Kegelapan yang mengubahkan

Markus 15:33-41

Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.” Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.

 

Pernahkah anda berada dalam kegelapan total selama lebih dari beberapa menit? Jika anda besar di Australia, dan anda berusia di bawah 20 tahun, anda mungkin tidak tahu apa yang saya maksudkan. Karena setiap kali anda berada dalam kegelapan, anda dapat dengan mudah menyalakan aplikasi senter di smartphone anda. Anda tidak tahu apa itu kegelapan yang sebenarnya. Tetapi jika anda besar di Indonesia pada masa sebelum smartphone, kita mengalami kejadian aneh yang terjadi hampir setiap minggu yang namanya mati lampu. Dan itu akan berlangsung tidak hanya beberapa menit, tetapi beberapa jam. Bahkan terkadang bisa lebih dari satu hari. Berapa banyak dari anda yang tahu apa yang saya bicarakan? Dan jika kita benar-benar ada di dalam kegelapan total, kita tidak dapat melihat apapun. Kita tidak bisa melihat satu sentimeter pun di depan kita. Kita tidak bisa melihat di mana kita berada. Kita tidak bisa melihat ke mana kita pergi. Kita bahkan tidak bisa melihat diri kita sendiri. Dan jika kita berada di dalam kegelapan total untuk waktu yang lama, itu bisa berdampak buruk pada kita. Kegelapan membawa disorientasi. Contoh, apakah anda pernah terbangun di tengah malam dalam kamar yang gelap, dan mencoba pergi ke toilet dan membentur bingkai tempat tidur saat anda berjalan? Mari saya memberi tahu anda, saya biasanya tidak mengucapkan kata-kata yang kotor dari mulut saya. Cukup sampai disitu. Saya tidak dapat memberi tahu anda apa yang terjadi selanjutnya karena saya mungkin akan dipecat setelah kebaktian. Dan itu hanya kegelapan singkat. Berada dalam kegelapan total untuk jangka waktu yang lama membuat kita disorientasi.

Perikop hari ini adalah tentang hari tergelap dalam sejarah. Ini cerita tentang kematian Yesus Kristus. Ini adalah kematian yang paling terkenal dan signifikan dalam sejarah manusia. Dan yang menarik adalah bahwa keempat Injil, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, memberi tahu kita dengan jelas bahwa semua peristiwa kematian Yesus terjadi dalam kegelapan. Pengkhianatan terjadi pada malam hari. Penolakan dan persidangan Yesus terjadi pada malam hari. Tetapi penyaliban Yesus terjadi pada siang hari. Namun, pada saat penyaliban, kegelapan misterius yang tidak dapat dijelaskan turun dan mengelilingi kematian Yesus. Dan kegelapan ini bukanlah kejadian yang acak. Kegelapan ini terjadi karena rencana Tuhan.

Saya memiliki tiga poin untuk khotbah ini: makna kegelapan; signifikansi kegelapan; cahaya kegelapan.

Makna kegelapan

Markus 15:33-37 – Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.” Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.

Mari kita bicara tentang kegelapan terlebih dahulu. Kegelapan ini bukan kegelapan yang normal. Jam dua belas adalah siang hari, dan jam tiga adalah sore hari. Ini adalah waktu dimana matahari seharusnya masi bersinar terang. Tetapi selama tiga jam, yang terjadi adalah gelap gulita. Beberapa orang mengatakan ini mungkin adalah gerhana matahari. Tetapi ini tidak mungkin gerhana matahari. Gerhana matahari tidak menciptakan kegelapan total selama lebih dari beberapa menit. Selain itu, gerhana matahari tidak bisa terjadi pada saat bulan purnama. Dan penyaliban Yesus terjadi pada saat Paskah, yaitu pada saat bulan purnama. Dan ini bukan mitos. Kegelapan yang aneh ini tercatat dalam banyak sumber-sumber kuno. Ini adalah fenomena yang aneh. Tidak ada penjelasan alami untuk kegelapan ini. Ini adalah kegelapan supranatural.

Lalu, apa makna dibalik kegelapan supranatural ini? Dalam Alkitab, kegelapan fisik sering digunakan untuk melambangkan kegelapan rohani. Kegelapan sering digunakan untuk menggambarkan penghakiman Tuhan terhadap dosa. Di saat itu, saya rasa tidak ada siapa pun yang akan memahami hal ini. Tetapi kematian Yesus terjadi pada saat orang-orang Yahudi merayakan bagaimana Tuhan membebaskan mereka dari Mesir dengan mengirimkan malaikat maut untuk membunuh setiap anak sulung di Mesir. Dan itu adalah tulah ke-10, tulah terakhir. Tetapi apakah anda ingat tulah sebelumnya? Kegelapan. Kegelapan adalah peringatan terakhir Tuhan kepada Firaun sebelum penghakiman. Dan sekarang di Kalvari, sebagai penggenapan keluaran, kegelapan mendahului pengorbanan Yesus, yang adalah Anak Domba Paskah yang sejati. Kegelapan fisik ini melambangkan kegelapan rohani karena dosa. Dalam Alkitab, Tuhan sering disamakan dengan matahari. Jika segala sesuatu berputar mengelilingi matahari, maka ada kehidupan. Tetapi jika tidak, maka segala sesuatu mati.

Tahukah anda apa artinya bagi kita? Ketika kita mengarahkan hidup kita di sekitar Tuhan, ada cahaya. Kita mengalami kehidupan. Tetapi saat kita mengarahkan hidup kita pada hal lain selain Tuhan, ada kegelapan. Kita mengalami disorientasi. Perhatikan. Sama seperti kita mengalami disorientasi fisik dalam kegelapan, kita mengalami disorientasi rohani ketika sesuatu lebih penting bagi kita daripada Tuhan. Kita mengalami kehilangan identitas. Kita menjadi sangat tidak aman. Kita merasa tidak berarti dan tidak memiliki tujuan dalam segala hal yang kita lakukan. Saya akan membuatnya sangat praktis. Dan saya akan menggunakan hidup saya sendiri sebagai contoh. Saya ingin menjadi pendeta yang baik. Saya ingin menjadi pengkhotbah yang baik. Untuk itulah Tuhan memanggil saya. Tetapi jika apa yang saya lakukan sebagai seorang pendeta menjadi sumber cahaya saya, jika itu menjadi signifikansi saya dan keamanan saya, jika itu menjadi lebih penting daripada Tuhan dan kasih Tuhan bagi saya di dalam Yesus, saya mengalami disorientasi. Ketika pujian datang, saya menjadi sangat sombong, berpikir bahwa saya pantas mendapatkannya. Ketika kritik datang, saya menjadi hancur, berpikir bahwa saya tidak cukup baik.

Dan itu terjadi di perjalanan saya ke Indonesia beberapa bulan yang lalu. Saya adalah salah satu dari enam pelatih untuk intensif CTC Indonesia. Dan saya itu yang paling berbeda sendiri dari enam pelatih. Empat pelatih lainnya adalah tipe serius. Satu ada di tengah-tengah. Tetapi saya berbeda. Saya tipe liar. Saya mengatakan apa pun yang ingin saya katakan, seperti yang anda sering dengar dari khotbah saya. Dan pada hari kedua intensif, saat berdoa untuk makan siang. Saya berdoa sebagaimana saya biasanya berdoa. “Tuhan, berkati makanan yang akan kami makan. Biarlah makanan ini menjadi kesehatan bagi tubuh kami dan tidak menjadikan kami gemuk.” Dan orang-orang tertawa. Padahal saya sama sekali tidak berusaha untuk bercanda. Dan waktu itu terjadi, saya tidak terlalu memikirkannya. Namun kemudian dalam masukan peserta untuk sesi-sesi hari itu, satu orang menulis, dan saya mengutip, “Tolong perhatikan dengan serius lelucon Ps Yosia saat berdoa untuk makan siang. Karena lelucon dalam doa mungkin terlihat lucu bagi sebagian orang tetapi bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan lelucon dalam doa, apalagi doa yang bersifat body shaming. Itu sangat tidak pantas.” Dan orang yang sama menulis di masukan untuk sesi saya hari itu, “Kurangi lelucon.Padahal menurut saya, saya tidak banyak bercanda di sesi saya. Sewaktu saya membaca masukan itu, saya langsung berpikir, “Ini pasti orang reformed. Serius sekali.” Tetapi malam itu, saya hancur. Saya sangat sedih. Saya berharap saya lebih serius seperti pelatih lainnya. Saya mengalami disorientasi. Mengapa? Karena saya telah menjadikan performa saya cahaya saya. Saya tidak bisa menerima kritik. Tetapi Tuhan punya selera humor yang indah. Kebetulan keesokan harinya saya harus mengajarkan cara mengkhotbahkan Injil kepada diri sendiri. Jadi, sebelum saya mengajari mereka untuk melakukannya, saya sendiri perlu bertobat, mengkhotbahkan Injil kepada diri saya sendiri, dan mengarahkan hidup saya kembali kepada Tuhan. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Ketika kita memusatkan hidup kita pada apa pun selain Tuhan, kita mengalami kegelapan rohani. Kita mengalami disorientasi rohani.

Saya berikan satu contoh lagi. Katakanlah anda sangat mengasihi pasangan anda atau anak anda. Itu adalah hal yang baik. Tetapi jika anda mengasihi pasangan atau anak anda lebih dari anda mengasihi Tuhan, jika anda membangun hidup anda di atas kasih anda terhadap mereka lebih daripada kasih akan Tuhan, maka pertengkaran kecil akan menjadi pertengkaran besar, dan pertengkaran besar akan menjadi perang dunia ke tiga. Mengapa? Karena anda tidak dapat menerima ketidaksenangan terhadap mereka. Anda tidak bisa menerima ketidakpuasan terhadap mereka. Anda tidak bisa menerima kegagalan mereka. Mereka harus selalu baik dan melakukan apa yang anda inginkan. Dan jika tidak, anda akan sangat kecewa dan marah. Dunia anda berguncang. Anda bisa lihat apa yang terjadi? Jika anda memusatkan kehidupan anda pada apa pun selain Tuhan, anda mengalami kegelapan rohani. Anda mengalami diorientasi rohani.

Dan inilah yang terjadi pada Yesus. Di kayu salib, Yesus mengalami disorientasi rohani. Sama seperti matahari berpaling dari bumi, Allah Bapa memalingkan wajahnya dari Yesus. Itulah sebabnya dalam sebuah misteri di luar kemampuan manusia untuk mengerti sepenuhnya, Yesus berseru, “Eloi, Eloi, lema sabakthani?” yang artinya, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yesus menyebut Bapanya, Allahku, dan bukan Bapaku. Mari kita pikirkan sejenak tentang penolakan yang dialami Yesus di kayu salib. Di kayu salib, Yesus ditolak oleh bangsanya sendiri, orang Yahudi. Yesus ditolak oleh otoritas, pemerintah Romawi. Yesus ditolak oleh teman-teman dekatnya, para murid. Dia mengalami pengkhianatan relasional dari setiap sisi. Dan yang terutama, Yesus ditolak oleh Allah Bapa. Yesus dalam keilahiannya tidak terpisahkan dari Allah Bapa. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, Yesus dalam kemanusiaannya terpisah dari Allah Bapa. Dan tidak ada yang pernah mengalami kehilangan seperti yang Yesus alami saat itu.

Saya jelaskan. Para suami, jika setelah kebaktian, seseorang di gereja mendatangi anda dan berkata, Aku tidak ingin berbicara dengan kamu lagi. Aku tidak ingin melihatmu lagi,” anda akan merasa tidak nyaman. Tetapi jika istri anda mendatangi anda dan berkata, Aku tidak ingin berbicara dengan kamu lagi. Aku tidak pernah ingin melihatmu lagi,” anda akan merasa hancur. Benar? Psikolog memberi tahu kita bahwa kehilangan pasangan dalam kematian atau perceraian adalah hal paling traumatis yang dapat terjadi pada manusia. Karena semakin lama kasih, semakin dalam kasih, semakin besar rasa sakit kehilangan kasih tersebut. Dan tidak ada rasa sakit seperti kehilangan kasih. Coba pikirkan tentang apa yang Yesus alami di kayu salib. Allah Bapa dan Yesus telah saling mengasihi dari kekekalan. Mereka selalu saling mengasihi satu sama lain. Tidak ada waktu dimana mereka tidak saling mengasihi. Kasih terbesar antara dua orang dalam sejarah manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kasih antara Allah Bapa dan Yesus. Kasih ini sangat panjang dan sempurna tanpa batas. Dan Yesus kehilangan itu. Itulah sebabnya Yesus tidak berkata, “Oh tanganku. Oh kakiku. Oh kepalaku.” Meskipun setiap bagian tubuh Yesus penuh dengan kesakitan, itu tidak sebanding dengan rasa sakit kehilangan kasih yang dialaminya. Maka dari itu Yesus berkata, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?Ini sesuatu yang sangat traumatis. Dan Yesus tidak layak untuk ditinggalkan. Dia adalah Anak Allah yang sempurna. Satu-satunya alasan mengapa Yesus mengalami disorientasi rohani adalah karena Ia mengambil tempat kita. Di kayu salib, Yesus bukanlah Anak Bapa yang sempurna tetapi korban yang sempurna bagi orang berdosa.

Tetapi inilah yang menakjubkan. Apakah anda tahu apa yang kita lakukan ketika kita merasa ditinggalkan oleh Tuhan? Kita kabur. Kita memalingkan wajah kita dari Tuhan. Tetapi Yesus berbeda. Sewaktu dia menerima penghakiman Tuhan atas dosa, dia berseru kepada Tuhan. Dia tidak mengutuk Tuhan; dia mencari Tuhan. Dia memanggil Tuhan saat dia diadili oleh Tuhan atas dosa-dosa kita. Sungguh suatu kepercayaan yang penuh terhadap Tuhan. Tidak ada yang pernah menderita seperti Yesus, tetapi tidak ada yang pernah mempercayai Tuhan seperti Yesus. Dalam penderitaan dan pengabaian yang terbesar, Yesus berseru kepada Tuhan. Yesus berkata, Tuhan, aku tidak peduli jika aku mengalami neraka di bumi, aku masih mempercayai-Mu. Aku masih mencintai-Mu. Aku memanggil-Mu.” Tidak ada yang pernah setia dan mempercayai Tuhan seperti Yesus. Dan setelah beberapa waktu, Yesus berseru dengan nyaring dan menghembuskan nafas terakhirnya. Markus tidak memberi tahu kita apa yang dia katakan. Tetapi Lukas memberi tahu kita apa yang Yesus serukan. Lukas 23:46 – Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Setelah semua kegelapan, setelah semua disorientasi, semua rasa sakit, semua penderitaan, semua pengabaian, kita menemukan Yesus kembali dalam persekutuan yang paling dekat dengan Bapa-Nya. Dia kembali memanggil Tuhan, “Bapa.” Perhatikan. Kematian tidak membunuh Yesus. Bahkan di kayu salib, Yesus memiliki otoritas penuh atas hidupnya. Yesus menyerahkan nyawanya ke tangan Bapa yang penuh kasih. Yesus menyelesaikan apa yang harus dia lakukan, dan dia menyerahkan hidupnya sebagai Juruselamat kita. Ini yang terjadi. Yesus datang untuk menjalani kehidupan yang seharusnya kita jalani, dan dia mati dalam kematian yang seharusnya kita alami. Yesus hidup dan mati sebagai pengganti kita. Sehingga kita yang beriman kepada Yesus tidak akan pernah ditinggalkan oleh Allah Bapa. Inilah makna dari kegelapan.

Signifikansi kegelapan

Markus 15:38 – Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

Mudah bagi kita untuk membaca ayat ini dan tidak terlalu memikirkannya. Sewaktu kita melihat cerita kematian Yesus, fakta bahwa tabir Bait Suci terbelah menjadi dua tampaknya tidak penting. Tetapi jika kita berpikir seperti itu, kita salah total. Kejadian di Bait Suci ini sangat penting sehingga keempat Injil menuliskan bahwa tabir Bait Suci robek menjadi dua. Izinkan saya memberi tahu anda alasannya. Di tabernakel dan di Bait Suci Yerusalem, ada tirai tebal yang memisahkan hadirat Tuhan dari bagian bait suci lainnya. Tirainya sangat tebal dan keras, hampir seperti tembok. Tidak mungkin robek. Tirai ini memisahkan satu bagian bait suci dari setiap bagian lainnya. Bagian ini terlarang bagi siapa pun untuk masuk kecuali imam besar. Dan imam besar hanya bisa memasukinya setahun sekali untuk mempersembahkan korban lembu dan domba bagi seluruh bangsa Israel. Tirai ini menghalangi orang berdosa untuk memiliki akses mendekat kepada Tuhan. Tetapi ketika Yesus mati, tirai yang memisahkan hadirat Tuhan dari orang berdosa robek dari atas ke bawah. Jadi, ketika tubuh Yesus terkoyak di kayu salib, tabir Bait Suci pun terkoyak. Pengorbanan Yesus merobekkan penghalang antara Tuhan dan orang berdosa. Dengan kata lain, ketika tabir robek, itu adalah cara Tuhan untuk mengatakan, “Inilah pengorbanan untuk mengakhiri semua pengorbanan. Sekarang siapapun bisa masuk ke hadirat Tuhan. Setiap orang dapat memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Penghalang sudah tidak ada lagi.” Kematian Yesus di kayu salib telah memberikan kita akses terbuka kepada Tuhan. Kita tidak lagi harus membersihkan diri sebelum kita datang kepada Tuhan. Karena itu permasalahannya, benar? Kita tidak bisa membersihkan diri kita sendiri. Itu sebabnya Yesus hidup dan mati sebagai pengganti kita untuk memberikan kita akses kepada Tuhan. Sekarang, kita tidak perlu membersihkan diri kita terlebih dahulu untuk datang kepada Tuhan. Kita datang kepada Tuhan untuk membersihkan diri kita.

Jadi, saya buat hal ini menjadi sangat praktis. Tabir Bait Suci yang robek memiliki dua signifikansi bagi umat Kristus. Yang pertama, kita bebas dari usaha untuk membuktikan diri. Jika anda suka menonton YouTube, anda mungkin pernah mendengar nama Jordan Peterson. Dia mungkin adalah guru “self-help” nomor satu di dunia saat ini. Dia sangat pintar. Dia menulis buku berjudul, “12 Rules for Life” yang langsung menjadi best-seller. Dan kemudian dia menulis buku lain, “Beyond Order” yang memberikan 12 aturan tambahan untuk hidup. Jadi total ada 24 aturan. Saya suka mendengarkan dia. Buat saya dia sangat menarik. Begitu menarik sehingga saya membeli bukunya. Padahal saya tidak percaya pada “self-help.” Tetapi ini mengapa saya menemukan dia sangat menarik. Karena Peterson sangat benar dan sangat salah pada saat yang bersamaan. Dalam bukunya, dia memberikan kita aturan yang harus kita terapkan untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Siapa yang tidak menginginkan itu? Dan aturannya sangat masuk akal. Contoh, “Aturan 4: Bandingkan diri anda hari ini dengan diri anda kemarin, bukan dengan orang lain.” Wow, ini benar banget. “Aturan 8: Katakan yang sebenarnya – atau setidaknya, jangan berbohong.” Ini juga benar. Satu-satunya aturan yang tidak masuk akal bagi saya adalah “Aturan 12: Elus kucing saat anda bertemu dengan kucing di jalan.” Tetapi selain itu, aturan yang lain adalah prinsip dasar kehidupan. Dan asumsinya adalah jika kita mengikuti 24 aturan ini maka hidup kita akan menjadi lebih baik. Kita tidak akan lagi memiliki perasaan bahwa kita tidak cukup baik.

Jadi, kita memiliki versi imajinasi diri kita di masa depan yang begitu kita sampai di sana, perasaan frustrasi dan tidak cukup baik itu akan hilang begitu saja. Tetapi apakah itu benar? Bukankah itu yang kita katakan pada diri kita sendiri 5 tahun yang lalu? Bukankah itu yang kita katakan pada diri kita sendiri tahun lalu? Lalu bagaimana kabar kita hari ini? Apakah kita sudah menjadi lebih baik? “Yah, belum. Aku baru hanya membaca buku pertama dan hanya memiliki 12 aturan. Aku perlu membeli buku yang kedua dan melakukan 12 aturan lainnya maka mungkin hidupku akan lebih baik. Aku butuh lebih banyak waktu.” Atau, “Aku harus keluar dari rumah orang tuaku. Aku harus pergi ke gym lebih sering. Aku perlu belajar lebih banyak. Aku perlu bekerja lebih keras. Aku butuh model rambut yang baru. Aku butuh make-up. Aku butuh pergi ke Korea Selatan untuk operasi plastik.” Perhatikan. Kita dapat mencoba semua hal tersebut dan saya yakin kita masih akan kecewa. Karena kebenarannya adalah kita adalah musuh terbesar diri kita sendiri. Kita tidak akan menemukan siapa pun yang mengkhianati kita, berbohong kepada kita, dan mengecewakan kita lebih daripada diri kita sendiri. Kita adalah sumber permasalahan kita. Kita versi 7.0 tidak akan menyelesaikan masalah. Apa pun yang kita lakukan, kita tidak dapat menghilangkan rasa tidak cukup baik itu dengan sendirinya. Sekeras apapun kita berusaha, kita tidak akan pernah menjadi cukup baik di hadapan Tuhan dengan perbuatan kita sendiri. Namun kabar baik Injil adalah bahwa kita tidak perlu mencoba lagi. Kita bisa bernafas. Kita tidak lagi harus tampil dengan baik untuk diterima oleh Tuhan. Kematian Yesus sudah memberikan kita akses terbuka kepada Tuhan. Ini yang pertama.

Yang kedua, ini berarti bahwa kita dapat datang kepada Tuhan dengan segala kebutuhan kita. Tuhan bukan lagi Tuhan yang jauh. Karena kematian Yesus di kayu salib, kita diundang untuk datang mendekat kepada Tuhan. Kita tidak bisa berpikir bahwa masalah kita ada di luar pemeliharaan-Nya, atau bahwa kita telah melakukan sesuatu yang sangat buruk sehingga Tuhan tidak akan mendengarkan doa kita lagi. Jangan dengarkan kebohongan Iblis. Iblis mencoba berbohong kepada kita, “Kamu tidak cukup baik untuk datang ke hadirat Tuhan. Apakah aku perlu mengingatkan kamu tentang pemikiran yang kamu miliki, kata-kata yang kamu ucapkan, dan hal-hal yang kamu lakukan? Apakah menurutmu Tuhan akan menerimamu? Tuhan muak dengan kamu. Dia tidak senang dengan kehadiranmu. Menjauhlah dari Dia.Itu adalah tipu muslihat Iblis. Perhatikan. Kematian Yesus memberi tahu kita bahwa kita bisa datang kotor ke hadirat Tuhan. Karena untuk itulah Yesus mencurahkan darahnya untuk kita. Kita tidak perlu membersihkan diri kita sendiri sebelum datang kepada Tuhan. Darah Yesus telah menyucikan kita untuk selamanya. Jadi, kita selalu bisa masuk ke hadirat Tuhan dan Dia tidak akan pernah menolak kita.

Kalau kita mengerti ini, saat kita gagal, kita tidak mencoba untuk membuktikan diri. Melainkan kita datang dalam kejujuran dan apa adanya. Jadi, ketika bisikan-bisikan Iblis itu mulai mengatakan kepada kita betapa buruknya kita, pada saat itu kita berkata, Iblis, kamu benar. Aku tidak cukup baik. Aku kotor. Aku tidak layak. Tetapi puji Tuhan untuk pengorbanan Yesus. Dia mengampuni aku dari semua dosaku dan sekarang aku diterima di hadapan Tuhan bukan karena aku tetapi karena pengorbanan Yesus yang sempurna untuk aku.” Ketika kita melakukan itu, iblis akan frustrasi. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan kita. Dengarkan ini. Tuhan tidak melihat kesalahan yang kita lakukan tadi malam. Dia tidak melihat kebodohan yang kita lakukan minggu lalu atau bahkan 10 tahun dari sekarang. Dia tidak melihat kita dalam dosa-dosa kita. Dia melihat darah Yesus yang sudah tercurah untuk kita. Dia melihat kebenaran Yesus menutupi kita. Iblis memberitahu kita untuk melihat diri kita sendiri, tetapi Injil memberitahu kita untuk melihat apa yang kematian Yesus telah capai bagi kita. Tirai sudah robek. Sekarang kita diundang masuk ke hadirat Tuhan. Dan ketika kita datang kepada Tuhan, Dia siap mendengarkan doa-doa kita. Dia siap membantu kita dalam pergumulan kita. Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian. Pertolongan selalu tersedia bagi kita ketika kita datang ke hadirat Tuhan. Inilah signifikansi kegelapan.

Cahaya kegelapan

Markus 15:39-41 – Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.

Saya akan menjelaskan kepada anda apa yang saya maksud dengan cahaya kegelapan. Ini adalah klimaks dari kitab Markus. Sampai titik ini di kitab Markus, tidak ada manusia yang mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Yesus telah mengajar banyak orang tentang identitasnya berulang kali, tetapi belum ada yang benar-benar memahaminya. Bahkan murid-muridnya pun tidak. Dan tahukah anda siapa orang pertama yang menyadarinya? Kepala pasukan tentara Romawi. Orang yang mengawasi penyaliban Yesus dari awal. Dia berkata, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Ini aneh. Karena kepala pasukan ini adalah orang yang ikut bertanggung jawab atas kematian Yesus. Dia melakukan kejahatan terbesar dalam sejarah manusia. Dan dia seorang Romawi. Dia bukan orang Yahudi. Dia tidak tahu apa-apa tentang Mesias. Dia tidak tahu Alkitab. Namun dia adalah orang pertama yang mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia melihat sesuatu dalam cara kematian Yesus yang menyebabkan dia mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Saya belum pernah menyaksikan seseorang menghembuskan nafas terakhirnya. Tetapi kepala pasukan ini telah melihat banyak orang mati di bawah pengawasannya. Dia telah melihat kematian yang tak terhitung banyaknya. Tetapi ada sesuatu yang unik tentang kematian Yesus. Apa yang dia lihat? Kita tidak tahu dengan pasti. Saya yakin dia melihat banyak hal, tetapi saya tidak ingin berspekulasi tentang itu. Tetapi satu hal yang saya tahu dengan pasti. Bahkan di tengah kegelapan total ini, cahaya menerobos masuk. Dia melihat kematian Yesus dan cahaya menembus kegelapan hidupnya. Keindahan Yesus menembus kegelapan hatinya dan hidupnya berubah selamanya. Kepala prajurit bukan pengikut Yesus sebelum kegelapan ini. Dia tidak memiliki kategori teologis untuk mendefinisikan apa yang dilihatnya. Yang dia tahu hanyalah hatinya luluh oleh keindahan yang dia lihat dengan matanya. Dan dia menjadi orang pertama yang menyadari siapa Yesus sebenarnya. Apakah anda lihat? Kegelapan salib Kristus yang melakukan itu. Salib Yesus menghasilkan keajaiban terbesar, cahaya kegelapan. Salib mengubah orang yang menyalibkan Yesus menjadi orang pertama yang percaya kepada Yesus.

Markus tidak ingin kita melewatkan intinya. Dia ingin menunjukkan kepada kita apa artinya tirai yang robek. Ketika tabir terbelah menjadi dua, akses kepada Tuhan terbuka bagi siapa saja. Dan orang pertama yang masuk adalah kepala pasukan Romawi. Ini memberi tahu kita pelajaran yang penting. Kematian Yesus dapat mengubah musuhnya menjadi sahabatnya. Kematian Yesus dapat membawa orang-orang yang paling berdosa dari kegelapan rohani ke dalam terang yang abadi. Tidak peduli siapapun kita. Tidak peduli apa yang telah kita lakukan. Kita mungkin seorang pembunuh. Kita mungkin seorang pelacur. Kegelapan salib telah membuka akses ke terang hadirat Tuhan. Tidak peduli kehidupan seperti apa yang kita miliki, penghalang sudah tidak ada lagi. Ada belas kasihan dan kasih karunia yang tersedia bagi kita ketika kita datang kepada Yesus.

Saya berikan satu aplikasi terakhir. Apakah hari ini anda sedang menderita? Apakah anda sedang mengalami sesuatu yang sangat sulit? Anda tahu apa yang kita katakan sewaktu kita menderita? “Tuhan, kenapa? Mengapa Engkau ijinkan ini terjadi?” Setiap kita mengatakan itu. Dan Kekristenan adalah satu-satunya agama yang mengatakan bahwa Tuhan sendiri juga berseru dalam penderitaan, “Mengapa?” Dan inilah yang menguatkan kita dalam penderitaan kita. Ketika kita melihat salib Yesus Kristus dalam penderitaan kita, apakah salib memberikan kita alasan mengapa kita mengalami apa yang kita alami? Tidak. Memandang salib Yesus tidak memberi tahu kita alasan penderitaan kita. Tetapi memandang salib Yesus memberi tahu kita apa yang bukan alasannya. Tidak mungkin Tuhan tidak mencintai kita. Tidak mungkin Tuhan tidak punya rencana untuk kita. Tidak mungkin Tuhan meninggalkan kita. Karena Tuhan telah meninggalkan Yesus di kayu salib sehingga Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Saya tidak tahu mengapa anda mengalami apa yang anda alami, tetapi saya tahu persis bahwa itu tidak mungkin karena Tuhan tidak mencintai anda. Atau karena Dia tidak punya rencana, atau karena Dia tidak peduli. Tidak mungkin. Di kayu salib, Yesus mengalami penderitaan terbesar yang tidak akan pernah kita alami. Yesus kehilangan penerimaan dari satu-satunya sosok yang penerimaan-Nya penting bagi dia. Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus karena dosa-dosa kita. Jadi hari ini, ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, Allah Bapa tidak akan pernah memalingkan wajah-Nya dari kita. Dia selalu bersama kita dalam penderitaan kita. Karena Yesus telah mati untuk menebus semua dosa kita. Dan kabar baiknya adalah bahwa Yesus tidak tetap mati. Jumat Agung tidaklah agung kecuali Minggu Kebangkitan terjadi. Tetapi jangan terlalu terburu-buru. Untuk saat ini, hari masih Jumat. Tetapi hari Minggu akan tiba.

Saya akan menutup dengan kutipan yang indah dari seorang pengkhotbah Afrika-Amerika, SM Lockridge.

“Ini hari Jumat. Yesus sedang berdoa. Petrus sedang tidur. Yudas berkhianat. Tetapi hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Pilatus sedang berjuang. Dewan berkonspirasi. Kerumunan memfitnah. Mereka tidak tahu bahwa hari Minggu akan
tiba.
Ini hari Jumat. Para murid berlari seperti domba tanpa gembala. Maria menangis. Petrus menyangkal. Tetapi mereka tidak tahu bahwa hari Minggu akan
tiba.
Ini hari Jumat. Orang Romawi meng
hajar Yesus. Mereka menjubahkan dia dengan warna ungu. Mereka memahkotainya dengan duri. Tetapi mereka tidak tahu bahwa hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Yesus sedang berjalan ke Kalvari. Darahnya menetes. Tubuhnya tersandung. Dan jiwanya terbebani. T
etapi hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Dunia menang.
Manusia berdosa. Dan Iblis tersenyum. Tetapi hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Para prajurit memakukan tangan Juruselamat ke kayu salib. Mereka memaku
kan kaki Juruselamat ke kayu salib. Dan kemudian mereka menaikkan dia di samping penjahat. Tetapi hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Para murid mempertanyakan apa yang telah terjadi pada
raja mereka. Dan orang-orang Farisi merayakan bahwa rencana mereka telah tercapai. Tetapi mereka tidak tahu ini hanya hari Jumat. Hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Dia tergantung di kayu salib. Merasa ditinggalkan oleh
Bapanya. Ditinggal sendirian dan sekarat. Apakah tidak ada yang bisa menyelamatkannya? Tetapi hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Bumi berg
uncang. Langit menjadi gelap. Raja menyerahkan nyawanya. Harapan hilang. Kematian telah berhasil. Dosa telah menang. Setan tertawa. Tetapi ini hanya hari Jumat. Hari Minggu akan tiba.
Ini hari Jumat. Yesus dikuburkan. Tentara berjaga. Dan batu digulingkan ke tempatnya. T
etapi ini hanya hari Jumat. Hari Minggu akan tiba.”

Mari kita berdoa.

Discussion questions:

  1. What struck you the most from this sermon?
  2. How do you know when you experience spiritual disorientation? Give specific examples.
  3. Jesus’ death has opened access to God once and for all. What are some common reasons that stop people from coming to God with their every need?
  4. What role did the centurion play in the story of the gospel? How is his story an encouragement for us?
  5. How does the death of Jesus strengthen you in your personal struggles?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.