Kesatuan sebagai bukti kehadiran kasih Allah

20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau agar mereka juga di dalam Kita supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

24 Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau tetapi Aku mengenal Engkau dan mereka ini tahu bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;

26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

Yohanes 17:20-26.

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” Yohanes 17:20-21a.

Ketika saya lapar dan membutuhkan makan malam, pikiran langsung tertuju pada rumah makan Padang (kalau sedang di Indonesia:-) dan kemudian saya langsung pesan nasi padang complit, eeh ternyata daun singkong dan cabe hijau’nya habis…Apa reaksi saya? Kesel, kecewa? Koq rumah makan padang, bisa kehabisan daun singkong dan cabe hijau?

Pengalaman seperti kisah tsb menjadi refleksi ketika mengamati kehidupan bergereja. Seringkali orang-orang datang ke gereja untuk mencari sesuatu, ekspektasi tertentu tetapi ternyata mereka tidak menemukannya.

Orang datang ke gereja karena mendengar bahwa gereja itu penuh kasih, caring banget… eeh… bukannya kasih dan care yang dirasakan tetapi yang ada malah gossip, grup-grup’an, eksclusif, menghakimi bahkan perselisihan di dalam gereja.

  • Hingga akhirnya tidak jarang jemaat menolak ketika diajak untuk aktif dalam pelayanan. Kata mereka, “wah, enakan jadi jemaat biasa… tidak tau banyak dan hati sejahtera. Nanti kalau tau banyak, malah kecewa..”
  • Sedangkan mereka yang sudah lama di gereja, diminta menjadi gembala komsel, tidak jarang mendengar jawaban, “duuh, saya belum siap karena saya mendengar banyak grup-grup’an, saling berlomba dan berkompetisi…” Kira-kira begitulah gambaran kehidupan gereja yang dilihat oleh sebagian orang.

Gereja yang identik dengan kasih dan persatuan, ternyata justru banyak menghadapi konflik, gossip, eksclusif, menghakimi dan perselisihan.

Dalam sejarah kekristenan telah terbukti bahwa sejak perpecahan gereja barat dan timur  kemudian disusul dengan reformasi gereja, masalah perpecahan gereja sudah menjadi makanan sehari-hari.

Di Indonesia, kita menemukan ada lebih dari seratus sinode gereja. Masing-masing tentu mengklaim bahwa sinode gerejanya yang paling benar ajarannya, paling dekat dengan Tuhan, paling peduli dengan sesama dan masih banyak paling-paling lainnya.

Kalau di Sydney (New South Wales), saat ini ada lebih dari 60 gereja dengan banyak sinode juga. Dalam skala lebih kecil, kehidupan jemaat dalam sebuah gereja’pun tidak luput dari bahaya perpecahan yang bisa terjadi setiap saat.

Memperhatikan kondisi gereja yang memprihatinkan ini, mari kita mengingat kembali doa Yesus Kristus seperti yang tertulis dalam Yohanes 17:20-26.

Pada bagian ini Yesus sedang menjalani akhir kehidupanNya di dunia; sebelum Dia berdoa untuk diriNya di Getsemani, Ia berdoa untuk kesatuan murid-muridNya.

Mengapa kesatuan murid-murid begitu penting dalam pandangan Yesus Kristus?

  1. Kesatuan Merefleksikan Kesatuan Yesus Kristus dan Bapa

supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam EngkauYohanes 17:21.

  • Yesus sedang menjelaskan hubunganNya dengan Bapa; Yesus dan Bapa adalah S
  • Satu disini dipahami sebagai sebagai satu hakikat ke’allahan.
  • Dalam satu hakikat ini, ada Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Ini memang sulit dipahami secara detail tetapi setidaknya menjadi jelas bagi kita bahwa kesatuan Yesus Kristus dan Bapa adalah kesatuan hakikat.

  • Karena kesatuan Yesus dan Bapa, Yesus rindu murid-muridNya membangun kesatuan yang bersifat mendasar yaitu kesatuan hakikat.
  • Jika Yesus dan Bapa memiliki kesatuan hakikat ke’allahan, maka murid-muridNya juga harus memancarkan kesatuan hakikat.
  • Bukan hakikat ke’allahan tentunya tetapi hakikat ke’muridan. Hakikat yang sama sebagai murid Yesus Kristus.

 

Dengan kata lain, kesatuan menjadi mungkin terjadi ketika murid-muridNya mengingat hakikat mereka sebagai murid. Menjadi murid berarti berada dalam proses belajar. Meskipun para murid memiliki perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, keuangan, tingkat pendidikan, namun mereka diikat dengan satu persamaan yang mendasar yaitu hakikat sebagai murid.

Dengan pemahaman yang sama, maka jika kita mau mengusahakan persatuan di gereja, itu berarti kita harus membawa orang-orang dalam gereja menyadari bahwa mereka dipersatukan dalam hakikat yang sama yakni hakikat sebagai murid Yesus Kristus.

Bukankah salah satu penyebab perpecahan di dalam gereja adalah ketika orang tidak lagi menyadari hakikatnya sebagai murid?

Ketika ego melambung, merasa gereja bisa eksis karena keberadaan dirinya sebagai yang terpenting, entah itu perjuangannya, uang atau karena karya pelayanannya, maka orang tersebut selalu merasa lebih dari anggota-anggota lain.

Saat merasa lebih dari anggota-anggota lainnya, orang-orang di sekitarnya menjadi terlihat tidak penting dan diremehkan.

Relasi yang terbangun hanya atas dasar kepentingan-kepentingan tertentu atau agenda-agenda pribadi, bukan lagi atas dasar kasih > Itulah awal dari sebuah perpecahan.

Ada kisah tentang Muhammad Ali pada masa kejayaannya. Entah benar atau salah tetapi cerita ini sesuai dengan julukannya Si Mulut Besar. Suatu kali, ketika Ali berada dalam pesawat terbang, seperti biasa menjelang take off, pramugari memeriksa apakah para penumpang telah mengenakan sabuk pengaman. Semua penumpang sudah mengenakannya kecuali Muhammad Ali. Karena itu sang pramugari menegur dengan sopan, “Tolong kenakan sabuk pengamannya.” Ali menjawab, “anda tidak kenal saya? Saya ini Muhammad Ali. Saya ini sekuat superman. Superman tidak perlu pakai sabuk pengaman!” Pramugari itu kebingunan tetapi kemudian ia balas menjawab pada Muhammad Ali, “maaf setahu saya, superman tidak pernah naik pesawat terbang!”

  • Ego yang melambung bisa menyebabkan manusia melupakan hakikatnya.
  • Ego yang melambung bisa membuat orang Kristen lupa bahwa ia adalah seorang murid, sama seperti yang lain.

Bahkan sejak Yesus masih hidup dan berkumpul dengan para muridNya, murid-murid itu berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus berulang kali menegur dan mengingatkan bahwa yang terbesar adalah ia yang bersedia melayani yang lain.

 

  • Kesediaan melayani lahir dari kesediaan untuk menaklukkan ego yang melambung dan kembali mengingat hakikat dirinya sebagai seorang murid.
  • Kesatuan lahir ketika murid-murid Yesus menghidupi identitasnya sebagai murid.
  • Kesatuan gereja akan terwujud selama orang-orang di dalamnya terus mengingat dan menghidupi hakikat keberadaannya di dunia ini sebagai murid-murid Yesus Kristus.
  1. Kesatuan akan Meneguhkan Berita Injil tentang Kasih Allah

“… supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka” Yohanes 17:26b.

Yesus sedang berkata bahwa dalam kesatuan para murid itulah, kasih Allah akan nampak secara nyata bekerja di tengah komunitas murid-muridNya. Mengapa demikian? Karena sejarah sudah membuktikan bahwa manusia memang sulit untuk bersatu.

Dalam ribuan tahun sejarah kehidupan manusia, hanya sekitar delapan persen saja ada kedamaian, alias tidak terjadi peperangan. Selebihnya sejarah manusia diisi dengan pertikaian dan peperangan.

Jadi ketika ada satu komunitas yang bersatu erat dan akrab, maka dunia akan tahu bahwa itu terjadi bukan semata-mata karena keinginan manusia.

tu terjadi karena kasih Allah yang bekerja, dimulai dan melalui komunitas orang percaya. Kesatuan murid-murid Yesus adalah bukti tentang kehadiran kasih Allah di antara mereka.

  • Tidak gampang untuk hidup dalam kesatuan! Yaa, tidak gampang karena hidup dalam kesatuan itu pertama-tama dimulai dengan kesediaan kita menerima perbedaan-perbedaan yang ada.
  • Di dalam kasih, perbedaan menjadi dapat diterima dan ditoleransi bahkan menjadi kekuatan dan keindahan.
  • Tetapi bila hati sudah penuh kebencian, maka perbedaan akan disikapi dengan keliru dan menimbulkan banyak persoalan.

Dalam pelayanan konseling pra-nikah, sering ditanyakan kepada pasangan tersebut, “Apa yang menarik dari pasangan anda?”

Umumnya jawaban yang sering saya dengar, “Saya suka dia karena dia pendiam dan saya orangnya ramai. Jadi kloop, cocok deeh.” Tetapi setelah sekian tahun menikah, rupanya tidak gampang mengelola perbedaan dalam hubungan suami istri. Perbedaan yang awalnya dibanggakan, kini menimbulkan banyak luka hati. Yang akan kita dengar adalah “suami saya itu manusia atau patung sih bu, diam melulu. Dia membosankan!”

Dalam kasus yang berbeda, sebelum menikah, si pria berkata, “Wah calon istri saya itu melengkapi kelemahan saya. Saya sembrono sedangkan dia teliti banget orangnya. Pas!” Tetapi setelah perasaan cinta lenyap entah kemana, “Istri saya itu cocoknya jadi polisi deeh, saya di interogasi melulu. Telat sedikit ditanyain, HP saya juga diperiksa terus. Nggak tahan lagi deeh… kalau bisa tukar tambah, saya sudah tukerin tuh istri.”

Hubungan dalam gereja juga tidak jauh berbeda. Selama ada kasih yang kuat, kita bisa berkata, “Oh kami bisa menoleransi koq kalau sampai timbul perbedaan pendapat.” Tetapi bila hati sudah terluka, maka apa saja yang berbeda akan jadi alasan atau senjata untuk ‘menembak’ bahkan kalau bisa ‘menghabisi’ rekan sepelayanan.

  • Kita tidak mungkin menghindari perbedaan!
  • Tugas kita adalah memelihara kasih Allah yang bekerja didalam diri kita; di dalam keluarga dan di dalam gereja, kasih Allah akan memberi ruang untuk perbedaan yang memang ada dan yang akan ada.
  • Dengan kasih Allah, kita mampu menyikapi segala perbedaan dengan baik, mengolahnya menjadi kekuatan dan keindahan.

 

Jika keluarga dan gereja hidup di dalam kesatuan, maka orang akan melihat kehadiran kasih Allah yang menyatukan kita. Orang lain’pun tertarik dan ingin mengalami kasih tersebut.

Suatu kali ada dua orang pasien yang terbaring di sebuah kamar rumah sakit di Denpasar. Salah satu pasien itu adalah seorang Kristen dan yang lainnya bukan orang Kristen.

Pasien yang beragama Kristen sering sekali menerima kunjungan tamu. Melihat hal tersebut, pasien disampingnya yang bukan orang Kristen itu bertanya, “Wah saudara-saudara ibu banyak sekali yaa?” Ibu itu menjawab, “saya tidak punya saudara-saudara kandung di kota ini, saya hanya tinggal bersama dengan suami dan anak saya.”

Teman kamarnya itupun kembali bertanya, “Ooh begitu, jadi orang-orang yang datang silih berganti mengunjungi ibu itu bukan saudara yaa?”

Ibu itu menjawab, “Ooh kebanyakan yang datang menjenguk saya itu teman-teman saya di gereja. Yaa, bisa dikatakan mereka juga saudara, maksudnya saudara dalam iman.”

Orang yang bukan Kristen itu’pun menjawab, “Orang-orang Kristen ternyata akrab-akrab yaa, terlihat seperti keluarga. Mendengar jawaban itu, pasien yang beragama Kristen ini kemudian tersenyum sambil berkata, “Ibu berminat jadi orang Kristen?”

  • Dari Alkitab kita tau bahwa ketika orang-orang yang belum percaya kepada Yesus melihat kesatuan para murid, hati mereka menjadi terbuka untuk Injil.
  • Hari itu, ketika berita Injil diteguhkan dengan kesaksian hidup para murid tentang kasih yang nyata, hati orang banyak terbuka untuk Kristus.

Hal yang sama juga terus berlaku hingga hari ini.

Kesatuan orang percaya, kesatuan gereja, kesatuan keluarga-keluarga Kristen akan mempunyai dampak yang besar bagi segala bentuk relasi dalam dunia ini yang sarat dengan perpecahan.

Dalam peranan atau status apapun yang melekat pada diri anda, ingatlah bahwa kita ini adalah  murid Kristus.

  1. Bersediakah anda hidup dalam kesatuan sebagai murid-murid Yesus Kristus?
  2. Bersediakah anda dan saya menjadi jawaban atas doa Yesus?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.