Mazmur 32: Kabar baik bagi orang bersalah

Mazmur 32:1-11

Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.

Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela. Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau. Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia. Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Edward Snowden. Apa anda kenal dengan nama tersebut? Edward Snowden adalah sosok di balik kebocoran informasi terbesar dalam sejarah National Security Agency. Pada bulan Mei tahun 2013, dia merilis informasi rahasia tentang ruang lingkup pengawasan pemerintah Amerika. Ternyata NSA mencatat setiap pembicaraan telepon yang dilakukan orang-orang dan melihat kedalam kehidupan mereka di tingkat yang tidak pernah dibayangkan siapa pun. Dan kejadian ini memulai percakapan nasional tentang privasi pribadi setiap orang karena tidak ada orang yang menyukai gagasan bahwa mereka terus-menerus diawasi. Dan perdebatan ini masih berlanjut sampai hari ini. Beberapa bulan yang lalu, saya menerima message bahwa WhatsApp memiliki policy privasi baru yang memungkinkan mereka untuk membagi data setiap pengguna dengan perusahaan induknya, yaitu Facebook. Policy baru ini memungkinkan Facebook untuk mengakses interaksi dan aktivitas belanja setiap pengguna untuk menargetkan iklan dan menyesuaikan konten menurut kebutuhan masing-masing pengguna. Dan hanya dalam waktu beberapa hari, WhatsApp kehilangan jutaan pengguna. Tetapi apa yang banyak orang tidak ketahui adalah bahwa WhatsApp juga mengatakan bahwa mereka tidak dapat melihat percakapan pribadi atau mendengar pembicaraan setiap pengguna, dan hal yang sama berlaku juga untuk Facebook. Tetapi saat policy privasi yang baru ini diumumkan, banyak orang segera menghapus aplikasi ini. Mengapa? Karena mereka tidak ingin orang lain mengintip privasi mereka.

Dan ini bukan hanya kekhawatiran mereka. Ini juga menjadi kekhawatiran kita. Tidak ada satu pun dari kita yang ingin diketahui sepenuhnya oleh orang lain. Karena kenyataannya adalah kita semua memiliki sesuatu yang kita sembunyikan. Dan inilah kabar buruknya. Tidak ada satu hal pun yang bisa kita sembunyikan dari Tuhan. Upaya terbaik dari NSA, WhatsApp dan Facebook tidak bisa dibandingkan dengan pengetahuan Tuhan yang sempurna tentang kita. Tuhan mengetahui setiap detail kecil tentang kita. Dia tahu kapan kita duduk dan kapan kita berdiri. Dia tahu pikiran kita. Dia tahu jadwal harian kita. Tidak ada satupun tentang kita yang dia tidak ketahui. Dan ini adalah masalah besar karena itu artinya bahwa dia tahu semua dosa kita. Tidak ada dosa tersembunyi di hadapan Tuhan. Kita bisa lari dari Tuhan, tapi kita tidak bisa bersembunyi dari Tuhan. Namun bagi Daud, pengetahuan Tuhan yang sempurna bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, tetapi sesuatu yang membuat dia bersukacita. Itu adalah sesuatu yang membuat dia bersorak-sorai. Bagaimana mungkin? Mazmur 32 akan menjawab pertanyaan ini untuk kita.

Saya akan memberikan anda konteks dari Mazmur 32 terlebih dahulu. Mazmur 32 kemungkinan besar adalah lanjutan dari Mazmur 51. Kedua Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud. Mazmur 51 adalah tanggapan langsung Daud setelah nabi Natan menegur dia karena dosa-dosanya. Sementara Mazmur 32 adalah refleksi pribadi Daud setelah beberapa waktu berlalu. Tetapi apa yang menyebabkan Daud menulis mazmur ini? Ceritanya seperti ini. Suatu hari, Daud sedang berjalan di atas atap dan dia melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang mandi. Hati Daud tergugah dan dia menemukan bahwa ternyata wanita tersebut adalah Batsyeba, istri Uria, salah satu prajurit dan teman baik Daud. Kemudian, Daud mengirim orang untuk membawa Batsyeba ke rumahnya dan dia tidur dengan Batsyeba. Dan sementara Daud tidur dengan Batsyeba, Uria mempertaruhkan nyawanya berperang untuk Daud. Dapatkah anda membayangkan betapa kacaunya hal ini? Beberapa minggu kemudian, Batsyeba menyadari bahwa dia hamil, dan dia mengirim pesan kepada Daud, “Surprise, kamu akan menjadi seorang ayah.” Hal ini menempatkan Daud dalam dilema yang besar. Jadi Daud berusaha menutupinya. Dia akhirnya merencanakan kematian Uria dan membunuhnya secara tidak langsung. Dan begitu berita kematian Uria sampai di telinga Daud, Daud segera mengambil Batsyeba dan menikahinya. Daud berpikir dia sudah berhasil menutupinya. Tidak ada yang akan mengetahui dosanya dan rencana jahatnya. Sampai beberapa bulan kemudian, Natan datang ke istana dan berkata kepada Daud, “I know what you did last summer.” Dan saat itu juga dunia Daud terbalik. Dia menyadari bahwa dia telah berdosa terhadap Tuhan. Dia menyadari bahwa dia pantas mati karena kejahatannya. Tetapi keajaiban dari semua keajaiban, Daud tidak mati. Daud pantas mati namun dia hidup. Dan pada hari tergelap dalam kehidupannya, dia menulis Mazmur 51. Dan tidak lama setelah itu, dia menulis Mazmur 32.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dilontarkan Mazmur 32 kepada kita. Apa yang kita lakukan saat kita berdosa? Apa yang kita lakukan saat kita melakukan kebodohan? Ketika kita tahu kita telah gagal? Sewaktu kita tahu kita melakukan hal yang tidak baik? Apa yang kita lakukan saat kita tahu bahwa kita bersalah? Apakah kita menyembunyikannya? Atau apakah kita mengakuinya? Satu jalan menuntun kepada banyak kesedihan dan jalan lainnya menuntun kepada kebahagiaan. Dan Daud ingin kita membuat pilihan yang tepat. Baru-baru ini, dunia Kekristenan terguncang oleh berita tentang kehidupan dosa tersembunyi dari Ravi Zacharias. Jika anda tidak tahu siapa dia, Ravi mungkin adalah pembela iman Kekristenan nomor satu di dunia. Dia orang yang sangat pintar. Tetapi tidak lama setelah kematiannya, mereka menemukan bahwa dia ternyata memanfaatkan banyak wanita muda secara seksual. Dan beberapa orang Kristen mencoba membela Ravi dengan berkata bahwa Daud, sosok yang mengejar hati Tuhan, juga melakukan dosa yang mengerikan. Tetapi ada perbedaan besar antara Ravi dan Daud. Daud mengakui dan bertobat dari dosa-dosanya sementara Ravi menyangkal dan menyembunyikan dosa-dosanya. Anda harus mengerti ini. Kabar buruknya adalah kita tidak bisa bersembunyi dari Tuhan. Kabar baiknya adalah kita bisa bersembunyi di dalam Tuhan. Mazmur 32 adalah kabar baik bagi orang bersalah. Mazmur ini memberitahu kita bahwa ketika kita mengakui dosa kita, Tuhan yang mengetahui semua dosa kita akan mengampuni semua dosa kita. Dan ketika Tuhan mengampuni, dia mengampuni dengan segera dan sepenuhnya. Pengakuan dosa adalah jalan menuju kebahagiaan yang sejati.

Mari kita pelajari mazmur ini. Saya membagi mazmur ini menjadi empat bagian. Kebahagiaan; Kesaksian; Himbauan; Pilihan.

Kebahagiaan

Mazmur 32:1-2 – Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

Mazmur 32 dimulai dengan perkataan, “Berbahagialah orang.” Kata yang sama juga digunakan dalam pembukaan Mazmur 1. Dalam Mazmur 1, pemazmur berbicara tentang kebahagiaan yang dimiliki mereka yang berjalan di dalam jalan Tuhan. Mereka yang berjalan di jalan yang benar dan tidak berbelok ke kanan atau ke kiri adalah mereka yang berbahagia. Tetapi Mazmur 32 berbeda. Dalam Mazmur 32, Daud telah berdosa terhadap Tuhan. Daud telah benar-benar gagal. Jadi pertanyaanya adalah, apakah Daud masih bisa bahagia? Jawabannya adalah iya. Mazmur 32 berkata kepada kita bahwa berbahagialah orang yang sudah meninggalkan Tuhan tetapi menerima pengampunan dari Tuhan. Ini memberikan kita harapan. Tidak peduli seberapa buruk kegagalan kita, kita bisa berbahagia saat kita menerima pengampunan dari Tuhan.

Perhatikan kata-kata yang digunakan Daud untuk menggambarkan kehancurannya. Dia menggunakan tiga kata yang berbeda: pelanggaran, dosa, dan kesalahan. Terjemahan yang tepat untuk kesalahan seharusnya adalah kejahatan. Apakah pelanggaran itu? Pelanggaran digunakan untuk menggambarkan pemberontakan yang aktif melawan Tuhan. Ini adalah ketika kita mengetahui hal yang benar yang harus dilakukan tetapi dengan sengaja memilih untuk melakukan hal yang salah. Apakah dosa itu? Dosa digunakan untuk menggambarkan seorang pemanah yang menembak pada sasaran tetapi meleset dari sasaran. Ini adalah ketika kita mencoba untuk melakukan apa yang benar tetapi meleset dari standar Tuhan. Apakah kejahatan itu? Kejahatan digunakan untuk menggambarkan kecenderungan hati untuk melakukan apa yang salah. Ini adalah keinginan di dalam diri kita untuk melakukan apa yang salah. Jadi, mari kita gabungkan ketiganya. Inilah masalah kita. Kita tahu hal yang benar yang harus kita lakukan tetapi kita memilih untuk melakukan hal yang salah. Dan ketika kita mencoba melakukan apa yang benar, kita meleset dari sasaran. Dan di balik semua itu, kita memiliki keinginan di dalam kita untuk melakukan apa yang salah. Dengan kata lain, kita buruk luar dan dalam.

Perhatikan ini. Dosa bukanlah terutama tentang apa yang kita lakukan, tetapi siapa kita. Kita tidak menjadi orang berdosa karena kita berdosa; kita berdosa karena kita adalah orang berdosa. Dosa Daud bukanlah suatu kecelakaan. Itu bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Sebelum Daud berzinah dengan Batsyeba, Daud terlebih dahulu ingin berhubungan seks dengan seseorang yang bukan istrinya. Sebelum Daud membunuh Uria, Daud memikirkan semua rencana dan bagaimana melaksanakan rencana itu dengan sempurna. Pubertas tidak menyebabkan Daud berbuat dosa. Masalah Daud adalah masalah yang sama yang kita miliki. Kita lahir di dalam dosa. Ini berarti bahwa kita semua memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa sejak kita keluar dari rahim ibu kita. Tidak ada bayi yang lahir dengan murni dan tidak bersalah. Tidak ada.

Saat ini, kita memiliki banyak bayi di tengah kita. Dan akan ada banyak bayi lainnya yang akan lahir di tahun ini. ROCK Sydney menanggapi tahun 2021 dengan sangat serius. “The year of reproduction.” Dan saya tahu bahwa untuk setiap orang tua, bayi mereka sangatlah imut. Tetapi mari saya memberitahu anda sesuatu tentang bayi anda. Tidak peduli betapa imutnya mereka, bayi anda adalah seorang pendosa masa depan. Seseorang harus menuliskannya di kartu hallmark. “Selamat karena anda telah berhasil menambahkan seorang pendosa imut ke dunia ini.” Jika anda bekerja dengan anak-anak, anda tahu ini dengan baik. Mengapa beberapa anak suka menggigit anak lain? Pernahkah anda bertanya? Apakah karena mereka melihat orang tua mereka memperebutkan remote TV dan saling menggigit? Saya harap tidak. Mengapa kata favorit mereka adalah “No” dan “mine”? Mengapa bayi sangat egois? Pernahkah anda bertemu dengan bayi yang tidak egois? Tidak. Sejak detik mereka lahir, mereka langsung menuntut perhatian anda. “Lihat aku, beri aku makan, atau aku akan membuat hidupmu sengsara dengan tangisanku.” Dan keegoisan ini tidak berhenti dengan mereka. Itu terus mempengaruhi kita. Anda tidak percaya? Biar saya buktikan kepada anda. Apa hal pertama yang anda perhatikan saat anda melihat foto grup? Bagaimana cara anda memutuskan antara foto grup yang baik dan yang buruk? Mari saya beri tahu jawabannya. Anda. Tidak peduli jika semua orang dalam foto terlihat jelek, selama anda terlihat baik dalam foto itu, anda akan memposting foto itu. Dan tidak peduli jika semua orang terlihat baik di foto, jika anda terlihat jelek dalam foto, anda akan menghapus foto itu. Kita semua lahir di dalam dosa. Inilah realitas hati kita. Ketika kita melihat Daud, mudah bagi kita untuk berpikir, “Tidak mungkin bagi aku untuk melakukan itu. Aku tidak mungkin berhubungan seks dengan istri pria lain. Aku tidak mungkin membunuh siapa pun.” Tetapi menurut saya kita sering menilai diri kita sendiri secara berlebihan. Kenyataannya adalah, kita mampu melakukan jauh lebih buruk daripada yang kita mau akui. Jika kita memiliki kesempatan dan keadaan yang sama dengan Daud, sangatlah mudah bagi kita untuk mengulang dosa Daud.

Tapi itu bukanlah akhir dari cerita. Perhatikan kata-kata yang Daud pakai untuk menggambarkan apa yang Tuhan lakukan dengan dosa-dosanya. Dia menggunakan tiga kata berbeda. Diampuni, ditutupi, tidak diperhitungkan. Kata diampuni berasal dari kata yang menggambarkan menghilangkan beban yang berat. Jadi jika anda sebelumnya memikul beban seberat 50 kgs, sekarang beban itu dilepaskan dari anda. Kata ditutupi berarti disembunyikan dari pandangan. Dan kata tidak diperhitungkan adalah kosakata pembukuan. Jadi ketika Daud berkata bahwa Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan, itu berarti bahwa Tuhan tidak akan menulis dosa Daud dalam pembukuannya. Saya beri contoh. Ada saudara yang pernah memaksimalkan kartu kredit anda? Katakanlah anda lakukan itu. Anda tahu anda dalam masalah. Anda tahu bahwa ketika laporan kartu kredit itu datang, indomie satu bulan sedang menunggu anda. Tetapi ketika anda membuka laporan kartu kredit, voila, tidak ada biaya sama sekali. Anda tahu bahwa anda memaksimalkan kartu kredit, tetapi saldonya nol. Tidak ada pembayaran minimum. Tidak ada penalti. Seolah-olah anda tidak pernah menggunakan kartu kredit tersebut. Dengan cara yang sama, anda melihat pembukuan Tuhan dan anda melihat bahwa tidak ada yang tertulis di dalamnya. Saldo dosa anda adalah nol. Pembayaran minimum anda adalah nol. Dan penalti anda adalah nol. Seolah-olah anda tidak pernah berdosa. Inilah yang Daud maksudkan. Tidak heran jika dia bahagia! Dan ini kabar baik bagi kita. Coba pikirkan. Daud melakukan perzinahan dan pembunuhan, tetapi dia menerima pengampunan total dari Tuhan. Dan jika Daud bisa diampuni, saudara dan saya juga bisa diampuni. Tidak peduli apa yang telah kita lakukan, kabar baiknya adalah kita bisa diampuni. Kita bisa bahagia. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada mengetahui bahwa dosa-dosa kita telah diampuni sepenuhnya.

Kesaksian

Mazmur 32:3-5 – Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.

Dalam ayat-ayat ini, Daud memberikan kita kesaksian pribadinya. Respon awal Daud setelah dia melakukan dosa-dosa tersebut adalah dia berdiam diri. Dia menyembunyikannya sebaik mungkin. Dia membodohi dirinya sendiri dengan berpikir bahwa selama dia tetap diam, selama tidak ada yang mengetahuinya, maka dia akan baik-baik saja. Tetapi yang terjadi tidak seperti itu. Selama sekitar satu tahun, Daud tetap diam. Dan dari luar, sepertinya semuanya baik-baik saja. Tetapi di dalam, semuanya tidak baik-baik saja. Daud hidup sepanjang tahun dengan hati nurani yang bersalah. Dan itu mempengaruhi dia secara fisik, emosional dan psikologis. Dia menuliskan bahwa tulang-tulangnya menjadi lesu dan sumsumnya menjadi kering. Di dalam hati Daud, Daud mengerang sepanjang hari dan itu menguras kekuatannya. Dosa yang tidak diakui menyebabkan kesedihan yang mendalam. Jika anda seorang Kristen, anda tahu ini. Ketika kita berdosa dan berusaha menyembunyikannya, hati nurani kita yang bersalah terus menusuk kita dari dalam. Maksud saya, mungkin tidak ada satu orang pun yang tahu apa yang kita lakukan. Kita mungkin menyembunyikannya dengan sangat baik. Tidak ada yang bisa melihatnya. Namun pada saat yang sama, kita merasa sangat cemas. Kita tidak bisa bahagia. Ada ketakutan yang terus-menerus bahwa hal itu akan terbongkar. Ada suara di dalam hati kita yang terus mengatakan bahwa kita tidak cukup baik, bahwa kita bersalah. Ada saudara yang mengerti apa yang saya katakan? Mengapa kita merasa seperti ini? Izinkan saya memberi tahu anda alasannya. Karena tidak peduli seberapa baik kita mencoba menyembunyikannya, secara naluriah kita tahu bahwa ada seseorang yang tahu. Ada seseorang yang melihat. Ada seseorang yang memperhatikan. Seseorang tahu bahwa kita adalah penipu. Seseorang tahu bahwa kita bersalah. Dan saudara, jika kita merasa seperti ini tentang dosa-dosa tersembunyi kita, ini adalah hal yang baik. Daud berkata bahwa jika dosa kita menekan kita dengan berat, itu karena Tuhan menolak untuk menyerah terhadap kita. Tangan Tuhan sendirilah yang menekan kita dengan kuat. Tuhan sedang mengejar kita. Dia tidak akan membiarkan kita begitu saja karena dia mencintai kita. Dan Alkitab berkata bahwa Tuhan mendisiplin orang-orang yang dia kasihi. Hal terburuk yang dapat terjadi dengan dosa-dosa tersembunyi kita adalah untuk Tuhan mengabaikannya. Karena itu artinya dia tidak mencintai kita. Jadi, jika Tuhan mengejar anda hari ini, jangan mengeraskan hati anda. Tapi tanggapi dengan benar. Lihat ayat 5.

Mazmur 32:5 – Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.

Dua hal yang dilakukan Daud. Pertama, Daud mengambil kepemilikan atas dosanya. Lihat kata “ku” dalam ayat ini. Daud tidak menyalahkan orang lain. Dia tidak berusaha mencari kambing hitam. Daud mengambil kepemilikan atas dosanya. Pengakuan yang benar dimulai ketika menyalahkan orang lain berakhir. Seringkali ketika kita berdosa, kita mencoba mencari alasan untuk membenarkan dosa kita. Apakah anda menyadari bahwa kita selalu memiliki cara untuk tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat? Kita selalu dapat menemukan sudut pandang yang menyembunyikan kenyataan. Kita tahu ini. Saya melakukan ini setiap saat. Saya tahu bahwa ada sudut pandang tertentu, yang membuat saya terlihat lebih kurus daripada sebenarnya di dalam foto. Jika kamera memotret saya dari sudut yang tepat, tidak ada yang bisa melihat lemak saya dan saya terlihat baik. Apakah anda pernah bertanya mengapa kamera gereja berada di sisi kiri saya dan bukan di sisi kanan? Sekarang anda tahu jawabannya. Saya selalu bisa menemukan cara untuk menyembunyikan kenyataan. Dan itulah yang sering kita lakukan dengan dosa-dosa kita. “Tuhan, aku membuka situs porno karena aku memiliki kebutuhan alami yang tidak dapat dipenuhi, dan aku tidak ingin berhubungan seks di luar pernikahan.” “Tuhan, aku tidur dengan rekan kerjaku karena istriku tidak memberikan apa yang aku butuhkan di rumah.” “Tuhan, aku tidak jujur dengan pajak karena aku ingin memberi lebih banyak untuk gereja dan orang miskin.” “Tuhan, aku pacaran dengan orang yang tidak percaya karena aku percaya penuh pada amanat agungmu untuk menjadikan dia murid.” Pada dasarnya apa yang kita katakan adalah, “Tuhan aku seperti ini karena…” Dan ini bukanlah mengambil kepemilikan atas dosa. Ini adalah pengalihan kesalahan. Tetapi Daud tidak melakukan itu. Daud mengambil kepemilikan atas dosanya dan menolak untuk menyalahkan apapun atau siapapun kecuali dirinya sendiri. Mengambil kepemilikan atas dosa berarti berhenti membuat alasan.

Dan hal kedua yang dilakukan Daud, Daud mengambil tanggung jawab. Daud mengakui dosanya. Dia tidak menutupi kesalahannya. Dia mengakui pelanggarannya. Dia mengambil tanggung jawab penuh atas dosanya. Inilah cara kita membedakan antara pengakuan yang benar dan pengakuan yang palsu. Tidaklah cukup bagi kita untuk mengambil kepemilikan atas dosa-dosa kita. Kita harus bersedia memikul tanggung jawab atas dosa-dosa kita. Ini penting. Karena saya sering bertemu banyak orang Kristen yang cepat untuk mengakui dosa-dosa mereka, tetapi mereka tidak mengambil tanggung jawab. Mereka hanya menyesali konsekuensi dosa tetapi tidak menyesali dosa itu sendiri. Ada perbedaan besar antara menyesal karena kita takut akan konsekuensi dosa dan menyesal karena kita menghancurkan hati Tuhan. Dan Tuhan tahu! Kita tidak dapat menipu dia. Kita bisa menipu pendeta kita dan orang-orang di sekitar kita tetapi kita tidak bisa menipu Tuhan.

Saya berikan sebuah contoh. Katakanlah ada seorang suami dan seorang istri yang bertengkar hebat dan datang menemui saya untuk konseling. Jadi, kami bertemu, dan mereka ribut di depan saya dan saya diam mendengarkan mereka. Sang istri berkata, “Kita sudah menikah selama 10 tahun dan kamu tidak pernah berubah. Kamu terus mengatakan bahwa kamu akan melakukan A, tetapi kamu selalu melakukan B. Kamu berbohong kepadaku lagi dan lagi dan aku terus memaafkan kamu. Kamu tidak pernah membantu aku dengan anak-anak. Kamu selalu main game ketika kamu pulang dari kerja dan kamu bahkan tidak berbicara dengan aku. Kamu mengasihi teman-temanmu lebih daripada aku. Aku muak dan lelah dengan hubungan ini. Sudah cukup. Aku akan meninggalkanmu. Silahkan jaga anak-anak. Aku mau cerai.” Dan biasanya, suami akan menjawab, “Kamu mau cerai? Okay. Kita cerai!” Dan konseling berakhir. Apa yang saya lakukan? Tidak ada. Saya diam saja. Itulah yang sering kali terjadi di konseling. Kemudian seminggu kemudian, sang suami kembali kepada saya. “Yos, istriku ternyata sangat serius ingin meninggalkanku. Apa yang harus aku lakukan?” Dan saya menjawab, “Apa lagi yang bisa kamu lakukan? Akui kesalahanmu, minta maaf dan berubah.” Jadi, sang suami mendatangi istrinya dan berkata, “Sayang, aku minta maaf karena aku tidak mendengarkan kamu. Aku salah dan aku tidak akan melakukannya lagi. Aku akan berubah dan aku akan menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Tolong beri aku satu kesempatan lagi.” Dan sang istri berkata, “Oke, aku akan memberikan kamu satu kesempatan lagi.” Apakah masalah selesai? Belum tentu. Yang sering terjadi adalah sang suami berubah untuk sementara waktu. Tetapi ketika sepertinya sang istri sudah tidak berpikir untuk meninggalkan dia lagi, sang suami akan kembali ke dirinya yang sebelumnya. Dan kemudian beberapa bulan kemudian mereka akan meminta waktu untuk bertemu dengan saya lagi.

Apa yang terjadi? Inilah yang terjadi. Sang suami berubah karena dia takut akan konsekuensi tindakannya. Dia takut istrinya akan meninggalkannya. Begitu ancaman itu hilang, dia meluncur kembali ke dirinya yang sebelumnya. Dengan kata lain, sang suami menyesal karena dia takut akan konsekuensi dosa, tetapi dia tidak menyesal karena dia menghancurkan hati istrinya. Dan inilah yang sering kita lakukan. Berapa kali kita datang kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku berjanji aku tidak akan pernah melakukan ini lagi; Aku berjanji bahwa aku akan berubah”, hanya untuk mengulangi hal yang sama berulang kali dan tidak pernah berubah? Mengapa? Karena kita tidak mengambil tanggung jawab atas dosa-dosa kita. Kita hanya takut akan konsekuensi dari dosa-dosa kita. Tetapi tidak dengan Daud. Daud tidak hanya mengambil kepemilikan atas dosa-dosanya, tetapi dia juga mengambil tanggung jawab penuh atas dosa-dosanya.

Dan inilah apa yang luar biasa. Saat Daud mengambil kepemilikan dan tanggung jawab penuh atas dosanya, pada saat itu juga, Tuhan mengampuni Daud. Tuhan segera melimpahkan pengampunan penuh kepada Daud. Tuhan tidak diam dan mempertimbangkan, “Hmmm, mungkin aku harus menunggu lebih lama sebelum aku mengampuni Daud agar dia tahu bahwa aku marah kepada dia.” Tidak. Saat Daud mengaku, pada saat yang sama Daud menerima pengampunan penuh secara langsung. Inilah prinsip penting yang harus kita mengerti. Saat kita menutupi dosa kita, Tuhan akan menyingkapkannya. Saat kita menyingkap dosa kita, Tuhan akan menutupinya. Ini memberikan kita wawasan tentang sifat Tuhan. Tuhan ingin mengampuni kita lebih dari kita ingin diampuni. Tuhan lebih senang mengampuni kita daripada kita menerima pengampunannya.

Dane Ortlund dalam bukunya “Gentle and Lowly” memberikan ilustrasi yang bagus. Seorang dokter yang penuh dengan belas kasihan melakukan perjalanan jauh ke dalam hutan untuk memberikan perawatan medis kepada suku primitif yang menderita penyakit menular. Dia telah menerbangkan peralatan medisnya ke tempat suku tersebut. Dia telah mendiagnosis masalah dengan tepat, dan antibiotik telah disiapkan dan tersedia. Dokter ini sangat kaya dan tidak membutuhkan orang-orang untuk membayar biaya pengobatan. Tetapi saat dia berusaha membantu para penderita, mereka menolak. Mereka ingin menjaga diri mereka sendiri. Mereka ingin sembuh dengan cara mereka sendiri. Dan setelah beberapa waktu, akhirnya beberapa pemuda berani melangkah maju untuk menerima perawatan yang diberikan secara cuma-cuma. Ini pertanyaannya. Apa yang dirasakan sang dokter saat itu terjadi? Kesal? Marah? Tentu tidak. Tetapi sukacita. Kebahagiaan. Dan sukacitanya meningkat semakin banyak orang yang sakit datang kepadanya untuk perawatan dan pertolongan. Karena itulah alasan utama dia datang kepada mereka. Apalagi jika yang sakit bukanlah orang asing melainkan keluarganya sendiri. Begitu pula dengan Tuhan. Dia tidak merasa frustrasi ketika anak-anaknya datang kepadanya untuk meminta pengampunan yang baru. Itulah alasan dia datang. Itulah tujuannya. Dia datang untuk menyembuhkan kita dari dosa-dosa kita. Kita tidak dapat memperbaiki diri kita sendiri dan itulah mengapa dia datang untuk melakukan apa yang kita tidak dapat lakukan sendiri. Maka dari itu Daud kemudian menghimbau kepada kita.

Himbauan

Mazmur 32:6-9 – Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela. Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

Perhatikan himbauan Daud. Daud tidak menghimbau kepada semua orang. Dia sangat spesifik. Dia menghimbau kepada setiap orang saleh. Dengan kata lain, himbauan ini adalah bagi umat Kristus. Mengapa? Karena umat Kristus juga sering gagal. Inilah yang kita ketahui tentang umat Kristus. Umat Kristus bukanlah mereka yang tidak pernah gagal. Umat Kristus adalah mereka yang gagal tetapi bertobat. Daud menghimbau orang-orang saleh yang gagal untuk mengakui dosa mereka dan bertobat sementara masi ada kesempatan. Karena akan ada saatnya Tuhan tidak dapat ditemukan. Saya tahu tidak populer untuk mengatakan ini, tetapi ini sangat penting. Daud memberikan kita peringatan keras di sini. Ini peringatannya. Jika kita bersikeras untuk hidup dalam dosa, akan tiba suatu saat dimana sudah terlambat bagi kita untuk bertobat. Akan tiba saatnya hati kita menjadi begitu keras sehingga kita tidak lagi ingin berurusan dengan Tuhan. Dan jika saat itu tiba, adalah mustahil bagi kita untuk bertobat. Bukan karena Tuhan membenci kita tetapi karena hati kita telah menjadi begitu keras sehingga kita tidak lagi menginginkan Tuhan. Dan saudara, mungkin ini adalah peringatan yang keras untuk sebagian dari anda. Bertobat dan akui dosa-dosa anda sebelum terlambat. Ada garis yang tidak boleh anda lewati. Dan jika anda melewati garis itu, tidak ada jalan kembali. Saya tidak tahu di mana letak garis itu, tetapi garis itu ada. Tetapi satu hal yang saya tahu. Jika anda mendengar seruan ini dan Roh Kudus berbisik ke dalam hati anda untuk mengakui dosa-dosa anda, itu berarti masih belum terlambat. Sama seperti Tuhan telah mengampuni Daud, dia juga akan mengampuni anda jika anda mengakui dosa anda.

Tetapi bukan hanya sampai disitu. Yang kemudian terjadi bahkan lebih baik. Tuhan tidak hanya akan mengampuni dosa-dosa kita, tetapi dia juga akan menjadi tempat persembunyian kita. Dia akan melindungi kita dari kesesakan. Ketika banjir besar menyerbu kita, banjir itu tidak akan mencapai kita karena kita tersembunyi di dalam Tuhan. Jadi, inilah yang dikatakan Daud. Ketika kita berdosa terhadap Tuhan, murka Tuhan ada atas kita. Dan murkanya mengalir kearah kita seperti banjir yang besar dan deras. Dan satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari murka Tuhan adalah Tuhan sendiri. Dan ketika kita mengakui dosa kita, Tuhan menjadi tempat persembunyian kita. Tuhan sendiri akan melindungi kita dari murkanya. Ini prinsip yang sangat penting. Ketika kita menutupi dosa kita, kita bersembunyi dari Tuhan dan murkanya ada atas kita. Ketika kita mengakui dosa kita, kita bersembunyi di dalam Tuhan dan kita aman selamanya. Inilah himbauan Daud kepada kita.

Dan kemudian di ayat 8 dan 9, bukan lagi Daud yang menghimbau kepada kita tetapi Tuhan. Tuhan berkata bahwa ketika kita mengakui dosa kita, dia akan mengajar dan menunjukan jalan yang harus kita tempuh. Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendiri. Dia akan menasihati kita dengan matanya tertuju pada kita. Yang berarti bahwa mata yang sama yang melihat segala dosa kita juga mengawasi kita untuk kebaikan kita. Pengetahuan Tuhan yang sempurna tentang kita bukan lagi sesuatu yang kita takuti tetapi itu adalah selimut hangat bagi jiwa kita. Dia mengawasi kita terus menerus seperti orang tua mengawasi bayi mereka yang baru lahir. Dia mengawasi kita dengan waspada. Dia tidak akan pernah membiarkan kita pergi sendiri. Dan dia memegang kendali atas setiap situasi dalam hidup kita. Itulah sebabnya Tuhan berkata jangan menjadi seperti kuda yang tidak berakal yang bersikeras menempuh jalannya sendiri. Pada dasarnya Tuhan berkata, “Jangan seperti Daud di masa lalu. Jangan tetap diam tentang dosa-dosamu. Buat keputusan yang tepat. Rendahkan dirimu. Akui dosamu. Ambil kepemilikan atas dosa-dosamu. Ambil tanggung jawab atas dosa-dosamu. Dan terima pengampunan sepenuhnya dan perlindungan mutlakku atasmu.” Dan ini membawa kita ke bagian terakhir.

Pilihan

Mazmur 32:10 – Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

Daud memberikan kita dua pilihan. Apakah kita ingin hidup dalam banyak kesakitan? Atau apakah kita ingin dikelilingi oleh kasih setia Tuhan? Pilihan ada di tangan kita. Kabar baiknya adalah kita tidak harus hidup dalam rasa bersalah. Dan Mazmur 32 menghimbau kita untuk membuat pilihan yang tepat. Kita bisa memiliki kasih setia Tuhan sebagai benteng pertahanan kita. Kita dapat memiliki Tuhan sebagai tempat persembunyian kita. Kita bisa memiliki pengampunan penuh dan perlindungan mutlak Tuhan atas kita. Kita tidak harus hidup dalam banyak kesakitan. Yang harus kita lakukan adalah percaya kepada Tuhan. Tukarkan kesakitan kita dengan kasih setia Tuhan. Tetapi inilah teka-teki mazmur ini. Bagaimana Tuhan dapat mengelilingi kita, orang yang bersalah, dengan kasih setianya? Bagaimana kita bisa bersembunyi di dalam Tuhan ketika masalah terbesar kita adalah kita perlu bersembunyi dari Tuhan karena dosa-dosa kita? Bagaimana Tuhan bisa menjadi tempat persembunyian kita? Apa artinya untuk percaya kepada Tuhan? Saya senang anda bertanya. Paulus akan menjawab pertanyaan ini bagi kita. Dia mengutip Mazmur 32 dalam suratnya kepada gereja di Roma.

Roma 4:4-8 – Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.”

Inilah yang dikatakan Paulus. Kunci untuk memahami Mazmur 32 adalah untuk mengetahui apa yang Yesus lakukan. Alasan kita bisa menerima berkat pengampunan, alasan kita bisa bersembunyi di dalam Tuhan, alasan Tuhan bisa menutupi dosa-dosa kita adalah karena Yesus sudah tidak ditutupi untuk kita. Tahukah anda apa yang Yesus lakukan untuk anda? Yesus ditelanjangi. Dia disalibkan di kayu salib. Dia tidak ditutupi sama sekali. Anak Allah yang sempurna dan tanpa salah mati dengan kematian telanjang yang mengerikan di kayu salib. Mengapa? Karena Yesus mengambil murka Tuhan yang pantas kita terima atas dirinya sendiri. Yesus tidak ditutupi di kayu salib sehingga Tuhan bisa menutupi dosa kita. Yesus membayar harga dosa kita agar kita tidak harus lagi membayarnya. Dan dalam Roma 4, Paulus berkata bahwa cara kita bisa dibenarkan dengan Tuhan bukanlah melalui perbuatan kita. Cara untuk menghilangkan rasa bersalah bukanlah dengan menyakiti diri kita sendiri. Satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa bersalah adalah dengan mempercayai karya Kristus. Tidak ada jalan lain. Kita hanya bisa bersembunyi dari murka Tuhan dengan bersembunyi di dalam kebenaran Kristus. Injil mengatakan bahwa Yesus ditelanjangi bagi kita sehingga kita dapat menemukan perlindungan di dalam dia.

Dan inilah alasan mengapa kita bisa memiliki keyakinan untuk mengakui dosa-dosa kita. 1 Yohanes 1:9 – Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Yohanes tidak mengatakan bahwa jika kita mengaku dosa kita, Tuhan adalah setia dan penuh belas kasihan untuk mengampuni dosa kita. Ya, dia penuh dengan belas kasihan. Tetapi sewaktu kita mengakui dosa kita, Tuhan akan mengampuni kita karena dia setia dan adil. Tuhan mengampuni kita bukan karena dia lunak terhadap dosa. Tuhan membenci dosa tetapi dia adil. Adalah ketidakadilan jika Tuhan tidak mengampuni kita. Mengapa? Karena Yesus sudah membayar hutang dosa kita. Yesus ditelanjangi untuk kita sehingga sewaktu kita percaya kepadanya, Tuhan harus mengampuni kita. Untuk kembali ke analogi kartu kredit, kita memaksimalkan kartu kredit kita tetapi tidak ada biaya sedikitpun pada laporan kita. Yesus menerima laporannya dan melihat semua jenis pembayaran yang tidak dia lakukan. Tetapi Yesus tidak menelepon perusahaan kartu kredit dan mengeluh tetapi dia membayar lunas semua biaya tersebut. Yesus sudah membayar penuh harga hutang dosa kita. Tuhan tidak akan menuntut kita untuk membayar dosa-dosa kita karena adalah ketidakadilan untuk meminta dua pembayaran atas dosa-dosa kita. Karena Yesus, kita menerima pengampunan dan perlindungan penuh dari Tuhan. Dan sekarang kita dapat mengakui dosa kita dengan penuh keyakinan karena kita tahu bahwa Tuhan setia dan adil untuk mengampuni semua dosa-dosa kita.

Itulah sebabnya Daud mengakhiri Mazmur ini dengan memerintahkan kita untuk bersorak-sorai. Mazmur 32:11 – Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur! Inilah alasan kita bersukacita dan bersorak-sorai. Ya, kita adalah orang bersalah. Ya, kita telah berdosa terhadap Tuhan. Dan musuh kita berbohong kepada kita. Dia memberi tahu kita bahwa kita tidak punya harapan, kita tidak punya masa depan, kita adalah produk gagal. Namun seruan Injil jauh lebih nyaring daripada bisikan penghakiman. Dengarkan seruan pembebasan dari salib Kristus, “Sudah selesai.” Dan sekarang kita bisa bersukacita di dalam Tuhan karena kita benar dan jujur. Bukan karena kebenaran kita sendiri tetapi karena kita percaya kepada Yesus dan Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran. Dan jika kita tahu apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita, bagaimana mungkin kita tidak bersukacita? Bagaimana mungkin kita tidak bersorak-sorai? Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi.   

Saya akan tutup dengan ini. Seorang guru sekolah minggu sedang mengajar anak-anak tentang bagaimana mata Tuhan mengawasi kita senantiasa. Dan sang guru mengajukan pertanyaan kepada anak-anak untuk mengetahui apakah mereka mengerti apa yang diajarkan. Dia bertanya, “Adakah sesuatu yang Tuhan tidak dapat lihat?” Dan yang mengejutkan, seorang gadis kecil mengangkat tangannya. Sang guru dengan terkejut bertanya kepada gadis itu, “Gadis kecil, apakah kamu mengetahui sesuatu yang Tuhan yang melihat segalanya tidak dapat lihat?” Gadis kecil ini menjawab, “Ya bu guru. Saya tahu satu hal yang tidak dapat Tuhan lihat. Tuhan tidak dapat melihat dosa saya ketika dosa saya telah ditutupi oleh darah Yesus.” Mari kita berdoa.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.