ke dalam rumah karena keramaian, mereka tidak berkata, “Ya sudahlah. Yang penting kita sudah mencoba. Sayang sekali ada terlalu banyak orang di dalam rumah. Mungkin memang sudah nasib. Kita terima saja.” Tidak. Mereka melakukan segala cara untuk membawa teman mereka kepada Yesus. Teman mereka memiliki kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh Yesus, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka membawa dia kepada Yesus. Ketiga, iman mereka kreatif. Mereka tidak membiarkan rintangan apa pun menghalangi mereka. Mereka tidak membiarkan kerumunan, atau atap untuk menghalangi mereka. Jadi, mereka berpikir secara kreatif dan memutuskan untuk naik ke atap dan melepas atap. Saya yakin ketika orang lain melihat apa yang mereka lakukan, mereka berkata, “Kenapa aku tidak kepikiran melakukan itu?”

Keempat, iman mereka penuh belas kasihan. Mereka mengasihi teman mereka. Seorang lumpuh tidak bisa berbuat apa-apa. Seorang lumpuh berada di bawah belas kasihan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak bisa bergerak. Dia tidak berdaya. Tetapi teman-temannya sangat mengasihi dia untuk melakukan apa yang mereka lakukan. Kelima, iman mereka penuh pengorbanan. Saya yakin ada banyak mata dan kata-kata hujatan yang diarahkan terhadap mereka. Bayangkan apa yang ada di pikiran Petrus ketika dia melihat orang-orang ini membongkar atap rumahnya. “Itu atap rumahku. Kurang ajar. Awas jika mereka tidak memperbaikinya nanti. Aku akan memotong telinga mereka dengan pedangku.” Benar? Ibu mertua Petrus yang disembuhkan Yesus dari demam di pasal 1 mungkin akan mendadak demam lagi ketika dia menyaksikan atap rumahnya dibongkar. Dan Yesus harus menyembuhkan dia lagi. Tetapi orang-orang ini mengabaikan semua protes dan mata yang menghakimi mereka. Mereka harus memperbaiki atapnya nanti. Ada harga yang harus dibayar. Tetapi menurut mereka ini adalah harga yang layak dibayar.

Keenam, iman mereka menular. David Platt membuat pengamatan yang menarik. Kita tidak tahu banyak tentang orang lumpuh ini, tetapi coba bayangkan jika anda adalah orang lumpuh tersebut. Anda mendengar rumor tersebar tentang Yesus dan kemampuannya untuk menyembuhkan segala penyakit. Dan semua orang mengatakan bahwa Yesus ada di rumah Petrus, dan mereka bergegas ke sana. Tetapi anda terjebak. Anda tidak bisa bergerak. Tidak ada yang dapat anda lakukan. Sampai empat sahabat berkata, “Kami akan membawamu kepada Yesus karena kami percaya Yesus dapat menyembuhkanmu.” Bagaimana perasaan anda? Anda akan didorong oleh iman mereka. Anda mulai memiliki harapan. “Ya, mungkin Yesus bisa menyembuhkan aku. Mungkin dia akan melakukannya.” Kemudian saat anda berbaring di atas tikar di luar rumah, orang banyak tidak membiarkan anda masuk. Anda merasa putus asa. Tetapi kemudian anda melihat teman-teman anda dan mereka berbicara tentang naik ke atas atap, melepas atap, dan menurunkan anda melaluinya. Anda berpikir bahwa ini adalah ide yang gila, tetapi teman-teman anda cukup gila untuk melakukannya. Iman anda dibangun. Dan kemudian mereka membawa anda ke atap, mengikat tali ke matras anda, dan wajah mereka penuh dengan harapan bahwa sesuatu yang menakjubkan akan terjadi. Melihat wajah mereka yang bersinar dengan harapan, hati anda dipenuhi dengan antisipasi yang penuh harapan. Kemudian, mereka menurunkan anda dari atap, dan tikar anda akhirnya menyentuh lantai. Anda akhirnya berada di hadapan Yesus, dengan wajah teman-teman anda tersenyum di latar belakang. Pada saat ini, hati anda dipenuhi dengan iman. Iman keempat orang ini menular, dan ini mempengaruhi Yesus dan orang lumpuh itu.

 

Inilah poin saya. Orang-orang ini percaya kepada Yesus dan mereka akan melakukan segala cara untuk membawa teman mereka kepada Yesus. Ini adalah contoh yang luar biasa bagi kita. Jika kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya yang dapat memenuhi kebutuhan terbesar manusia, maka kita harus melakukan segala cara untuk membawa orang-orang di sekitar kita kepada Yesus. Mungkin itu anggota keluarga kita, teman kita, tetangga kita, rekan kerja kita, dll. Yang mereka butuhkan adalah untuk bertemu dengan Yesus dan kita harus melakukan apa pun yang kita bisa untuk mewujudkannya. Dan ini tidak mudah. Akan ada banyak tantangan dan rintangan dalam membagikan Injil kepada mereka. Tetapi iman kita harus penuh keyakinan, teguh, kreatif, penuh belas kasihan, rela berkorban, menular, dan percaya bahwa Tuhan dapat menyelamatkan mereka, dan Dia akan menyelamatkan mereka. Kita seharusnya tidak pernah menyerah terhadap keselamatan siapa pun. Terus menabur benih Injil. Bertekun dalam membagikan Injil. Dan lihat bagaimana Tuhan akan menanggapi iman kita. Lihat apa yang terjadi selanjutnya. Ini sangat indah dan membingungkan pada saat bersamaan.

 

Kebutuhan

 

Markus 2:5 – Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”

“Tunggu. Tunggu sebentar. Yesus, apakah kamu tidak salah? Apakah kamu satu-satunya yang tidak mendapatkan memo? Tidak bisakah kamu melihat apa yang terjadi? Menurutku kamu kehilangan intinya di sini. Pertama-tama, izinkan aku mengatakan bahwa kamu sangat baik untuk mengampuni orang lumpuh ini dari dosa-dosanya. Ada beberapa masalah dengan klaim yang kamu buat, tetapi kita simpan itu untuk bagian akhir dari khotbah. Tetapi menurutku jelas bahwa yang dibutuhkan orang lumpuh ini bukanlah pengampunan dosa. Yakobus, dapatkah kamu melihat apa yang dibutuhkan pria ini? Bagaimana denganmu Yohanes? Semua orang bisa melihatnya kecuali kamu Yesus. Yang dibutuhkan pria ini bukanlah pengampunan dosa tetapi agar dia bisa bergerak dan berjalan kembali. Teman-temannya melalui semua rintangan itu, bukan untuk pengampunan dosa tetapi kesembuhan.” Bayangkan seperti ini. Anda sakit gigi, dan anda pergi ke dokter gigi. Dan dokter gigi anda berkata, “Ah, aku bisa melihat masalahnya. Kamu membutuhkan perawatan root canal. Jadi inilah solusinya. Dosa-dosamu sudah diampuni. Bye-bye.Tunggu dulu. Apa? Ini tidak masuk akal. Ini membingungkan. Apa yang terjadi disini?

Saya akan memberitahu anda apa yang terjadi. Semua orang di ruangan itu berpikir bahwa kebutuhan terbesar pria lumpuh ini adalah agar dia bisa berjalan lagi. Tetapi Yesus berkata kepada orang ini, “Kamu kira kamu tahu kebutuhan terbesar dalam hidupmu. Kamu pikir kamu tahu masalah utama dalam hidupmu. Tetapi kamu tidak tahu. Ya, aku dapat melihat bahwa kamu menderita. Aku dapat melihat bahwa kamu terluka. Dan aku akan melakukan sesuatu tentang hal itu. Tetapi kamu perlu menyadari bahwa masalah utamamu dalam hidup bukanlah karena kamu seseorang yang lumpuh. Masalah utamamu dalam hidup adalah bahwa kamu adalah orang berdosa. Dan yang kamu paling butuhkan bukanlah kesembuhan, melainkan pengampunan dosa.” Ini sangat radikal. Dengan kata lain, Yesus melihat melampaui kebutuhan mendesak orang lumpuh kepada kebutuhan terbesarnya. Yesus ingin memberikan orang ini pemberian terbaik yang bahkan dia tidak tahu dia butuhkan. Karena tidak peduli seberapa parah kelumpuhan fisik, itu tidak dapat dibandingkan dengan kelumpuhan rohani. Pria ini mungkin berpikir, Jika saja aku bisa berjalan lagi, maka hidupku akan baik-baik saja. Aku tidak akan pernah tidak bahagia lagi. Aku akan menjadi orang yang lebih baik.” Dan Yesus mengatakan kepadanya bahwa dia salah. Yesus berkata, “Jika aku hanya menyembuhkan kamu, kamu mungkin akan sangat bahagia. Tetapi beri waktu tiga bulan dan kamu akan tidak bahagia lagi. Kamu akan hancur lagi. Karena akar permasalahanmu bukanlah penyakitmu, tetapi dosamu.”

 

Dan Yesus mengatakan hal yang sama kepada kita semua. Yesus berkata kepada kita bahwa jika kita datang kepada dia hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik kita, kita tidak melihat cukup dalam. Jika kita melihat kepada dia hanya untuk menjawab kebutuhan mendesak kita, kita hanya melihat ke permukaan. Masalahnya, seringkali kita tidak tahu apa kebutuhan terbesar kita. Kita memusatkan perhatian kita pada kebutuhan mendesak kita, tetapi Yesus memusatkan perhatiannya pada kebutuhan terbesar kita. Kita sering datang kepada Yesus dan berkata, “Yesus, jika saja kamu memberi aku pekerjaan itu. Jika saja kamu memberkati aku di tempat kerja. Jika saja kamu memberkati aku secara finansial. Jika saja kamu membawa aku ke sekolah itu. Jika saja kamu mengubah orang tuaku. Jika saja kamu mengubah suami atau istriku. Jika saja kamu memberiku pasangan hidup. Jika saja kamu memberiku anak. Jika saja, jika saja, jika saja…”

Dan Yesus berkata, “Jika aku memberikan apa yang kamu minta, itu tidak akan menyelesaikan masalahmu. Jika aku memberikan kamu kesembuhan itu, kamu akan sakit lagi. Jika aku memberikan kamu terobosan finansial itu, lalu apa selanjutnya? Kamu tidak akan bahagia. Kamu akan menggunakan uang itu untuk menghibur diri kamu sementara, tetapi kamu akan segera menyadari bahwa kamu bahkan lebih kosong dari sebelumnya. Karena masalah terbesarmu bukanlah kekurangan uang. Masalah terbesarmu adalah kamu membangun identitasmu di atas sesuatu yang lain selain aku. Dan sampai kamu memiliki aku, kamu tidak akan menyelesaikan masalahmu. Itulah mengapa pemberian terbaik yang bisa aku berikan kepadamu bukanlah untuk aku memberikan apa yang kamu pikir kamu butuhkan tetapi bagi aku untuk mengubah hatimu. Aku perlu mengubah apa yang paling diinginkan hatimu karena itulah akar dari semua masalah. Dan itu dimulai dengan aku mengampuni kamu dari dosa-dosamu. Kebutuhan terbesarmu dalam hidup adalah untuk diampuni dari dosa-dosamu sehingga kamu dapat memiliki hubungan dengan aku.” Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Saya suka cara Warren Wiersbe mengatakannya. “Pengampunan adalah mukjizat terbesar yang pernah dilakukan Yesus. Pengampunan memenuhi kebutuhan terbesar; dengan harga yang termahal; dan itu membawa berkat terbesar dan hasil yang abadi.”

 

Sekarang, saya ingin menarik perhatian anda terhadap hati Yesus. Saya ingin anda merasakan kelembutan hatinya. Orang lumpuh ini memiliki iman kepada Yesus sebagai penyembuh, bukan penyelamat. Dia datang kepada Yesus untuk kesembuhan fisik, bukan pengampunan dosa. Dia meminta Yesus untuk memenuhi kebutuhannya yang mendesak, bukan kebutuhan terbesarnya. Tetapi ketika dia datang kepada Yesus, Yesus memberikan dia apa yang benar-benar dia butuhkan. Inilah yang harus kita mengerti. Ketika kita datang kepada Yesus, Yesus tidak akan memberikan kita apa yang kita pikir kita butuhkan tetapi dia akan memberikan kita apa yang kita benar-benar butuhkan. Dan dia memberikannya kepada kita bukan karena kita pantas mendapatkannya melainkan karena kasih karunianya saja. Yesus begitu murah hati sehingga ketika kita datang kepada dia dengan kebutuhan kita, meskipun iman kita tidak sempurna dan penuh dengan kekurangan, apa yang Yesus lakukan adalah menanggapi iman kita yang tidak sempurna dan memberikan pengampunan. Dia sangat ingin mengungkapkan kasih dan pengampunannya kepada kita sehingga dia tidak menunggu sampai kita melakukan semuanya dengan benar. Kasih karunia Yesus mengejar dan menyerbu hati kita melalui celah terkecil. Yesus tidak membutuhkan kita untuk mengatakan kata-kata yang benar terlebih dahulu sebelum dia melakukan sesuatu untuk kita.

Ada sebuah adegan di film Spiderman yang baru yang menggambarkannya dengan baik. Sebelum anda melempari saya dengan batu, adegan ini ada di dalam trailer. Jadi ini bukan spoiler. Jadi, Dr Strange meminta Spiderman dan teman-temannya untuk melakukan sesuatu untuknya. Dan MJ menjawab, “Aku tahu beberapa kata ajaib yang dimulai dengan kata, please.” Ini yang kita lakukan ketika adik atau kakak kita meminta kita untuk melakukan sesuatu, benar? Tetapi kita tidak melihat ini di dalam Yesus. Yesus tidak membutuhkan kita untuk mengucapkan kata ajaib. Sebaliknya, Yesus seperti ayah dalam perumpamaan anak yang hilang. Anak bungu menolak ayahnya, mengambil warisannya, dan meninggalkan keluarganya. Tetapi ketika sang anak bungsu menyadari kesalahannya dan pulang ke rumah, sang ayah tidak menunggu anaknya untuk menghampiri dia. Ketika sang ayah melihat sang anak bungsu dari jauh, dia berlari ke arahnya, memeluknya, dan menciumnya, bahkan sebelum sang bungsu mengucapkan sepatah kata pun. Sang ayah tidak mencintai anaknya karena dia bertobat. Anak itu dapat bertobat karena ayahnya mencintai dia. Satu-satunya alasan kita dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa adalah karena Yesus mengejar kita dengan kasih karunianya. Inilah hati Yesus. Perhatikan. Saya tidak tahu mengapa anda ada di gereja hari ini. Anda mungkin datang dengan motif yang salah. Anda mungkin datang karena ini hari Jumat Agung. Anda merasa harus ke gereja. Atau anda janji untuk pergi dengan teman anda setelah ibadah. Tetapi Yesus tidak dibatasi karenanya. Malah sebaliknya, dia sedang mengejar anda dengan kasih karunianya. Alasan anda berada di sini adalah karena dia sedang mengejar anda. Dan dia tidak akan membiarkan anda pergi sampai anda dapat melihat kebutuhan terbesar anda dan menerima pemberian terbaik yang hanya dia bisa berikan. Mari kita lanjutkan ceritanya.

 

Kuasa

 

Markus 5:6-7 – Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?”

Sekarang adegan berubah. Fokus cerita berubah dari orang lumpuh kepada ahli Taurat. Dan ini menandai awal konfrontasi Yesus dengan para ahli Taurat. Siapa para ahli Taurat? Ahli Taurat adalah ahli hukum Musa. Mereka sangat dihormati oleh masyarakat. Jadi mereka telah mendengar tentang seorang pembuat mukjizat yang bernama Yesus. Mereka telah mendengar tentang bagaimana Yesus menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan. Dan mereka juga telah mendengar bagaimana orang-orang membandingkan ajaran Yesus dengan ajaran mereka. Jadi, beberapa dari mereka memutuskan untuk datang ke rumah Petrus untuk mengamati dan menyelidiki bintang yang baru naik daun ini. Dan mereka sangat terkejut ketika mendengar Yesus berkata, “Dosamu sudah diampuni.” Mereka segera berkata dalam hati mereka, “Tunggu dulu. Apa aku tidak salah dengar? Apakah dia baru saja mengampuni dosa orang lain? Dia tidak bisa melakukan itu. Tidak ada manusia yang bisa melakukan itu. Bahkan Mesias yang dijanjikan pun tidak bisa. Hanya Allah yang berhak mengampuni dosa. Dia pikir dia siapa sampai dia berani berbicara seperti itu? Dia menghujat Allah. Dan hukuman untuk penghujatan adalah kematian. Dia harus mati.” Dan para ahli Taurat tidak salah untuk berpikir seperti itu. Perjanjian Lama jelas berkata bahwa pengampunan dosa adalah hak eksklusif Allah. Karena Allah adalah pihak yang paling tersinggung dalam setiap dosa.

Contoh, Daud menulis dalam Mazmur 51:4 – Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Daud menulis ini sebagai tanggapan atas teguran Allah atas dosa-dosanya. Yang terjadi adalah David meniduri istri orang lain, membunuh suami wanita tersebut, dan menutupinya. Jadi, dalam hal ini, Daud berdosa terhadap banyak orang. Tetapi Daud menulis bahwa dosanya pertama-tama dan terutama bukanlah terhadap orang lain tetapi terhadap Allah. Karena dalam melakukan dosa-dosa itu, ia melanggar perintah Allah. Kita harus mengerti ini. Setiap perbuatan dosa adalah tindakan pemberontakan terhadap Allah. Dan hanya Allah yang berhak mengampuni dosa. Jadi, bagi Yesus untuk mengampuni dosa berarti dia mengatakan bahwa dialah pihak yang menderita karena dosa. Karena kita tidak berhak mengampuni hal-hal yang tidak melibatkan kita.

Katakanlah anda dan pasangan anda bertengkar hebat dalam perjalanan ke gereja. Dan pasangan anda mengucapkan kata-kata yang sangat kejam dan kasar yang sangat menyakiti anda. Dan anda sangat marah dan emosi. Anda terluka. Anda tidak ingin datang ke gereja tetapi anda harus datang karena anda dan pasangan anda dijadwalkan untuk pelayanan. Dan anda berpikir bahwa pasangan anda adalah seorang yang sangat munafik untuk dapat melayani setelah semua hal buruk yang dia katakan kepada anda di mobil. Tetapi tentu saja, ketika anda sampai di gereja dan usher menyambut anda dan berkata, “Apa kabar?” Anda menjawab, “Luar biasa. Tuhan itu baik.” Tetapi jauh di lubuk hati, anda tidak sabar menunggu ibadah selesai sehingga anda dapat menghancurkan pasangan anda berkeping-keping. Dan kemudian selesai ibadah, saya berjalan ke arah anda dan pasangan anda dan berkata kepada pasangan anda, “Aku tahu kalian bertengkar hebat dalam perjalanan ke gereja. Aku tahu apa yang kamu katakan kepada pasanganmu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku telah mengampunimu. Kamu tidak perlu khawatir lagi.” Apa yang akan anda lakukan terhadap saya? Anda mungkin ingin menghancurkan saya berkeping-keping juga. Anda akan berkata kepada saya, “Yos, kamu pikir kamu siapa? Kamu mungkin pendetaku, tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kamu. Akulah pihak yang menderita karena dosa dia. Kamu tidak berhak mengampuni sesuatu yang tidak dilakukan terhadap kamu.” Dapatkah anda melihat apa yang terjadi?

Inilah sebabnya para ahli Taurat sangat marah. Mereka memahami makna dari apa yang baru saja Yesus katakan. Dengan mengampuni dosa, Yesus berkata bahwa dia adalah Tuhan. Kita harus mengerti ini. Karena terkadang ada beberapa profesor atau ahli sejarah yang mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengaku dan berkata bahwa dia adalah Tuhan. Mereka mengatakan bahwa itu adalah mitos yang diciptakan murid-murid Yesus untuk membuat orang menyembah Yesus. Yesus sendiri tidak pernah menganggap dirinya sebagai Tuhan. Tetapi mereka salah. Para ahli Taurat mengerti dengan benar. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Dan dengan mengampuni dosa, Yesus menyamakan dirinya dengan Allah. Tetapi meskipun para ahli Taurat benar, mereka juga salah pada saat yang sama. Mereka berpikir bahwa adalah penghujatan bagi Yesus untuk mengampuni dosa. Dan hukuman untuk penghujatan adalah kematian. Jelas merupakan penghujatan bagi manusia biasa untuk mengampuni dosa. Tetapi yang tidak mereka ketahui adalah bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Yesus adalah Allah yang mengambil wujud manusia. Jadi, kita hanya punya dua pilihan tentang Yesus. Entah Yesus adalah Tuhan, atau dia adalah seorang penghujat. Tidak ada jalan tengah. Para ahli Taurat memahami hal ini. Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya.

 

Markus 5:8-11 – Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”

Bayangkan keterkejutan di wajah para ahli Taurat saat Yesus menjawab pertanyaan di hati mereka. Ini adalah petunjuk tentang keilahian Yesus. Yesus tahu apa yang ada di hati ahli-ahli Taurat tanpa diberitahu. Dan kemudian Yesus mengajukan pertanyaan yang sangat mendalam kepada mereka. Dia bertanya, “Manakah yang lebih mudah? Untuk mengatakan kepada orang lumpuh itu bahwa dosanya telah diampuni, atau mengatakan kepadanya untuk bangun dan berjalan?” Menurut saya dari sudut pandang kita, jelas jauh lebih mudah untuk mengatakan, “Dosamu telah diampuni,daripada mengatakan kepada seorang lumpuh, “Bangun dan berjalanlah.Mengapa? Karena jika saya berkata, “Dosamu telah diampuni,” anda tidak dapat benar-benar mengetahui apakah hal itu terjadi. Tetapi jika ada orang lumpuh di gereja dan saya berkata, “Bangun dan berjalanlah,” dan tidak ada yang terjadi, itu akan menjadi, krik, krik, krik.” Anda akan dapat dengan mudah mengetahui apakah saya memiliki kuasa yang saya katakan saya miliki. Jadi, logika Yesus berjalan seperti ini. Kita tahu bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Dan kita juga tahu bahwa hanya Allah yang dapat membuat orang lumpuh berjalan. Jadi, jika Yesus dapat berkata kepada orang lumpuh, “Bangun dan berjalanlah,” dan itu terjadi, maka aman untuk mengatakan bahwa Yesus juga dapat berkata, “Dosamu telah diampuni,” dan itu terjadi. Jika Yesus memiliki otoritas Allah untuk melakukan apa yang dapat kita lihat dengan mata kita, kita dapat percaya bahwa Yesus juga memiliki otoritas Allah untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lihat dengan mata kita. Apakah anda mengikuti logikanya? Dan untuk menunjukkan bahwa dia memiliki otoritas di bumi untuk mengampuni dosa, Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, “Aku berkata kepadamu, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah.”

 

Markus 2:12 – Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” Luar biasa. Ahli Taurat mengajukan pertanyaan, “Siapa yang bisa mengampuni dosa selain Allah?” Dan Yesus menjawab dengan tanda seru, Aku bisa!” Dengan menyembuhkan orang lumpuh, Yesus menunjukkan otoritasnya untuk melakukan apa yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Jika hanya Allah yang dapat mengampuni dosa dan membuat orang lumpuh berjalan, maka Yesus pastilah Allah yang berinkarnasi. Yesus memberikan bukti yang tidak terbantahkan kepada ahli-ahli Taurat dan orang banyak bahwa dia adalah Allah. Kesembuhan orang lumpuh adalah bukti bahwa Yesus dapat mengampuni dosa. Dan ketika orang banyak menyaksikan apa yang terjadi di depan mata mereka, mereka semua takjub dan memuliakan Allah. Mereka berkata, “Kami belum pernah melihat yang seperti ini.” Bayangkan adegan itu dengan saya. Orang lumpuh itu berjalan, memuji Tuhan. Keempat sahabat itu tos, memeluk satu sama lain, dan selfie di atap. Kerumunan orang banyak terkagum. Para ahli Taurat frustrasi dan mengerutkan kening. Tidak seorang pun dapat menyangkal bahwa orang lumpuh itu telah disembuhkan dan dosa-dosanya telah diampuni. Mereka mungkin tidak menyukainya, tetapi mereka tidak dapat menyangkalnya. Tidak ada keraguan lagi. Yesus bukan hanya seorang guru dengan otoritas. Dia bukan hanya pembuat keajaiban. Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan dia memiliki semua kuasa dan otoritas. Dengan kedatangan Yesus, kerajaan Allah sudah dekat. Pemulihan dunia yang rusak ini telah dimulai. Raja sejati telah datang untuk membawa pengampunan, penyembuhan, keselamatan, dan pemulihan. Dan tidak ada musuh yang tidak bisa dia kalahkan. Tidak ada kebutuhan yang tidak bisa dia cukupi. Tidak ada rasa sakit yang tidak bisa dia hibur. Tidak ada masalah yang tidak bisa dia selesaikan. Tidak ada penyakit yang tidak bisa dia sembuhkan. Tidak ada dosa yang tidak bisa dia ampuni. Allah atas alam semesta telah datang kepada kita dalam pribadi Yesus, dan dia telah datang untuk memberikan kita pemberian terbaik. Yesus telah datang untuk memenuhi kebutuhan terbesar kita. Yesus telah datang untuk mengampuni kita dari dosa kita sekali dan untuk selamanya.

 

Mari kita kembali ke pertanyaan mendalam yang diajukan Yesus. Ini adalah salah satu pertanyaan besar dari Alkitab yang terus didiskusikan selama ratusan tahun. Manakah yang lebih mudah? Mengatakan kepada orang lumpuh bahwa dosanya telah diampuni, atau mengatakan kepadanya untuk bangun dan berjalan? Ini adalah pertanyaan yang sangat mendalam karena ada lebih dari satu jawaban. Dari sudut pandang kita, jauh lebih mudah untuk mengatakan, “Dosamu sudah diampuni.” Tetapi dari sudut pandang Yesus, jauh lebih sukar untuk mengampuni dosa daripada membuat orang lumpuh berjalan. Coba pikirkan. Yesus dapat membuat orang lumpuh berjalan dengan menjentikkan jarinya. Dia adalah pencipta alam semesta. Dia memiliki semua kuasa dan otoritas. Yesus tidak kehilangan apapun untuk menyembuhkan orang lumpuh. Tetapi untuk mengampuni dosa, Yesus harus kehilangan segalanya. Yesus tahu bahwa harga dari berkata, “Dosamu sudah diampuni,” adalah kematiannya di kayu salib. Yesus tahu bahwa jika dia menyembuhkan orang lumpuh itu dan mengampuni dosanya, para pemimpin agama akan membunuhnya. Ini adalah langkah pertama menuju kematiannya. Yesus bisa saja menghindarinya. Tetapi dia tidak lakukan itu. Dia menyembuhkan dan mengampuni orang lumpuh meskipun dia tahu persis harga yang dia harus bayar. Jika Yesus menyembuhkan orang lumpuh tetapi tidak mengampuni dosa-dosanya, hanyalah masalah waktu sebelum dia lumpuh lagi. Satu-satunya cara untuk membuat orang lumpuh itu berjalan dan menari selamanya adalah dengan memaku kaki Yesus di kayu salib. Harga pengampunan dosa adalah nyawa raja kehidupan. Dan dengan melakukan itu, Yesus menunjukkan kebutuhan terbesar kita dan dia menjawabnya. Kebutuhan terbesar kita adalah untuk diampuni dari dosa-dosa kita. Dan Yesus datang untuk memberikan kita pemberian terbaik. Sewaktu kita menaruh iman kita di dalam Yesus, dia berkata kepada kita, “Dosamu sudah diampuni.” Dan ketika kita menerima pemberian terbaik dari Yesus, ini mengubah keinginan hati kita. Kita tidak lagi berkata, Jika saja aku memiliki ini… Jika saja aku memiliki itu…” Tetapi kita berkata, Aku belum pernah melihat yang seperti ini,” dan kita memuliakan Tuhan.

Saya akan menutup dengan kutipan indah dari CS Lewis. “Seorang pria yang hanya seorang pria dan mengatakan hal-hal seperti yang Yesus katakan tidak akan menjadi guru moral yang hebat. Dia adalah orang gila — setingkat dengan pria yang mengatakan dia adalah telur rebus — atau dia adalah Iblis Neraka. Anda harus membuat pilihan. Entah dia dulu, dan sekarang, adalah Anak Allah; atau dia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih buruk. Anda bisa membungkamnya sebagai orang bodoh, anda bisa meludahinya dan membunuhnya sebagai iblis, atau anda bisa jatuh di kakinya dan memanggilnya Tuan dan Tuhan. Tetapi jangan sampai kita datang dengan omong kosong yang merendahkan dia sebagai guru manusia yang hebat. Dia tidak membiarkan pilihan itu terbuka untuk kita.” Pilihannya adalah Yesus adalah Tuhan atau dia adalah orang gila. Dan jika dia adalah Tuhan, dia memiliki otoritas untuk mengampuni dosa-dosa anda. Pertanyaan yang harus anda jawab sudah jelas. Apakah Yesus sudah mengampuni dosa-dosa anda? Jika tidak, ada undangan dari Yesus bagi anda untuk menaruh iman anda di dalam dia dan menerima pengampunan dosa. Ini adalah kebutuhan terbesar manusia dan ini adalah pemberian terbaik yang pernah diterima siapa pun. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

 

  1. Have there been times when you focus more on the perceived immediate needs rather than actual needs? Give examples.

  2. Look at the six characteristics of faith (Confident, persistent, creative, compassionate, sacrificial, contagious). Which one do you find most lacking in you and why?

  3. Do you see the forgiveness of sins as the greatest gift you could ever receive? Why or why not?

  4. There are many people today who are willing to accept Jesus as a good historical figure but not as God. Explain the problem with this thought.

  5. Which is easier? To heal a paralytic or to forgive sins? Discuss.

  6. How does this story empower us to share the gospel with other people?

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.