Mazmur 23 ayat 3

Mazmur  23:1-6

Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.  Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

 

“Ia menyegarkan jiwaku”

Ayat 3 berkata “Ia menyegarkan jiwaku” dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “restore” (Shub, bahasa Ibrani) yang berarti “dikembalikan kepada posisi yang semula”.

 

“Mengembalikan kepada posisi yang semula” ada kaitannya dengan “menyegarkan jiwaku”. Pada saat Tuhan mengembalikani berkat kita kepada posisi yang semula, maka ini akan menyegarkan jiwa kita.

 

Menurut hasil penelitian saya, Raja Daud pada saat menulis kitab Mazmur 23, tidak berada dalam keadaan yang baik (diberkati). Kitab Mazmur 23 ini ditulis pada saat Raja Daud sedang menghadapi pemberontakan dari Absalom, putra sulungnya, yang dia kasihi. Seperti tertulis dalam kitab 2 Samuel 15, Raja Daud menghindar dari Absalom dengan meninggalkan kerajaannya, walaupun Raja Daud dapat dengan mudah mengalahkan Absalom dengan kekuatan dan kegagahan panglima perang yang ia miliki. Namun karena kasihnya kepada Absalom, Raja Daud rela keluar dari kenyamanannya (Comfort Zone) dan lari ke padang gurun Manahaim (2 Sam 17:24).

 

2 Sam 17:29 juga menggambarkan keberadaan Raja Daud dan pengikutnya yang lapar, haus dan tertekan oleh keadaan ini. Di padang gurun Manahaim inilah, Raja Daud menulis kitab Mazmur 23. Dia merenungkan bagaimana Tuhan menyegarkan jiwanya. Jiwa terdiri atas; pikiran, perasaan dan kehendak. Dalam hal ini, Raja Daud mengalami penyegaran dan pembaharuan dalam jiwanya bukan hanya secara jasmani saja.

 

2 Korintus 4:16 “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Dibaharui dalam bahasa Yunani adalah “Kainos” yang mempunyai arti diperbaharui dengan keadaan yang baru dan berbeda setiap hari. Untuk mengalami pembaharuan (Kainos) ini diperlukan pembaharuan akal budi (Roma 12:2).

 

Seringkali kita berpikir bahwa pada saat kita melalukan perbuatan yang benar di mata Tuhan, kita tidak akan mengalami tekanan, namun pengertian ini tidaklah benar. Dari pembacaan Alkitab di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pada saat Raja Daud melakukan tindakan yang benar, dia tetap mengalami tekanan yang besar. Mazmur 42:11 dengan jelas menuliskan bagaimana jiwa Raja Daud tertekan oleh persoalan yang dia hadapi (“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!)

 

Pendapat lain mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai iman yang kuat tidak akan goyah oleh tekanan yang dihadapi. Pendapat ini juga tidaklah benar karena dari pembacaan di atas kita mengerti bahwa Raja Daud juga goyah imannya dikarenakan pemberontakan Absalom.

 

Namun satu hal yang penting untuk dimengerti bahwa pada saat “tertekan” dan “goyah” Raja Daud tidak berharap pada manusia, melainkan kepada Tuhan. Ini merupakan pelajaran yang sangat penting dan perlu diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Matius 10:29 berkata bahwa kita lebih jauh berharga dibandingkan dengan burung pipit di udara dan Mazmur 37:24 berkata bahwa Tuhan tidak akan membiarkan orang yang benar jatuh tergeletak, karena tangan Tuhan akan menopangnya.

 

“Gada-Mu dan tongkat-Mu”

Mazmur 23:4 berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.

 

Seorang gembala selalu membawa tongkat gembala (rod) pada saat menggembalakan domba-domba. Fungsi dari tongkat gembala:

1.       Menarik (tongkat dikalungkan ke leher domba) untuk masuk dalam barisan jikalau ada domba yang berjalan keluar dari barisan/gerombolan domba – domba. Domba yang berjalan sendiri (keluar dari barisan) akan cepat tersesat dan kemungkinan besar dapat dimakan oleh binatang buas.

2.       Mengangkat domba pada saat terjatuh. Domba yang terjatuh/terguling tidak dapat mengangkat dirinya sendiri. Ini dikarenakan bentuk anatomi dari kaki domba yang berbeda dengan binatang memamah biak yang lain seperti kerbau, sapi ataupun kuda.

 

Arti rohani dari penjelasan diatas bahwa, pada saat kita diatur/dididik oleh Tuhan (point no 1) ataupun kita ditolong oleh Tuhan (point no 2) seringkali  ini tidak nyaman ataupun tidak enak bagi kedagingan kita. Hal ini dikarenakan pertolongan yang datang dari Tuhan tidak selalu sama dengan apa yang kita pikirkan/bayangkan/harapkan.

 

Selain tidak enak bagi kita, pertolongan dari Tuhan juga dapa berupa “benih” (seed) dimana kita harus meng-golangkan-nya (melakukan sesuatu) atas benih tersebut. Seringkali kita hanya berharap pertolongan itu datang dalam berupa sesuatu yang sudah “siap pakai” (instant).

 

Banyak orang yang meminta pertolongan Tuhan pada saat mereka dalam keadaan kekurangan secara finansial. Kita harus mengerti bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan anakNya hidup dalam kekurangan. Firman Tuhan di Ulangan 15:4-6 berkata bahwa tidak ada orang miskin di negeri yang Tuhan berikan kepada kita. Jikalau ada anak Tuhan yang hidup berkekurangan secara finansial maka ada beberapa hal yang dapat menyebabkannya:

1.       Anak Tuhan sudah hidup benar dalam Tuhan namun Tuhan mengijinkan hal ini terjadi untuk menguji iman

2.       Anak Tuhan yang membuat kesalahan dalam hidupnya dan ini merupakan salah satu bentuk didikan Tuhan yang bersifat sementara (kondisi finansial akan berubah pada saat berbalik dan hidup benar dalam Tuhan kembali – I Kor 10:13)

3.       Anak Tuhan ini masih mempunyai mentalitas “Budak” bukan “Anak”

Kita mengerti bahwa Tuhan terlalu amat sangat untuk memberkati hidup kita sehingga kita menjadi berkat bagi orang lain di dunia ini dan mempermuliakan nama Tuhan (2 Kor 8:9).

 

Salah satu kunci untuk hidup diberkati adalah dengan hidup kaya dengan “Iman” dalam Tuhan maka semua yang menjadi kebutuhan kita akan dijamin oleh Tuhan (Yak 2:5). Amin.

 

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.