Lebih berharga daripada emas

1 Petrus 1:3-9

3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

 

Apakah anda tahu bahwa Alkitab tidak hanya berbicara tentang kenyataan bahwa Allah memberkati anda tetapi juga bagi kita untuk memberkati Allah? Beberapa dari anda berpikir, “Ya ampun, pendeta aku sudah tidak waras. Sudah aku bilang bahwa dia semakin aneh sejak dia mulai menggunakan kacamata yang digunakan semua pendeta selebriti muda.” Tenang saudara. Kacamata saya mungkin berubah tetapi keyakinan saya masih sama. Alkitab jelas memerintahkan kita untuk memberkati Allah. Bahkan, kita sering menyanyikan lagu ini. Bless the Lord, oh my soul.” Tetapi apa yang kita maksudkan ketika kita mengatakan kita memberkati Tuhan? Apakah itu berarti kita memuji Tuhan? Terjemahan bahasa Indonesia menerjemahkan ayat 3 sebagai “Terpujilah Allah dan Bapa…” dan itu tidak salah. Gagasan tentang memberkati Tuhan memang melibatkan pujian tetapi lebih dari sekadar pujian. Jadi apa yang kita maksudkan ketika kita mengatakan memberkati Tuhan? Karena satu hal yang kita tahu, bahwa untuk memberkati seseorang biasanya mengasumsikan bahwa anda berada pada posisi yang lebih baik daripada orang yang anda berkati. Yang lebih besar memberkati yang lebih kecil. Yang mengarah pada pertanyaan, apakah kita lebih besar dari Tuhan? Mengapa Tuhan membutuhkan berkat kita? Saya tidak tahu apakah anda pernah mendengarnya sebelumnya, tetapi ada ajaran populer yang mengatakan, “Ada satu hal yang tidak dapat dilakukan Allah. Dia tidak bisa menyembah dirinya sendiri. Karena itu kita diciptakan untuk menyembah Tuhan.” Telinga saya gatal setiap kali saya mendengar orang mengatakan ini. Ada satu masalah besar dengan pengajaran ini. Ini mengasumsikan bahwa ada kekurangan pada Tuhan. Bahwa entah bagaimana tetapi Tuhan itu tidak sempurna. Bahwa Tuhan memiliki kebutuhan untuk disembah dan kita adalah orang yang dapat memenuhi kebutuhan itu dan itulah bagaimana kita dapat memberkati Tuhan. Mari saya beritahu anda dengan jelas. Ini adalah pengajaran yang salah. Tuhan Alkitab adalah Tuhan yang sempurna. Dia tidak memiliki kebutuhan sama sekali. Dia bahagia dalam dirinya sendiri. Dia tidak kekurangan dalam hal apa pun. Dia bahagia di kekekalan masa lalu; dia bahagia hari ini; dan dia akan terus bahagia di masa depan yang kekal. Tidak ada yang bisa kita berikan kepada Tuhan yang akan membuatnya lebih lengkap. Dia adalah Tuhan.

Jadi mengapa kita memberkati Tuhan? Dengarkan ini dengan seksama. Kita tidak memberkati Tuhan untuk memberi sesuatu yang tidak ia miliki tetapi kita memberkati Tuhan karena dia telah memberikan kita semua yang kita miliki. Tuhan tidak membutuhkan kita untuk memberkatinya agar dia merasa lebih baik tentang dirinya sendiri. Tuhan tidak di surga dan berkata kepada malaikat, “Gabriel, apakah kamu mendengar apa yang ROCK Sydney katakan tentang aku? Aku tidak menyadari selama ini bahwa aku ini sangat luar biasa. Wow, aku merasa lebih percaya diri dengan diriku sendiri sekarang.” Tuhan selalu merasa baik tentang dirinya sendiri baik kita mengakuinya atau tidak. Alasan kita memberkati Tuhan adalah karena kita menyatakan pada diri kita sendiri dan pada semua orang di sekitar kita semua kebaikan yang telah dia lakukan untuk kita. Memberkati Tuhan lebih dari sekadar mengatakan hal-hal yang baik tentang Tuhan. Memberkati Tuhan berarti dipenuhi dengan kekaguman dan keajaiban akan siapa Tuhan itu dan menyatakannya secara verbal. Dan inilah yang dilakukan Petrus dalam bagian pembukaan surat yang dia tulis. Dia memberkati Tuhan dan mengundang kita untuk memberkati Tuhan bersama dengan dia.

Izinkan saya memberi anda sedikit konteks penting untuk memahami ayat-ayat ini. Surat ini ditulis oleh Petrus untuk sekelompok gereja yang tersebar di seluruh Kekaisaran Romawi. Seperti yang kita ketahui, gereja-gereja di masa itu mengalami penganiayaan demi penganiayaan dan di tengah-tengah itu semua, Petrus menulis surat untuk mendorong mereka agar tidak meninggalkan Kristus. Lebih dari surat lain apa pun dalam Perjanjian Baru, 1 Petrus berbicara tentang realitas penderitaan yang dialami umat Kristus. Banyak ahli Alkitab yang percaya bahwa 1 Petrus ditulis pada masa penganiayaan umat Kristus di bawah kaisar Nero. Orang-orang Kristen disiksa dan dibunuh sebagai hiburan di Colosseum. Di seluruh Kekaisaran Romawi, orang-orang Kristen diperlakukan sebagai buronan dan kehidupan mereka tidak ada nilainya. Dan kepada kelompok orang ini, Petrus memulai suratnya dengan mengatakan, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus!” Menurut saya, Petrus bukan tidak peka terhadap kondisi para pendengarnya. Apa yang Petrus katakan adalah bahwa meskipun di tengah penganiayaan dan pencobaan, umat Kristus selalu memiliki alasan untuk memberkati Tuhan. Umat Kristus adalah sekelompok orang yang selalu kagum dan heran akan apa yang telah dilakukan Allah bagi mereka. Dan tidak ada yang bisa mengambil kebenaran ini dari mereka. Tidak ada pencobaan, tidak ada penderitaan, tidak ada kematian. Dalam keadaan apa pun, umat Kristus selalu dapat memberkati Tuhan. Hari ini, tujuan saya adalah untuk membantu kita melihat bahwa tidak peduli masalah apa yang kita alami dalam hidup saat ini, kita selalu punya alasan untuk berseru, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus!”

 

Dalam bagian ini, Petrus memberikan kita tiga alasan untuk memberkati Tuhan. Berkatilah Tuhan untuk pemberian-Nya; Berkatilah Tuhan untuk pencobaan; Berkatilah Tuhan untuk Injil.

 

 

Berkatilah Tuhan untuk pemberian-Nya

 

1 Petrus 1:3-5 – Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.

Alasan pertama kita memberkati Tuhan adalah untuk pemberian-Nya. Petrus menyebutkan tiga pemberian yang diberikan Allah kepada kita. Pertama, pemberian kelahiran baru. Ijinkan saya menjelaskan kelahiran baru untuk anda. Ketika anda menjadi seorang Kristen, anda tidak hanya mempercayai serangkaian kepercayaan baru, tetapi anda menjadi sosok yang baru total. Anda yang lama telah mati dan anda adalah ciptaan baru. Yesus menyebutnya sebagai ‘dilahirkan kembali.’ Jadi detak jantung kekristenan bukanlah tentang menjadi orang yang lebih baik tetapi orang yang benar-benar baru. Satu saat anda adalah musuh Tuhan, saat berikutnya anda adalah putra dan putri Tuhan. Anda mengalami kelahiran baru. Biarkan saya memberi tahu anda bahwa kelahiran baru adalah sebuah misteri besar. Sulit dijelaskan. Tapi satu hal yang kita tahu pasti. Kita dulunya mati tapi sekarang kita hidup. Kita dulunya buta tetapi sekarang kita melihat. Kita dulunya membenci Tuhan, tetapi sekarang kita mengasihi Tuhan. Ada transformasi radikal yang terjadi di dalam diri kita yang hanya bisa dijelaskan sebagai kelahiran baru.

Tetapi inilah yang menakjubkan. Anda tidak berkontribusi apa pun terhadap kelahiran baru anda. Petrus dengan jelas menulis bahwa Tuhanlah yang telah menyebabkan kita dilahirkan kembali. Kita tidak dapat memilih apakah kita ingin dilahirkan kembali atau tidak. Itu adalah pekerjaan Tuhan semata-mata. Ini mirip dengan kelahiran jasmani kita. Saya lahir pada tanggal 4 Januari di tahun yang belum lama berlalu. Saya lahir di Denpasar Bali, Indonesia. Papi saya adalah Semuel Jusuf dan mami saya adalah Lydia Benyamin. Saya dapat memberi tahu anda fakta-fakta dasar tentang kelahiran saya. Tapi saya tidak berkontribusi apa-apa dalam itu semua. Saya tidak memutuskan untuk dilahirkan pada tanggal 4 Januari di Denpasar karena angka 4 adalah angka kaki meja. Saya juga tidak memilih untuk menjadi putra papi dan mami saya. Saya tidak memilih menjadi orang Asia dengan mata sipit. Saya dilahirkan seperti ini karena karya orang tua saya. Suatu malam mereka lagi bosan dan mereka melakukan apa yang suami dan istri lakukan ketika mereka lagi pengganguran di malam hari, dan voila, 9 bulan kemudian muncullah saya. Saya tidak berkontribusi apa pun pada kelahiran alami saya. Dan dengan cara yang sama, saya tidak berkontribusi apa pun pada kelahiran baru saya. Itu adalah karya Tuhan sendiri. Tuhan adalah sosok yang telah menyebabkan kita dilahirkan kembali. Kita perlu mengerti ini dengan benar karena banyak orang Kristen yang salah mengerti. Kita tidak dilahirkan kembali karena kita menjadi orang Kristen. Kita menjadi orang Kristen karena Allah telah menyebabkan kita dilahirkan kembali. Ini seperti memiliki sertifikat akta kelahiran. Yang mana yang lebih dulu? Kelahiran anda atau akta kelahiran anda? Akta kelahiran anda tidak menyebabkan anda dilahirkan tetapi akta itu menunjukkan bahwa anda dilahirkan. Kita menjadi orang Kristen karena Allah telah menyebabkan kita dilahirkan kembali. Ini adalah pekerjaan Tuhan semata–mata.

Tapi tidak hanya itu. Petrus tidak hanya menulis bahwa Tuhanlah yang telah menyebabkan kita dilahirkan kembali, tetapi dia juga memberi tahu kita mengapa Tuhan melakukannya. Alasan Tuhan menyebabkan kita dilahirkan kembali adalah karena rahmat-Nya saja. Ini sangat penting. Salah satu alasan utama mengapa kita tidak terkagum dan memberkati Tuhan untuk kelahiran baru kita adalah karena kita tidak memahami bahwa kelahiran baru kita adalah pekerjaan Tuhan semata yang dimotivasi hanya oleh rahmat Tuhan yang besar. Susah bagi kita untuk mencerna ini karena anda dan saya hidup dalam budaya “earning and deserving” atau “layak dan pantas”. Kita percaya bahwa untuk kita bisa mendapatkan sesuatu, kita terlebih dahulu harus berusaha dan menjadi pantas untuk mendapatkannya. Rahmat itu tidak alami bagi kita. Biarkan saya memberi anda dua contoh dari hidup saya. Anda boleh setuju atau tidak setuju dengan saya, tetapi menurut saya, saya ini lumayan gentleman. Jadi ketika saya berjalan di depan anda dan ada pintu di depan kita, saya sering kali akan membukakan pintu itu untuk anda. Dan karena saya adalah pendeta anda, sebagian besar dari anda akan acknowledge saya untuk melakukan hal itu. Saya mengatakan sebagian besar, tidak semua. Dan saya ingat siapa yang tidak acknowledge saya. Tetapi saya baik-baik saja dengan hal itu karena saya adalah pendeta saudara. Tetapi ketika saya membuka pintu untuk orang asing dan mereka tidak mengakui saya, itu cerita yang berbeda. Saya akan berkata, Sama-sama.” Namun dalam hati. Mengapa? Karena saya merasa saya layak untuk diakui karena saya sudah membukakan pintu. “Aku tidak kenal kamu dan aku tentu tidak berkewajiban untuk membuka dan menahan pintu untuk kamu tetapi aku lakukan itu semua. Dan kamu tidak memiliki kesopanan untuk mengucapkan terima kasih? Huh?” Oke, bagaimana dengan yang ini. Ketika saya membiarkan mobil lain masuk ke jalur saya. Kalau anda telah menyetir selama lebih dari setahun, anda tahu apa yang saya maksudkan. Jika anda berada di jalur yang salah dan saya cukup baik untuk membiarkan anda masuk ke jalur saya, anda sebaiknya memberi saya apa yang pantas saya dapatkan. Maksud saya, saya tidak perlu banyak. Anda tidak perlu menurunkan jendela, menjulurkan kepala dan mengucapkan terima kasih. Yang saya butuhkan hanyalah anda menunjukkan jari-jari anda melalui jendela selama 1 detik atau melambai kepada saya melalui kaca spion anda. Itu saja. Tetapi jika anda tidak memberi saya itu, saya akan menekan tombol rewind di ingatan saya, kembali ke waktu sebelum anda memasuki jalur saya, dan saya tidak akan membiarkan anda masuk. Berapa banyak dari anda yang tahu apa yang saya maksudkan? Kita secara naluri adalah makhluk yang beroperasi dengan mentalitas layak dan pantas.

Tetapi Petrus tidak bisa lebih jelas. Kita tidak melakukan apa pun untuk layak mendapatkan atau pantas menerima kelahiran baru kita. Faktanya, kita adalah musuh Tuhan. Kita memang layak mendapatkan sesuatu. Kita layak mendapatkan neraka karena kita memberontak melawan Allah yang mahakuasa. Kita memang pantas menerima hukuman kekal karena kita berdosa terhadap Allah yang kudus. Tetapi Tuhan memiliki agenda yang berbeda. Bukannya memberi kita apa yang pantas kita terima, dia memberikan kita rahmat. Dan bukan hanya rahmat tetapi rahmat yang besar. Karena rahmat-Nya yang besar, Allah telah menyebabkan kita dilahirkan kembali. Dia mengubah musuh-musuh Allah menjadi putra dan putri Allah. Dia mengampuni kita dari dosa kita dan menjadikan kita baru. Karena itu, sekarang Petrus berkata, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali.” Saya tidak tahu bagaimana dengan anda tetapi ketika saya tahu apa yang pantas saya dapatkan tetapi saya tidak mendapatkannya, dan saya tahu apa yang tidak pantas saya dapatkan, tetapi saya mendapatkannya, jiwa saya ingin berseru kepada Tuhan, “Terpujilah nama TUHAN!” Salah satu alasan utama mengapa kita tidak terkagum-kagum kepada kelahiran baru kita adalah karena kita gagal memahami bahwa itu semua adalah pekerjaan Allah semata yang dimotivasi oleh belas kasihan Allah semata. Kita sama sekali tidak pantas menerimanya, tetapi Allah tetap melakukannya karena rahmat-Nya yang besar.

 

Pemberian kedua yang kita terima dari Tuhan adalah pengharapan yang hidup. Alkitab Indonesia salah menerjemahkannya dengan menulis “hidup yang penuh pengharapan.” Translasi yang benar adalah “pengharapan yang hidup.” Kita semua menaruh harapan pada sesuatu. Kita adalah makhluk harapan. Kita tidak bisa hidup tanpa harapan. Hidup kita didorong oleh harapan. Dan apa pun harapan anda pasti membentuk cara hidup anda. Katakanlah saya mempekerjakan 2 orang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang sama persis. Tugas mereka adalah menelpon setiap anggota gereja ini setiap minggu dan mencari tahu bagaimana keadaan mereka masing-masing. Jadi mereka harus menelepon antara 150 hingga 200 orang setiap minggu dan berbicara dengan mereka masing-masing tentang apa yang terjadi dalam hidup mereka. Kamu bertengkar dengan suamimu? Oh tidak, apa yang terjadi? Oh benarkah? Dia melakukan itu? Itu pasti buruk. Itu sebabnya Paulus berkata lebih baik untuk kamu tetap melajang. Ijinkan aku berdoa untuk kamu dan suamimu.” “Anak-anakmu membuatmu sakit kepala? Aku pikir kamu perlu memukul mereka. Itu melanggar hukum? Tidak apa-apa tidak ada yang perlu tahu. Biarkan aku berdoa untuk kamu.” Bayangkan melakukan percakapan ini dengan 200 orang. Ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan dan membosankan. Pekerjaannya adalah 50 jam per minggu, tidak ada bonus, tidak ada liburan, tidak ada benefit. Tetapi saya membayar satu orang $40,000 setahun, dan yang lain $4 juta setahun. Salah satu dari mereka akan berkata, “Aku tidak tahan lagi. Pekerjaan ini membunuhku pelan pelan. Aku tidak menyadari bahwa orang Kristen memiliki begitu banyak sampah dalam kehidupan mereka. Aku ingin berhenti.” Selamat datang di kehidupan pendeta. Tetapi yang satu lagi mengatakan, “Ini pekerjaan yang sulit tetapi aku tidak keberatan sama sekali. Aku tidak punya masalah sama sekali dengan pekerjaanku.” Mengapa? Karena yang satu berpikir bahwa mereka akan mendapatkan $40,000 dan yang satu berpikir bahwa mereka akan mendapatkan $4 juta. Mereka berdua memiliki pengalaman yang sama tetapi karena harapan mereka berbeda, satu tidak sanggup melewatinya dan yang satu santai- santai saja. Di mana anda menaruh harapan anda akan secara radikal mengubah perspektif anda dalam hidup.

Kita semua menaruh harapan pada sesuatu atau seseorang. Beberapa dari kita menaruh harapan kita pada pasangan kita, beberapa pada anak-anak, beberapa pada bisnis, beberapa pada kecantikan. Dan itu bukan hal-hal buruk. Itu adalah hal yang baik. Tetapi satu hal yang pasti, jika anda hidup cukup lama, anda akan kehilangan semua hal itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang bertahan. Mereka semua sedang dalam proses kematian. Jika anda tidak percaya kepada saya, nanti ketika anda berusia di atas 40, lakukan tantangan 20 tahun dan bandingkan gambarnya. Anda akan menyadari dengan sangat cepat bahwa anda sedang dalam proses masuk tanah. Anda mungkin dapat memperpanjang kecantikan luar anda selama beberapa tahun ekstra dengan pergi ke Korea, tetapi pada akhirnya grafiti akan menang atas anda. Tidak peduli berapa sering muka itu ditarik, akan tiba waktunya muka itu akan jatuh. Setiap harapan alami di dunia ini akan mati dan itu akan mengecewakan anda. Tapi ini kabar baiknya. Umat Kristus, kita telah diberikan pengharapan yang hidup. Harapan kita tidak mati tetapi harapan kita hidup. Ada suatu waktu di mana harapan kita mati. Mereka menyebutnya Jumat Agung. Petrus berpikir semua harapan telah hilang. Tuannya telah disalibkan dan itulah akhir cerita. Tidak ada masa depan baginya. Tetapi tiga hari kemudian, sesuatu yang supranatural terjadi. Tubuh itu menghilang dari kubur. Orang-orang mulai mengarang cerita tentang bagaimana para murid mencuri tubuh sang Guru pada malam hari. Tapi Petrus mengerti. Petrus melihat tuannya mati. Petrus melihat kubur yang kosong. Tetapi tidak hanya itu, Petrus juga melihat Kristus yang telah bangkit. Harapannya sudah mati tetapi kematian tidak bisa menahannya. Pada hari Minggu pagi, Yesus bangkit dari kematian dan melalui kebangkitan-Nya, Petrus mengatakan bahwa kita sekarang memiliki harapan yang hidup. Kita memiliki harapan yang hidup dan tidak akan mati. Saat ini, harapan kita sedang duduk dan memerintah di sebelah kanan Allah Bapa. Kita memiliki harapan yang hidup karena kita memiliki Juruselamat yang bangkit yang mengalahkan kematian. Segala sesuatu yang lain dapat diambil dari kita tetapi harapan kita di dalam Kristus akan selamanya hidup. Itulah sebabnya apapun keadaan yang kita hadapi dalam hidup, kita akan selalu memiliki harapan. Karena harapan kita tidak ada dalam keadaan tetapi harapan kita ada di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dan sebab dia hidup, ada hari esok. Sebab dia hidup, ku tak gentar. Karena ku tau dia pegang hari esok. Hidup jadi berarti sebab dia hidup.”

 

Pemberian ketiga yang kita terima dari Tuhan adalah warisan yang dijamin. Petrus berkata bahwa kita diberikan warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak layu. Saya suka kata-kata ini. Tidak dapat binasa berarti bahwa warisan ini tidak akan mengalami pembusukan, tidak cemar berarti tidak ternodai oleh dosa, dan tidak layu berarti bahwa warisan ini tidak akan pernah kehilangan nilainya. Segala sesuatu yang anda miliki dan akan miliki di dunia ini akan mengalami pembusukan, dinodai oleh dosa dan akan kehilangan nilainya. Apa yang bernilai satu juta dolar saat ini mungkin tidak bernilai apa pun dalam beberapa ratus tahun kedepan. Tetapi warisan yang disiapkan Allah untuk kita sangat berbeda. Itu tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak layu. Itu adalah sesuatu yang abadi dan berharga selamanya. Dan warisan itu sudah siap sekarang. Kita belum memilikinya, itu sebabnya itu disebut warisan, tetapi warisan itu sudah siap. Warisan kita sudah siap, menunggu kita di surga. Petrus mengatakan bahwa warisan kita disimpan di surga untuk kita.

Sekarang, perhatikan apa yang dikatakan Petrus berikutnya karena ini sangat indah. Siapa yang menyimpan warisan kita? Ini bukan pertanyaan yang sulit. Jelaslah bahwa Tuhanlah yang menjaga warisan kita untuk kita di surga. Pertanyaan saya, jika Tuhan yang menjaga warisan kita, siapa yang bisa merebutnya? Sekali lagi, ini bukan pertanyaan yang sulit. Tidak ada yang bisa merebut warisan kita dari Tuhan. Tuhan menjaga warisan kita tetap aman untuk kita. Tetapi Petrus tidak berhenti di situ. Karena warisan kita mungkin aman di surga, tetapi bagaimana dengan kita? Apakah ada jaminan bahwa kita akan menerima warisan kita? Oh ya ada. Perhatikan apa yang dikatakan Petrus. Petrus mengatakan bahwa saat ini kita sedang dipelihara oleh kuasa Tuhan. Ini indah. Kata dipelihara secara harfiah berarti diawasi dengan cermat. Jadi sekarang, Tuhan dalam kekuasaan-Nya dengan hati-hati mengawasi anda dan saya. Ini seperti memiliki Bruce Lee sebagai body guard pribadi anda tetapi bahkan lebih baik. Bruce Lee perlu istirahat, tetapi Tuhan tidak. Tuhan dalam kuasa maha kuasa-Nya dengan hati-hati mengawasi anda 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Karena itu, anda tidak akan gagal menerima warisan anda. Perhatikan ini. Tuhan yang menjaga warisan kita untuk kita adalah Tuhan yang sama yang menjaga kita untuk warisan kita. Sama seperti warisan kita aman di surga, kita dijamin akan menerima warisan itu. Dan Tuhanlah yang menjaminnya dengan kekuatannya. Tuhan tidak hanya memberi tahu kita bahwa kita memiliki warisan dan menyerahkan semuanya kepada kita untuk memastikan kita mendapatkannya. Tuhan memastikan bahwa kita akan menerima warisan kita. Tidakkah anda ingin lebih memberkati Tuhan? Tuhan itu luar biasa.

Tapi lihat bagaimana cara Allah menjaga kita untuk warisan kita. Petrus berkata bahwa kita dilindungi oleh kuasa Allah karena iman. Ini sangat penting. Ya Tuhan menjamin bahwa kita akan menerima warisan kita tetapi dia melakukannya dengan mempertahankan iman kita. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa begitu anda menerima Kristus, tidak peduli bagaimana anda hidup, anda akan pasti menerima warisan anda. Itu bukan Alkitab. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa jika anda benar-benar menerima Kristus, maka Allah akan menopang iman anda sampai akhir. Tuhan akan memperkuat iman anda. Iman anda tidak akan gagal. Anda akan setia kepada Yesus. Itu tidak berarti bahwa anda tidak akan pernah gagal tetapi itu berarti bahwa ketika anda gagal, iman anda kepada Kristus tidak akan gagal. Petrus mengerti sekali akan hal ini. Pada malam sebelum penyaliban, Yesus memberi tahu Petrus bahwa ia akan menyangkal Yesus tiga kali. Dan pada saat itu, Petrus akan merasa seperti semua harapan hilang. Tetapi dengarkan apa yang Yesus katakan. Lukas 22:31-32 – “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Tuhan tidak akan gagal menjaga kita untuk warisan kita tetapi dia melakukannya dengan mempertahankan iman kita. Kita tidak akan gagal untuk menerima penyelesaian keselamatan kita, pemuliaan kita, karena kuasa Allah terus bekerja untuk mempertahankan iman kita.

 

 

Berkatilah Tuhan untuk pencobaan

 

1 Petrus 1:6-7 – Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Kita tidak hanya memberkati Tuhan untuk pemberian-Nya, tetapi kita juga memberkati Tuhan untuk pencobaan. Petrus berkata bahwa kita bersukacita untuk pemberian Allah, tetapi kita juga bersukacita untuk pencobaan. Namun Petrus juga mengatakan bahwa kita berdukacita oleh berbagai-bagai cobaan. Jadi Petrus tidak mengatakan, “Aku ingin kamu bahagia dan tidak sedih sama sekali ketika kamu menghadapi cobaan.” Bukan itu yang dia katakan. Petrus mengakui kenyataan bahwa ketika kita menghadapi berbagai cobaan, kita akan bersedih. Itu normal. Ada ruang untuk kesedihan. Namun pada saat yang sama, kita bersukacita. Jadi ini bukan bersedih terlebih dahulu dan kemudian bersukacita nanti. Tidak. Ini adalah kesedihan dan kegembiraan pada saat bersamaan. Kita tidak bersukacita sewaktu kita sudah melewati pencobaan, tetapi kita bersukacita di dalam pencobaan. Inilah kehidupan keKristenan. Berjalan bersama Yesus sering kali melibatkan sukacita besar dan rasa sakit yang dalam pada saat yang bersamaan. Kita berdukacita karena pencobaan itu menyakitkan, tetapi kita bersukacita karena kita tahu bahwa Tuhan menggunakan pencobaan untuk mempertahankan iman kita. Karena yang saya tahu tentang kita adalah begini. Meskipun kita adalah orang Kristen, kita mudah tergoda untuk menaruh harapan kita pada hal-hal lain di samping Allah. Kita menaruh harapan kita pada hal-hal yang akan mengecewakan kita dan bukan pada harapan yang hidup. Dan Tuhan dalam kasih-Nya harus mengungkapkan hal itu kepada kita melalui pencobaan. Cobaan mengungkapkan di mana kita menaruh harapan kita. Ada tujuan untuk pencobaan yang Tuhan kirimkan kepada kita. Itu tidak acak. Itu sebabnya Petrus di terjemahan Inggris berkata, if necessary.” Tuhan hanya mengirim cobaan jika perlu. Itulah sebabnya kita memberkati Tuhan untuk pencobaan karena pencobaan dirancang untuk kebaikan kita.

Biarkan saya menceritakan sebuah kisah. Seorang suami dan istri datang menemui seorang konselor Kristen. Keduanya adalah orang percaya, keduanya mencintai Yesus, dan keduanya memiliki masalah. Sang suami menjelaskan, “Hidupku berantakan. Bisnis aku tidak berjalan baik. Karier aku tidak beranjak ke mana-mana. Pencobaan terlalu banyak untuk aku. Aku rasa aku tidak bisa menghadapinya lagi.” Dan istrinya berkata, “Sayang, sayang. Tidak apa-apa sayang. Tuhan yang mengatur itu semua. Yang kita perlu hanyalah mempercayai dia.” Kemudian konselor bertanya kepada istri, “Lalu apa permasalahanmu? Kamu tampaknya baik-baik saja menangani masalah ini.” Sang istri mulai berbicara dan menangis, Aku sedang depresi. Hidupku berantakan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan anak-anakku. Aku melakukan semua yang aku bisa, tetapi aku tidak bisa membantu mereka.” Dan sekarang sang suami berkata kepada istrinya, “Sayang, sayang. Tidak apa-apa sayang. Tuhan yang mengatur itu semua. Yang kita perlu hanyalah mempercayai dia.”

Apakah anda melihat apa yang terjadi? Mereka berdua peduli tentang pekerjaan dan mereka berdua mengasihi anak-anak mereka. Dan mereka percaya pada Tuhan. Tetapi sang suami menaruh harapannya dalam pekerjaannya sementara sang istri menaruh harapannya pada anak-anaknya. Meskipun kita percaya kepada Yesus, saat pencobaanlah yang akan mengungkapkan kepada kita di mana harapan utama kita berada. Jika harapan anda ada dalam hal lain selain Yesus, anda akan berduka dan hancur ketika hal itu diambil dari anda. Tidak akan ada sukacita. Tetapi jika harapan anda adalah harapan yang hidup, jika harapan anda ada di dalam Yesus, maka kesedihan mendalam yang anda alami juga akan menghasilkan sukacita yang dalam. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena apa yang Petrus katakan selanjutnya. Pencobaan dirancang untuk membuktikan kemurnian iman anda yang lebih berharga daripada emas. Emas adalah simbol barang yang sangat berharga. Untuk menjadikan emas itu lebih berharga, mereka akan menaruh emas itu melalui api untuk membakar semua kotoran yang menempel pada emas. Dan inilah yang pencobaan lakukan bagi iman kita. Pencobaan menyingkirkan kotoran dalam iman kita. Pencobaan membakar kebenaran diri kita sendiri dan harapan palsu dan mendorong kita kepada Yesus. Bukankah benar bahwa pengalaman termanis anda dengan Yesus terjadi dalam pencobaan yang sangat menyiksa anda? Tuhan memurnikan iman anda karena iman yang tulus jauh lebih berharga daripada emas. Mengapa iman yang murni jauh lebih berharga daripada emas? Karena suatu waktu emas akan kehilangan nilainya. Akan tiba harinya dimana emas tidak lagi berharga. Tetapi iman bernilai kekal. Iman yang murni akan membawa anda kepada warisan yang kekal. Dan dengan memurnikan iman anda, Allah sedang menopang iman anda sampai akhir.

Dan apa hasil dari permurnian iman kita? Ini sangat indah. Petrus berkata, “sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Sekarang, izinkan saya mengaku bahwa saya selama ini salah memahami ayat ini. Saya selalu berpikir bahwa ayat ini berarti bahwa kemurnian iman kita akan menghasilkan Allah menerima pujian, kemuliaan dan kehormatan yang seharusnya. Dan itu tidak salah. Kebenaran ini dinyatakan di seluruh Alkitab. Tetapi saya terkejut ketika saya membaca komentari Alkitab di bagian ini. Ternyata selama ini saya salah. Kemudian saya membaca komentari Alkitab yang lain, dan saya salah lagi. Semua komentari yang saya baca, memberikan dua makna pada frasa ini atau mereka cenderung ke makna yang berbeda dari yang saya mengerti sebelumnya. Dan saya pikir mereka benar. Alkitab Indonesia menejemahkan bagian ini dengan baik. Apa yang ada dalam pikiran Petrus di sini bukanlah kemuliaan, pujian, dan kehormatan yang pada akhirnya akan kita berikan kepada Allah. Tetapi sebaliknya. Ini berbicara tentang kemuliaan, kehormatan dan pujian yang akan kita peroleh dari Tuhan. Tuhan semesta alam akan berkata kepada anda di akhir semuanya, “Bagus, hamba yang baik dan setia. Masuklah ke dalam kebahagiaan tuanmu. Aku akan memberimu pakaian pujian. Aku akan menghormatimu. Dan aku akan menyelubungimu dengan kemuliaan. Kamu akan memerintah bersama aku selamanya di kerajaan yang kekal.” Bayangkan itu! Tujuan dari pencobaan adalah agar Allah dapat menopang iman anda sampai akhir dan memberi anda pujian, kemuliaan dan kehormatan saat kedatangannya yang kedua kali. Itulah sebabnya kemurnian iman lebih berharga daripada emas. Satu-satunya respons alami terhadap kebenaran yang begitu indah adalah kita memberkati Tuhan.

 

 

Berkatilah Tuhan untuk Injil

 

1 Petrus 1:8-9 – Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Di sini, Paulus menunjukkan tanda-tanda orang Kristen sejati. Umat Kristus adalah mereka yang mengasihi Kristus. Umat Kristus adalah mereka yang percaya kepada Kristus. Umat Kristus adalah mereka yang bersukacita dalam sukacita Kristus. Tapi inilah yang menarik. Kita mencintainya, percaya padanya, dan bersukacita dalam dia, meskipun sekarang kita tidak melihat dia. Dalam hal ini, Petrus sedikit berbeda dari kita. Dia melihat Yesus. Dia tinggal bersama Yesus. Dia mengalami Yesus secara langsung. Tetapi Petrus yang sama mengatakan bahwa kita dapat mencintai, percaya, dan bersukacita di dalam Yesus tanpa melihat dia dengan mata jasmani kita. Bagaimana?

Ingat kisah Tomas? Saya selalu merasa kasihan pada Tomas. Dia mengikuti Yesus dengan setia selama 3 tahun dan dia hanya mengalami satu hari buruk ketika dia meragukan Yesus, dan dia selamanya dikenal sebagai Tomas sang peragu. Jadi ketika Yesus telah bangkit, ia muncul di sebuah ruangan yang penuh dengan para murid. Awalnya para murid takut melihat Yesus, tetapi kemudian mereka dipenuhi dengan sukacita. Tuan mereka telah mengalahkan maut dan hidup kembali. Namun, Tomas tidak ada di sana. Mungkin dia lagi menyetir kereta, kita tidak tahu. Ketika Tomas kembali, semua murid memberi tahu dia, Kami telah melihat Yesus. Yesus ada di sini.” Tetapi Tomas ragu. Tomas menjawab, “Kecuali aku melihatnya dengan mataku sendiri dan meletakkan jari aku pada bekas paku di tangannya, aku tidak akan percaya.” Seminggu kemudian, Yesus muncul lagi dan berkata kepada Tomas, “Yo Tom, aku dengar kamu tidak akan percaya padaku kecuali kamu melihatku dengan matamu sendiri dan meletakkan jarimu di tanganku. Ini tanganku. Sentuhlah.” Dan segera Thomas menjawab, “Tuhanku dan Allahku.” Tetapi dengarkan apa yang Yesus katakan selanjutnya. Yohanes 20:29 – Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Ada berkat bagi mereka yang belum melihat namun percaya.

Bagaimana? Bagaimana kita bisa percaya apa yang tidak kita lihat? Dan mengapa kita diberkati? Hanya ada satu jawaban. Melalui Injil. Di dalam dan melalui Injil, Allah membuka mata hati kita untuk melihat keindahan Kristus yang sesungguhnya yang tidak dapat dilihat oleh mata jasmani. Anda dapat melihat Yesus dengan mata jasmani anda dan tidak melihat keindahannya. Inilah yang terjadi pada orang-orang Farisi. Tetapi ada penglihatan yang lain yang mampu memikat hati anda dengan keindahan Kristus tanpa melihatnya dengan mata jasmani. Paulus mengatakannya seperti ini, 2 Korintus 4:6 – Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Melalui Injil, anda dapat melihat Yesus dengan cara yang jauh lebih baik daripada mereka yang melihat Yesus secara langsung.

Jadi apa yang kita lihat dalam Injil? Dalam Injil kita melihat Allah yang penuh dengan rahmat. Dalam Injil, kita melihat Allah yang menyebabkan kelahiran baru yang mengubah pemberontak menjadi putra dan putri kerajaan. Dalam Injil, kita melihat Allah yang tidak beroperasi berdasarkan jasa tetapi berdasarkan kemurahan-Nya semata. Dalam Injil, kita melihat Allah yang mengalahkan maut dan menjadi harapan yang hidup bagi umat-Nya. Dalam Injil, kita melihat Allah yang mempersiapkan warisan bagi umat-Nya dan menjaganya tetap aman di surga. Dalam Injil, kita melihat Allah yang dengan kuasa-Nya yang maha kuasa mengawasi anak-anak-Nya untuk memastikan mereka akan menerima warisan mereka. Dalam Injil, kita melihat Allah yang menopang iman umat-Nya sampai akhir. Dalam Injil, kita melihat Allah yang merancang pencobaan bagi umat-Nya, bukan untuk menghancurkan mereka tetapi untuk memurnikan iman mereka sehingga iman mereka dapat terbukti murni dan lebih berharga daripada emas. Dalam Injil, kita melihat Allah yang merancang sukacita dan kesedihan berjalan secara bersamaan. Dalam Injil, kita melihat Allah yang menyambut anak-anak-Nya dan memberi mereka kemuliaan, pujian, dan kehormatan yang adalah miliknya. Dalam Injil, kita melihat Allah yang sangat mengasihi umat-Nya sehingga dia menuliskan kisah cintanya dan memasukkannya ke dalam sebuah buku yang disebut Alkitab. Dalam Injil, Allah membuka mata umat-Nya untuk melihat keindahan-Nya meskipun mereka belum pernah melihat dia. Dalam Injil, Allah mempersiapkan sukacita yang melampaui kata-kata dan dipenuhi dengan kemuliaan. Dalam Injil, Allah adalah sosok yang memberikan iman. Dalam Injil, Allah adalah sosok yang menopang iman. Dalam Injil, Allah adalah sosok yang menyempurnakan iman. Semua itu untuk mengatakan, kisah Injil dimulai dengan Allah dan berakhir dengan Allah. Kisah anda dan kisah saya terjamin karena Allah adalah sosok yang memulai dan menyelesaikan kisah kita. Inilah Injil.

 

Dan saya akan mengakhiri khotbah dengan poin satu ini. Saya tidak punya waktu untuk berkhotbah tentang ayat 10 sampai 12 tetapi saudara nanti baca di rumah. Jika anda mengikuti pembacaan Alkitab harian kami, maka anda telah membaca beberapa buku Perjanjian Lama. Kita telah menemukan pahlawan-pahlawan besar dalam Alkitab seperti Abraham, Yusuf, dan Musa. Dan kita akan bertemu banyak lagi. Dan Petrus berkata bahwa para pahlawan dan nabi yang datang sebelum kita, apakah anda tahu apa yang mereka katakan? Mereka berharap mereka adalah kita! Bisakah anda bayangkan itu? Mereka menemukan bahwa alasan kehidupan mereka adalah untuk melayani kita, untuk membantu kita melihat kelengkapan kisah Injil. Yang mereka bisa lihat dalam hidup mereka hanyalah sekilas tentang kabar baik bahwa Kristus akan datang dan menggenapi semua janji. Tetapi hari ini, kita memiliki pemenuhan itu semua. Kita memegangnya di tangan kita. Kita memiliki kisah lengkap tentang Injil. Sungguh suatu hak yang sangat istimewa. Dan tidak hanya itu, Petrus menulis bahwa bahkan para malaikat ingin untuk melihat Injil. Kata ingin di sini berasal dari kata gairah. Malaikat bergairah melihat Injil. Bisakah anda bayangkan itu? Maksud saya, para malaikat sudah ada untuk berapa lama? 1 miliar tahun? Saya tidak tahu. Tapi mereka tidak pernah bosan untuk melihat Injil. Mereka ingin melihatnya lebih lagi. Sangat mengejutkan pikiran mereka bagaimana Tuhan mereka, Raja mereka, Tuhan yang mulia, berdaulat dan agung, menulis sebuah kisah di mana ia memberikan hidupnya untuk hidup kita. Di mana dia menukarkan kebenarannya dengan dosa-dosa kita. Di mana dia mengambil seorang pemberontak seperti anda dan saya, dan memahkotai kita dengan kemuliaan, kehormatan dan pujian. Berkatilah Tuhan untuk Injil.

Kapan terakhir kali hati kita terpikat oleh Injil? Kapan terakhir kali kita mendengar Injil dan menjawab dengan perkataan, “Terpujilah Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus”? Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk menatap lagi pada Injil dan melihat sendiri sesuatu apa tentang Injil yang membuat para malaikat bergairah melihatnya. Biarlah kita tidak pernah kehilangan dan melupakan keajaiban Injil.

 

 

Discussions:

 

  1. Apa artinya untuk “Memberkati Tuhan”?
  2. Apa yang Petrus maksudkan dengan “dilahirkan kembali”? Ceritakan pengalaman “lahir baru” saudara.
  3. Baca ayat 4 dan 5 dengan seksama. Jaminan apa yang dimiliki umat Kristus akan warisan and pewaris dari warisan?
  4. Jelaskan peran “iman” dalam kehidupan kekristenan.
  5. Salah satu pengalaman termanis anda dengan Yesus terjadi di tengah pencobaan yang menyakitkan. Setuju atau tidak setuju? Bagikan cerita anda.
  6. Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Jelaskan bagaimana ayat ini bisa diaplikasikan untuk kita dan mengapa sangatlah penting bagi kita untuk “memandang” Injil.
  7. Apa yang sering kali menghentikan kita untuk terpesona dengan Injil? Pikirkan SATU langkah yang anda bisa lakukan supaya anda lebih serius dengan Injil. Tuliskan dan lakukan satu langkah itu minggu ini.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.