Kedaulatan kasih karunia

Kisah Para Rasul 9:1-19

Kisah 9:1-9 – Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

Apa cerita pertobatan yang paling mengesankan yang anda ketahui? Hari ini, kita akan melihat cerita pertobatan paling terkenal dalam sejarah gereja. Dan ini bukan hanya yang paling terkenal, tetapi juga cerita pertobatan yang paling penting. Cerita ini begitu penting sehingga Lukas mencatatnya sampai tiga kali di dalam kitab Kisah Para Rasul. Kebanyakan dari kita mengenal Saulus sebagai rasul Paulus. Saya akan menggunakan kedua nama Saulus dan Paulus secara bergantian. Walaupun teori ini sangat populer, Paulus bukanlah nama Kristen dari Saulus. Saulus tidak mengubah namanya menjadi Paulus ketika dia menjadi Kristen. Saulus adalah nama Yahudi dan Paulus adalah nama Romawi. Saya tahu kedengarannya keren untuk mengatakan bahwa Tuhan mengubah Saulus menjadi Paulus tetapi itu tidak benar. Saulus memilih untuk menggunakan nama Paulus lebih sering dalam surat-suratnya karena dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi. Lebih logis baginya untuk menggunakan nama Romawi. Namun di bacaan kita hari ini, Lukas masih menyebut dia sebagai Saulus. Dan pertobatan Saulus sangat penting. Tanpa rasul Paulus, tidak akan ada Perjanjian Baru seperti yang kita miliki hari ini. Paulus adalah sosok yang digunakan Tuhan untuk menuliskan semua doktrin Kekristenan yang indah yang kita cintai. Dialah yang menjelaskan kepada kita apa Injil itu, pembenaran oleh iman, adopsi, jaminan keselamatan dll. Dan dalam cerita pertobatannya, kita melihat kedaulatan kasih karunia Tuhan.

Pertanyaanya, mengapa sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui cerita pertobatan Paulus? Dengarkan apa yang dia katakan. 1 Timotius 1:15-16 – Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. Paulus berkata bahwa pertobatannya adalah contoh bagi mereka yang percaya kepada Kristus. Jadi, ketika Tuhan menyelamatkan Paulus, Tuhan juga memikirkan kita. Pertobatan Paulus adalah untuk memberikan harapan bagi kita dan orang-orang yang kita ingin lihat bertobat. Jadi artinya, dalam kisah pertobatan Saulus, kita dapat menemukan pola untuk semua pertobatan. Saya tidak mengatakan bahwa kita semua perlu mengalami persis seperti yang Paulus alami agar kita bisa menjadi orang Kristen. Kita tidak membutuhkan pengalaman Damsyik untuk bertobat tetapi kita harus mengalami unsur-unsur pertobatan dalam cerita ini. Setiap cerita pertobatan berbeda. Cerita saya dan cerita anda tidak sama. Beberapa cerita pertobatan lebih mendadak dan drastis, sementara yang lain lebih tenang dan progresif. Tetapi yang pasti kita semua mempunyai cerita. Kisah Para Rasul 9 memberi tahu kita bagaimana kita menjadi orang Kristen.    

Mari saya beri tahu anda mengapa penting bagi kita untuk mengetahui cerita pertobatan kita. Saya yakin bahwa ada banyak orang Kristen yang tidak tahu bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka. Maksud saya, mereka tahu bahwa Tuhan mengasihi mereka dan menyelamatkan mereka, dan Yesus mati untuk dosa-dosa mereka, tetapi mereka tidak tahu apa yang menyebabkan pertobatan mereka. Dan itu menyebabkan dua hal. Pertama, itu menyebabkan kurangnya kekaguman akan Injil. Karena kita tidak tahu dari apa Tuhan telah menyelamatkan kita dan bagaimana dia mencapai keselamatan kita. Padahal kebenarannya adalah bahwa pertobatan adalah perubahan paling besar yang bisa dialami manusia. Lihat saja kosa kata berbeda yang digunakan Alkitab untuk menggambarkan pertobatan: Lahir baru; Mati tetapi sekarang hidup; Buta tetapi sekarang melihat; Ciptaan baru. Semua kata-kata ini adalah pengalaman supranatural yang menakjubkan dan agung. Dan itulah cerita kita. Apakah kita menyadari betapa indahnya cerita kita? Kita adalah keajaiban yang hidup. Jika kita tahu itu, bagaimana mungkin kita bisa bosan dengan pesan Injil? Kurangnya kekaguman kita akan Injil berakar pada ketidaktahuan kita tentang bagaimana Tuhan menyelamatkan kita. Kedua, ini menyebabkan kurangnya keyakinan dalam membagikan Injil kepada orang lain. Saudara harus mengerti ini. Ketika kita berpikir bahwa kita adalah faktor penentu dalam keselamatan kita, kita tidak akan memiliki keyakinan untuk membagikan Injil kepada orang lain. Kita akan selalu berpikir bahwa kita perlu memberikan presentasi yang sempurna dan jawaban yang sempurna untuk semua pertanyaan mereka. Kita akan terlalu menekankan pada apa yang harus kita lakukan, dan itu akan merampas keyakinan kita tentang apa yang Tuhan dapat lakukan melalui kita. Jadi, saya punya dua gol hari ini. Yang pertama adalah untuk meningkatkan kekaguman kita akan Injil dan yang kedua, untuk meningkatkan keyakinan kita dalam membagikan Injil.

Ada empat unsur pertobatan yang dapat kita lihat dari cerita pertobatan Saulus. Kedaulatan kasih karunia; Kebutaan rohani; Penglihatan rohani; Skandal Injil.

Kedaulatan kasih karunia

Kisah Para Rasul 9:1-6 – Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.”

Cerita keselamatan adalah cerita tentang kedaulatan kasih karunia Tuhan. Cerita pertobatan Saulus adalah tindakan kedaulatan Tuhan. Tidak ada cara lain untuk menjelaskannya. Ada banyak orang berkata bahwa keselamatan pada akhirnya tergantung pada kita. Kita adalah faktor penentu dalam keselamatan kita. Kita memiliki kuasa untuk memilih apakah kita ingin menerima Kristus atau tidak. Dan mereka berkata bahwa apa yang terjadi pada Saulus adalah kasus istimewa. Ini bukan normanya. Saulus secara khusus dipilih oleh Tuhan untuk melakukan rencana khusus Tuhan bagi orang bukan Yahudi. Tapi itu tidak benar. Karena seperti yang sudah kita baca sebelumnya, Paulus sendiri mengatakan bahwa cerita pertobatannya adalah contoh bagi setiap umat Kristus. Dan dalam cerita Saulus, bukan Saulus yang memutuskan untuk Kristus tetapi Kristus yang memutuskan untuk Saulus. Saulus bukanlah faktor penentu dari keselamatan Saulus. Tuhan adalah faktor penentu dari keselamatan Saulus. Coba pikirkan sejenak. Saulus tidak ingin berurusan dengan Yesus. Dia bukan hanya tidak menyukai orang Kristen, dia membenci orang Kristen. Dia sangat setia pada iman Yahudinya. Dia seorang Farisi. Yang berarti bahwa dia tidak hanya mempelajari Kitab Suci, tetapi dia menghidupinya sebaik yang dia tahu sampai-sampai dia menganiaya gereja karena gairahnya pada iman Yahudinya. Dan dia tidak melihat ada yang salah dengan hal itu. Sebagai seorang Yahudi yang setia, dia melihat penganiayaan dan pembunuhan orang Kristen sebagai tindakan yang benar.

Jadi, Saulus datang kepada Imam Besar di Yerusalem dan meminta sebuah surat yang akan memungkinkan dia untuk menganiaya orang Kristen di Damsyik. Dan dia tidak memiliki sarana transportasi seperti yang kita miliki saat ini. Saulus tidak bisa naik pesawat, kereta api atau bus untuk pergi dari Yerusalem ke Damsyik. Dibutuhkan sekitar 7 sampai 8 hari perjalanan dari Yerusalem ke Damsyik. Coba bayangkan. Seberapa besar anda harus membenci seseorang untuk melakukan perjalanan 7 hari hanya untuk menangkap mereka dan kemudian melakukan perjalanan 7 hari lagi untuk membawa mereka kembali ke Yerusalem? Saulus sangat membenci orang Kristen. Jika ada yang memberi tahu Saulus bahwa dia akan menjadi misionaris Kristen terbesar, orang itu akan mati dibunuh. Namun dalam perjalanannya ke Damsyik untuk menganiaya orang Kristen, cahaya dari surga tiba-tiba bersinar di sekelilingnya dan dia jatuh ke tanah. Apa yang terjadi? Yesus hadir. Tiba-tiba, begitu saja, Yesus menampakkan diri kepada Saulus. Ini pertanyaan untuk kita. Siapa yang mengambil inisiatif dalam pertemuan ini? Jelas bukan Saulus. Saulus sedang dalam perjalanan untuk membunuh orang Kristen. Bukan Saulus yang mengambil inisiatif tetapi Yesus. Yesuslah yang mengatur pengalaman di jalan ke Damsyik.

Inilah kabar baik bagi kita. Sama seperti Yesus mengatur pengalaman Damsyik, Yesus juga mengatur keselamatan kita. Kabar baik injil bukanlah bahwa kita mengejar Tuhan tetapi Tuhan mengejar orang berdosa. Keselamatan adalah kedaulatan kasih karunia Tuhan. Anda dan saya sama sekali tidak pantas untuk diselamatkan. Faktanya, kita bahkan tidak ingin diselamatkan. Kita membenci Tuhan. Kita adalah musuh Tuhan. Seperti pencuri yang bersembunyi dari polisi, kita bersembunyi dari Tuhan. Tapi tidak ada satu milimeter di alam semesta ini yang berada di luar jangkauan Tuhan. Dia mengejar kita sampai ke ujung bumi hanya karena kedaulatan anugerahnya. Dan kasih karunia yang berdaulat inilah yang memulai keselamatan kita. Dan biarkan saya memberitahu anda, sangatlah sulit bagi kita untuk memahami kebenaran ini karena anda dan saya hidup dalam budaya performa. Kita percaya bahwa untuk mendapatkan sesuatu, kita harus layak mendapatkannya. Kasih karunia adalah sesuatu yang tidak wajar bagi kita.

Saya beri sebuah contoh. Kalau anda tidak tahu, saya adalah seseorang yang berprestasi tinggi. Saya tipe orang yang belajar terlalu banyak untuk ujian dan mengeluh sepanjang hari jika saya tidak mendapat nilai yang bagus. Saya mengeluh kepada MC saya tentang ujian bahasa Yunani dan Ibrani setiap saat. Di setiap kelas, anda akan menemukan dua spektrum yang berlawanan. Di salah satu ujung spektrum, ada orang seperti saya, yang berprestasi tinggi. Di ujung spektrum lainnya, ada tipe murid yang suka pesta pora yang hanya melakukan secukupnya untuk sekedar lulus dari kelas. Mereka hampir tidak pernah belajar dan mereka sangat senang dengan nilai pas. Berapa banyak dari anda yang condong ke spektrum berprestasi tinggi? Berapa banyak yang pesta pora? Jadi, katakanlah bahwa ujian Yunani saya bernilai 100% dari kelas. Saya menghabiskan waktu berminggu-minggu belajar untuk ujian sementara tipe pesta pora hanya belajar beberapa jam sebelum ujian. Seperti yang diduga, saya mengerjakan ujian dengan sangat baik walaupun saya terus mengeluh kepada orang lain bahwa ujian itu terlalu sulit. Dan para pesta pora mengerjakan ujian dengan sangat buruk. Saya menantikan untuk menerima nilai saya sementara mereka sudah memikirkan tentang bagaimana mereka dapat memohon belas kasihan dari profesor. Dua minggu kemudian, kami menerima email yang mengatakan bahwa nilai kami telah keluar. Dan ketika saya melihat nilai saya, saya menari dan bersukacita karena saya mendapat high distinction. Air mata terteteskan dari mata saya karena semua kerja keras saya membuahkan hasil. Saya pantas untuk mendapatkan high distinction setelah berminggu-minggu kurang tidur untuk belajar. Namun yang mengejutkan, para tukang pesta juga merayakan dengan penuh sukacita. Mereka tidak hanya mendapatkan nilai pas, tetapi mereka juga mendapatkan nilai high distinction. Ternyata profesor memberikan nilai high distinction kepada setiap murid di kelas. Apa yang terjadi kemudian? Setiap murid seharusnya senang karena mereka mendapatkan high distinction, benar? Tentu saja tidak. Sementara para tukang pesta terpesona dengan nilai mereka, saya marah. Saya sangat marah pada kenyataan bahwa mereka yang pantas gagal telah menerima nilai tinggi yang sama dengan saya. Sangatlah tidak adil bagi para tukang pesta yang hampir tidak pernah belajar untuk mendapatkan nilai yang sama dengan saya yang belajar dengan begitu giat. Apakah anda mengerti apa yang saya maksudkan? Kita secara alami adalah makhluk yang berfokus kepada performa. Fakta bahwa kita menerima keselamatan hanya karena kedaulatan kasih karunia Tuhan semata-mata menyinggung kita. Kita tidak menyukai gagasan kedaulatan kasih karunia karena itu menghancurkan harga diri kita. Kedaulatan kasih karunia merendahkan kita. Ini memberitahu kita bahwa keselamatan kita tidak ada hubungannya dengan kita dan hanya berdasarkan keputusan Tuhan. Kita ingin menjadi subjek keselamatan dan bukan objek keselamatan. Tapi Tuhan tidak akan membiarkan kita mengambil pujian. Kedaulatan kasih karunia Tuhan sajalah yang membawa kita kepada keselamatan.

Izinkan saya memberi tahu anda mengapa ini adalah kabar baik bagi kita. Jika keselamatan adalah karya kedaulatan kasih karunia Tuhan, itu berarti bahwa Tuhan dapat menyelamatkan siapa saja. Tidak ada orang yang diluar batasan anugrah keselamatan Kristus! Beberapa tahun lalu, saya membaca artikel dengan judul yang memprovokasi. Judulnya begini: “Dapatkah injil anda menyelamatkan seorang teroris?” Bayangkan seorang pemimpin ISIS bertobat dan kemudian memberitakan Kristus kepada mantan jihadisnya. Bisakah injil kita melakukan hal tersebut? Dapatkah injil kita menyelamatkan seseorang yang tidak seorang pun harapkan untuk bertobat? Dapatkah injil kita menyelamatkan seseorang yang telah mengambil sikap publik melawan Kekristenan dan membunuh banyak orang Kristen? Cerita Saulus menjerit kepada kita bahwa jawabannya adalah iya. Saulus adalah teroris pada zamannya. Dan jika Tuhan bisa menyelamatkan seorang teroris, dia bisa menyelamatkan pengedar narkoba, pembunuh berantai, pemerkosa, dan dia pasti bisa menyelamatkan keluarga dan teman kita! Kasih karunia Tuhan tidak terbatas pada orang-orang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen atau memiliki pengalaman masa lalu yang bersih. Kasih karunia Tuhan mampu menyelamatkan orang yang paling berdosa, dimana Saulus adalah yang terutama. Paulus berkata kepada kita bahwa jika Tuhan sanggup menyelamatkan dia, Tuhan sanggup menyelamatkan siapa saja. Siapa orang-orang dalam hidup kita yang menurut kita tidak bisa diselamatkan? Jangan batasi Tuhan.

Kebutaan rohani

Kisah Para Rasul 9:7-9 – Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

Setelah Saulus bertemu Yesus, Saulus kehilangan penglihatannya. Dia menjadi buta sementara. Dia hidup dalam kegelapan selama tiga hari. Jangan lewatkan kontrasnya. Di awal pasal ini, kita melihat Saulus yang kuat dan perkasa yang siap melakukan perjalanan 7 hari hanya untuk menganiaya orang Kristen. Tapi saat dia bertemu dengan Yesus, dia kehilangan semua kekuatannya. Dia menjadi sangat tidak berdaya sampai-sampai dia membutuhkan bantuan orang lain untuk membimbingnya dan membawanya ke Damsyik. Bertemu dengan Yesus membawa Saulus ke akhir dirinya sendiri. Apa artinya bagi kita? Apakah itu berarti kita harus menjadi buta untuk menerima keselamatan? Tentu tidak. Kebutaan fisik Saulus adalah gambaran dari kebutaan rohani kita. Dan ketika kita berjumpa dengan Yesus, kita disadarkan akan fakta bahwa kita buta secara rohani. Maksud saya begini. Jika anda buta, jika anda menjalani seluruh hidup anda dalam kegelapan, anda tidak tahu bahwa anda buta. David Wallace menjelaskannya dengan baik. Ada dua ikan muda berenang bersama dan mereka kebetulan bertemu ikan yang lebih tua berenang ke arah lain. Ikan yang lebih tua menyapa mereka dan berkata, “Selamat pagi teman, bagaimana kondisi airnya hari ini?” Dan dia lanjut berenang. Kedua ikan muda saling menatap dan berkata, “Apa itu air?” Orang buta tidak memiliki konsep tentang kegelapan seperti ikan tidak memiliki konsep tentang air. Kita hanya akan menyadari bahwa kita buta secara rohani jika kita telah melihat terang kemuliaan Injil Kristus. Perjumpaan dengan Yesus menyadarkan kita pada fakta bahwa dialah satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita. Kedaulatan kasih karunia Tuhan menyadarkan kita pada kenyataan bahwa kita buta.

Ketika kita sudah dapat melihat dan melihat kembali ke saat-saat ketika kita masih buta secara rohani, kita akan menyadari bahwa tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Hanya kasih karunia Tuhan yang bisa menyelamatkan kita. Tapi itu tidak menghentikan kita untuk mencoba. Ada empat jalan yang kita tempuh dalam kebutaan rohani kita. Pertama adalah dosa. Seperti yang sering saya katakan, dosa itu menyenangkan. Jika dosa tidak menyenangkan, anda tidak melakukannya dengan benar. Jadi, kita lari ke dosa untuk memberikan kita arti dalam hidup. Namun, setelah kita mencoba melakukan itu semua, kita masih belum puas. Dan kita terus mencari dan mencari dan itu mendorong kita ke dalam spiral turun yang mengarah kepada kehancuran. Kedua adalah ketulusan. Budaya kita memiliki pepatah terkenal ini, “Tidak masalah apa yang kamu percayai selama kamu mempercayainya dengan sepenuh hati.” Jadi, mereka berkata bahwa setiap orang berhak mengejar apa yang mereka yakini selama mereka tulus. Atau, untuk memakai perkataan Disney, “Just follow your heart.” Izinkan saya memberi tahu anda bahwa hal ini sangatlah bodoh. Ketulusan tidak bisa menyelamatkan siapa pun. Anda bisa sangat tulus dan sangat salah pada saat bersamaan. Bagaimana saya tahu? Karena Hitler sangat tulus. Dia sangat yakin bahwa dia melakukan hal yang benar dengan memusnahkan orang Yahudi. Akankah kita bertemu Hitler di akhirat? Ya, jika anda berakhir di tempat yang salah. “Just follow your heart” adalah suatu saran yang sangat mengerikan. Saulus sangatlah tulus dan salah pada saat yang bersamaan. Ketulusan tidak membawa anda kepada kebahagiaan. Ketulusan bisa membawa anda ke tempat yang sangat gelap.

Ketiga adalah moralitas. Dan ini adalah tanjakan yang licin bagi banyak orang, termasuk umat Kristus. Kita berpikir bahwa selama kita berbuat baik dalam hidup, maka kita akan menerima keselamatan. Izinkan saya mengilustrasikannya untuk anda. Saya mengambil cerita ini dari Charles Spurgeon. Suatu hari ada tukang kebun dan dia menanam wortel di ladangnya. Kemudian suatu hari, ada wortel besar tumbuh di ladangnya. Dia terkejut dengan besarnya ukuran wortel itu dan dia mengambil wortel itu dan membawanya kepada rajanya. Dia berkata, “Yang Mulia, hamba adalah seorang tukang kebun dan hamba memiliki kebun wortel. Dan ini wortel terbesar yang pernah hamba hasilkan dan hamba ingin memberikan wortel ini kepada raja sebagai tanda kasih. Hanya raja yang luar biasa seperti baginda yang layak memiliki wortel sebesar ini.” Raja menghargai niat tukang kebun ini dan mengambil wortel itu. Ketika tukang kebun berjalan pergi, raja berkata, “Aku dapat melihat betapa kamu mengasihiku dengan memberikan wortel terbesar yang kamu miliki. Kamu menghormati aku. Jadi aku akan memberikan kamu tanah luas di samping kebunmu sehingga kamu bisa menjadi tukang kebun yang jauh lebih besar dari yang sekarang.” Tukang kebun itu terkejut dan pulang ke rumah dengan gembira. Dan ada seorang bangsawan yang melihat apa yang terjadi. Dan dia berpikir, “Oh wow, jika tukang kebun menerima tanah yang luas hanya untuk sebuah wortel, apa yang akan aku dapatkan jika aku memberikan kepada raja kuda terhebat milikku?” Jadi hari berikutnya, bangsawan ini datang membawa kudanya yang terhebat kepada raja dan berkata, “Rajaku, raja yang agung seperti baginda layak mendapatkan kuda terhebat. Ini adalah kuda terhebat yang hamba miliki dan hamba ingin memberikannya kepada raja sebagai tanda kasih hamba.” Raja melihat bangsawan ini, tersenyum, dan berkata, “Terima kasih. Aku menerima pemberianmu. Kamu boleh pergi sekarang.” Bangsawan ini bingung. Dia tidak menerima apapun dari raja. Apa yang terjadi dengan tanah besar untuk sebuah wortel? Raja melihat hati bangsawan ini dan berkata, “Biarkan aku memberi tahu kamu apa yang terjadi. Tukang kebun memberikan aku wortel, tetapi kamu memberikan dirimu sendiri kuda.” Bisakah anda melihatnya? Ketika kita melakukan sesuatu bagi Tuhan untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan, kita tidak melakukannya untuk Tuhan. Kita melakukannya untuk diri kita sendiri. Dan itulah moralitas. Kita tidak melakukan apa yang kita lakukan karena kasih tetapi karena keinginan egois diri kita sendiri. Jika kita masih berpikir bahwa kita perlu melakukan sesuatu agar Tuhan menyelamatkan kita, kita tidak dapat sepenuhnya mengasihi Tuhan. Hanya mereka yang tahu bahwa Tuhan sudah mengasihi mereka dapat benar-benar mengasihi Tuhan.

Keempat adalah pengetahuan. Iman Kekristenan bukanlah musuh dari pengetahuan. Kita tidak bisa menjadi seorang Kristen tanpa berpikir. Iman Kekristenan lebih dari sekedar berpikir tetapi tidak kurang dari itu. Iman Kekristenan menuntut kita untuk berpikir. Pengetahuan adalah bagian penting dari pertobatan kita. Tetapi pengetahuan saja tidak cukup. Sangatlah mungkin untuk memiliki semua informasi yang benar dan masih buta terhadap kemuliaan Kristus. Lihat Saulus. Sebelum kejadian ini, Saulus memiliki semua informasi yang benar. Dia mempelajari Kitab Suci yang sama yang Yesus katakan menceritakan tentang Yesus. Tapi Saulus tidak bisa menghubungkan titik-titik itu. Saulus mengira dia mengenal Tuhan. Dia melihat Perjanjian Lama dan menyimpulkan bahwa Mesias tidak bisa mati di kayu salib. Karena ada tertulis bahwa terkutuklah setiap orang yang digantung di pohon. Oleh karena itu, Mesias yang terkutuk tidak masuk akal bagi Saulus. Saulus membangun versi Tuhannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang dia miliki. Dia memiliki semua informasi yang benar, tetapi dia tidak melihat kemuliaan Kristus. Sampai kedaulatan kasih karunia Tuhan menghantamnya dan membawanya ke akhir dari dirinya sendiri.

Penglihatan rohani

Kisah Para Rasul 9:10-19 – Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.

Sungguh cerita pertobatan yang luar biasa. Tapi mari kita tekan tombol pause pada cerita Saulus untuk beberapa menit. Mari kita lihat peran Ananias dalam cerita ini. Karena dia memiliki peran yang sangat penting dalam pertobatan Saulus. Banyak teolog menyebut Ananias sebagai salah satu pahlawan iman Kekristenan yang tidak dikenal. Coba pikirkan. Dia tahu bahwa Saulus datang ke Damsyik untuk menangkap dia. Dia tahu bahwa Saulus ada di sana untuk menganiaya orang Kristen. Ananias kemungkinan besar mengenal banyak orang Kristen yang telah disiksa dan mungkin dibunuh oleh karena Saulus. Dan tiba-tiba Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam sebuah penglihatan dan mengatakan kepadanya untuk mengunjungi Saulus. Apa yang akan anda lakukan jika anda adalah Ananias? Anda akan bertanya, “Tuhan, apakah kamu yakin? Apakah kamu benar-benar yakin? Apa engga salah nama Tuhan? Bukan Saulus tapi Saulini?” Benar? Karena ini seperti misi bunuh diri. Saulus datang ke Damsyik untuk menangkap orang seperti Ananias. Dan sekarang Ananias disuruh pergi menghampiri Saulus. Atau, begini. Mari mundur beberapa tahun bersama saya ke tahun 2010. Suatu hari saya sedang berdoa, dan Tuhan menampakkan diri kepada saya dalam sebuah penglihatan dan berkata, “Yosi.” “Ini aku Tuhan.” “Aku ingin kamu pergi ke seven eleven di Chatswood dan bertemu dengan Osama bin Laden. Aku ingin kamu membawa dia ke rumahmu dan berdoa untuknya.” Saya akan bertanya, “Tuhan, apakah ini kamu atau pizza yang aku makan tadi malam?” Perintah ini tidak masuk akal. Ini seperti meminta Jerry untuk menyerahkan dirinya kepada Tom. Kita tidak akan lagi memiliki Tom and Jerry. Tapi Ananias taat kepada Tuhan. Dia datang ke tempat Saulus, berdoa untuknya, dan seketika itu juga, seolah-olah selaput gugur dari matanya dan dia bisa melihat. Kemudian Saulus segera dibaptis. Saulus dari Tarsus, musuh publik nomor satu dari Kekristenan telah resmi menjadi pengikut Kristus. Dan kemudian, Ananias menghilang dari cerita begitu saja. Kita tidak pernah mendengar tentang dia lagi. Tetapi satu momen ketaatan Ananias mengubah kehidupan Saulus selamanya. Dan ketaatan itu tidak hanya mengubah kehidupan Saulus, tapi ketaatan Ananias juga mengubah dunia. Saudara, jangan berpikir bahwa anda tidak memiliki peran dalam dalam kegerakan Injil. Ketaatan anda untuk menyebarkan Injil memiliki potensi untuk mengubah kota Sydney.

Mari kembali ke cerita Saulus sekarang. Kita bisa melihat pertobatan Saulus dari dua sisi. Di satu sisi, pertobatan Saulus sangat tiba-tiba. Dia buta, tapi sekarang dia bisa melihat. Dia dulu mati, tapi sekarang dia hidup. Satu saat dia adalah musuh Tuhan, saat berikutnya dia adalah anak Tuhan. Namun di sisi lain, ada proses panjang yang membawa dia pada momen pertobatannya yang tiba-tiba. Dengarkan apa yang dia katakan tentang pertobatannya. Kisah Para Rasul 26:14 – Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. Ada satu kalimat lain yang ditambahkan Saulus ke dalam cerita pertobatannya. Yesus berkata kepadanya bahwa sukar bagi dia menendang ke galah rangsang. Galah rangsang adalah tongkat tajam yang digunakan gembala untuk memimpin domba ke arah yang benar. Domba sering kali ingin mencari jalannya sendiri dan gembala akan menggunakan tongkat untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Dan itu menyakitkan. Dengan kata lain, ada banyak hal yang telah terjadi di kehidupan Saulus yang mempersiapkan Saulus untuk bertemu dengan Kristus. Dari luar, yang kita lihat adalah seseorang yang mengejar orang Kristen untuk menganiaya mereka. Tetapi jika anda bisa melihat apa yang terjadi di balik layar, yang sebenarnya terjadi adalah Yesus sedang mengejar Saulus. Tetapi Saulus terus melawan dan menendang ke galah rangsang. Kita tidak tahu dengan pasti apa galah rangsang yang dimaksudkan. Bisa jadi kematian Stevanus atau pengalaman lain dalam hidupnya. Kita tidak tahu. Tapi jangan lewatkan intinya. Kesulitan kita bisa menjadi tongkat Tuhan. Perjuangan kita bisa jadi karena Tuhan mencoba menuntun kita kepada dia. Dan untuk menuntun kita kepada dia, Tuhan harus menyakiti kita karena Dia peduli kepada kita. Dia harus menunjukkan kepada kita bahwa apa pun yang kita bangun dalam hidup kita diluar Dia adalah sia-sia. Tuhan mengizinkan semua yang kita bangun untuk hancur di depan mata kita. Dan itu menyakitkan. Tapi itu adalah alat kasih Tuhan. Dia mencoba memberi tahu kita bahwa dialah satu-satunya yang bisa menyelamatkan dan memuaskan kita.

Dan setelah tiga hari buta, Saulus siap. Ananias datang, berdoa untuknya, dan dia menerima penglihatannya kembali. Bagaimana anda tahu jika anda memiliki penglihatan rohani? Jawabannya sederhana. Anda tahu bahwa anda memiliki penglihatan rohani jika anda menyadari bahwa anda pernah buta. Jika anda tidak tahu bahwa anda pernah buta, maka anda tidak memiliki penglihatan. Jika anda memiliki penglihatan, anda tahu bahwa anda pernah buta. Jika anda buta, anda tidak tahu bahwa anda buta. Ini seperti bermimpi. Bagaimana anda tahu bahwa anda sedang bermimpi? Karena anda bangun. Saat anda sedang bermimpi, anda tidak tahu bahwa anda sedang bermimpi. Tetapi ketika anda bangun, anda tahu perbedaan antara mimpi dan bangun. Umat Kristus adalah mereka yang mengetahui bahwa mereka pernah hilang tetapi mereka telah ditemukan. Umat Kristus adalah mereka yang berkata, “Dulu aku adalah seorang yang bodoh.” Setiap umat Kristus menyadari bahwa mereka dahulunya adalah bodoh. Umat Kristus tahu bagaimana menertawakan diri mereka sendiri. Mereka melihat kebenaran tentang Tuhan dalam cahaya baru. Mereka tidak lagi kagum pada diri mereka sendiri, tetapi mereka kagum pada kasih karunia Tuhan.

Skandal Injil

Injil itu berskandal. Injil memberi tahu kita bahwa kita jauh lebih berdosa daripada yang kita ketahui dan pada saat yang sama kita jauh lebih dikasihi daripada yang kita harapkan. Kita bisa melihat keduanya di cerita ini. Ketika Yesus menampakkan diri kepada Saulus, dia berkata, “Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?” Jadi, apa yang Saulus lakukan adalah ia tidak hanya menganiaya orang Kristen, tetapi ia sedang melawan Yesus. Dosa Saulus jauh lebih buruk dari yang dia kira. Seorang Kristen adalah seseorang yang menyadari bahwa dia tidak hanya melanggar hukum Tuhan, tetapi dia telah menyerang Yesus. Kita belum menjadi Kristen sampai kita mulai melihat bahwa kita telah menampar Yesus. Dan itulah dosa. Dosa kita jauh lebih buruk daripada yang kita kira. Charles Spurgeon menceritakan sebuah cerita yang menjelaskannya dengan baik. Ini adalah cerita nyata. Ada suami dan istri yang jahat yang tinggal di daerah terpencil di Inggris. Ketika mereka memiliki seorang anak laki-laki, mereka menjualnya untuk mendapatkan uang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada anak mereka. Bertahun-tahun berlalu dan pasangan ini menjadi semakin buruk. Akhirnya sang ayah menjadi perampok. Dia akan mengawasi orang-orang di sepanjang jalan yang sepi dan merampok mereka. Suatu malam, sang ayah mengalami hari yang sangat buruk dan dia sangat marah terhadap orang kaya. Dan kemudian dia melihat seorang pemuda yang tampak sangat kaya datang di jalanan, dan dia merampok dan membunuh pemuda tersebut. Tahukah anda siapa pemuda kaya itu? Itu adalah anak laki-lakinya. Anak ini menjadi sangat sukses dan kaya, dan dia kembali ke kampung halamannya untuk mencari orang tua kandungnya dan membantu mereka memperbaiki kehidupan mereka. Setelah sang ayah ditangkap, dia menyadari apa yang terjadi. Sang ayah mengira dia hanya melanggar hukum, tetapi dia sebenarnya membunuh putranya yang ingin menyelamatkannya.

Itulah artinya menjadi seorang Kristen. Kita menyadari bahwa dosa kita jauh lebih buruk daripada yang kita pikirkan. Kita telah membunuh orang yang datang untuk menyelamatkan kita. Namun injil sangat berskandal. Ketika Ananias datang menemui Saulus, tahukah anda apa yang dia katakan kepada Saulus? “Saulus, saudaraku…” Ananias memanggil orang yang datang untuk membunuhnya, “Saulus, saudaraku.” Tidak ada kata-kata yang lebih indah dari itu. Seorang pembunuh disambut sebagai saudara. Bagaimana mungkin? Karena injil tidak hanya memberi tahu kita bahwa kita jauh lebih buruk, tetapi injil juga memberi tahu kita bahwa kita jauh lebih dikasihi. Saat kita menaruh iman kita kepada Kristus, kita dipersatukan dengan Kristus. Setiap umat Kristus ditemukan di dalam Kristus. Tidak peduli apa yang telah kita lakukan, dalam satu momen iman, kita diampuni, kita diadopsi masuk ke dalam keluarga Tuhan, kita menjadi ahli waris kerajaan Tuhan. Yesus menanggung semua upah dosa kita di kayu salib. Kebenaran Yesus menjadi kebenaran kita. Dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Injil mengubah seorang pembunuh menjadi saudara. Inilah skandal injil.

Dan tidak berhenti disitu. Kisah Para Rasul 9:15-16 – Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Saulus sang teroris tidak hanya mendapatkan identitas baru, tapi ia juga mendapatkan tujuan baru. Dan melalui dialah kita memiliki sebagian besar surat Perjanjian Baru yang kita cintai. Jadi begini. Tuhan bisa saja menggunakan orang lain yang tidak seburuk Saulus untuk menjadi alat pilihannya untuk berdiri di hadapan raja dan membawa injil kepada kita. Tapi dia sengaja memilih orang yang paling berdosa. Saya suka cara J.D. Greear menjelaskannya. “Tuhan telah memutuskan untuk memuliakan dirinya dalam menyelamatkan orang-orang berdosa dan semakin dalam tingkat kerusakan, semakin besar kemuliaan Tuhan dalam menunjukkan kasih karunia.” Saudara, tidak peduli betapa buruk masa lalu anda, itu tidak mendiskualifikasi anda dari masa depan yang berguna. Tuhan memiliki tujuan untuk anda.

Saya akan menutup dengan ini. Jika anda belum menaruh iman anda dalam Yesus, ada undangan dari Raja segala raja untuk anda hari ini. Hari ini bisa menjadi hari keselamatan anda. Anda tidak mendengarkan khotbah ini secara kebetulan. Tuhan sedang mengejar anda dan Dia mengatur keselamatan anda. Berserah kepada dia dan terima kasih karunianya. Tapi bagi umat Kristus, apakah kita hidup di dalam rencana Tuhan untuk kita? Mengapa kita tidak memainkan peran kita untuk membagikan Injil? Izinkan saya memberi tahu anda alasannya. Karena kita melupakan kedaulatan kasih karunia Tuhan. Kita melupakan skandal injil. Kita tidak terpikat olehnya. Kita lupa betapa menakjubkannya cerita kita. Kita yang dahulu buta tapi sekarang kita melihat. Kita yang dahulu mati tapi sekarang kita hidup. Tidak ada yang membosankan tentang cerita kita. Jika kita mengingat cerita kita, bagaimana mungkin kita tidak memberi tahu orang lain tentang injil? Bagaimana mungkin kita bisa menyimpannya untuk diri kita sendiri? Inilah dorongan saya. Kedaulatan kasih karunia yang sama yang telah menyelamatkan kita dapat menyelamatkan orang-orang di sekitar kita. Tuhan sanggup menyelamatkan siapa saja. Dan dia ingin menggunakan kita untuk menyelamatkan orang-orang di sekitar kita. Kuasa untuk keselamatan tidak ada di dalam kita tetapi di dalam injil. Jadi miliki keyakinan saat membagikan Injil. Tidak ada dari kita yang bisa menjadi seperti rasul Paulus tetapi setiap kita bisa menjadi Ananias. Ketaatan kita untuk membagikan injil dapat mengubah kehidupan, bahkan bangsa. Yang diperlukan hanyalah untuk kita berkata, “Ini aku Tuhan.”

Discussion questions:

  1. 1 Timothy 1:16 – But I received mercy for this reason, that in me, as the foremost, Jesus Christ might display his perfect patience as an example to those who were to believe in him for eternal life. In what ways does Paul’s conversion story become an example to us?
  2. Explain what is “Sovereign Grace.” Why do people find it offensive?
  3. Look at the four roads of spiritual blindness. Which one is most striking to you and why?
  4. If you were Ananias, what concerns would you have?
  5. How does the gospel address these concerns?
  6. If your friends ask you, “How do you know that you are a Christian?”, how would you answer that question?
  7. The gospel is scandalous. Why?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.