Mencari harga diri

Mazmur 8:1-10

Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

 

Di ibadah International, kami sedang ada dalam seri khotbah kitab Mazmur, Healing Psalms. Tujuan dari seri ini adalah untuk membahas beberapa masalah umum yang dihadapi orang-orang dalam perjalanan mereka dengan Tuhan dan menunjukkan bagaimana Pemazmur mengatasi masalah tersebut. Masalah yang kami bahas adalah: Keraguan; Harga diri; Kecemasan; Ketakutan; Depresi rohani. Hari ini, kita akan membahas masalah harga diri. Kalau saudara tertarik untuk mendengar masalah lainnya, saudara bisa mengikuti melalui YouTube ataupun Spotify. Apa itu harga diri? Yang saya maksudkan dengan harga diri bukanlah kesombongan. Harga diri adalah sebuah nilai dan harga yang kita berikan kepada diri kita. Ini adalah bagaimana kita melihat, berpikir, dan menilai diri kita sendiri. Bahasa Inggrisnya adalah self-worth. Pertanyaan tentang harga diri adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap kita. Kita tidak bisa hidup tanpa mengetahui harga diri kita. Kita semua ingin merasa berharga, dan kita ingin hidup kita berarti. Jadi, pertanyaannya adalah, apa harga diri kita? Bagaimana kita mendapatkan harga diri kita? Dan budaya kita terobsesi dengan hal ini.

Jika kita membaca artikel di internet tentang harga diri, kita akan menemukan hal-hal seperti, “Turunkan berat badan dan anda akan merasa lebih baik tentang diri anda. Hasilkan lebih banyak uang dan anda akan merasa lebih percaya diri. Berolahragalah secara teratur dan anda akan merasa lebih nyaman dengan diri anda. Lakukan operasi plastik dan….” Anda tahu lanjutannya. Jadi, kita memiliki daftar tentang cara membangun harga diri kita. Tetapi permasalahannya adalah kita tidak berpikir cukup jauh. Kita tidak mengajukan pertanyaan “mengapa.” Mengapa menurunkan berat badan membuat kita merasa lebih baik tentang diri kita? Mengapa menghasilkan lebih banyak uang membuat kita merasa lebih percaya diri? Mengapa hal ini dan hal itu membuat kita merasa kita penting? Kita semua memiliki hal-hal yang membuat kita merasa seperti kita adalah sesuatu. Namun, tidak semua dari kita memiliki jawaban yang benar. Sebelum kita melihat jawaban yang benar, saya ingin kita melihat jawaban yang salah yang ditawarkan dunia. Timothy Keller menulis bahwa ada tiga premis salah yang digunakan dunia untuk membangun harga diri.

 

Premis salah yang pertama adalah “Aku adalah apa yang aku miliki.” Ini adalah gagasan yang mengatakan bahwa hal yang terpenting tentang kita adalah apa yang kita miliki. Apa yang ingin kita miliki dalam hidup? Setiap orang menginginkan hal yang berbeda. Beberapa menginginkan uang, beberapa menginginkan kekuasaan, dan beberapa menginginkan cinta. Intinya adalah jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan maka kita adalah sesuatu. Jika kita tidak mendapatkannya, maka kita bukan siapa-siapa. Apakah premis ini bekerja? Coba pikirkan. Apa yang terjadi ketika kita mendefinisikan harga diri kita dengan berapa banyak uang yang kita miliki? Kita akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Semakin banyak uang yang kita miliki, semakin besar harga diri kita. Tetapi apakah anda tahu apa yang terjadi pada kita dalam proses? Kita kehilangan diri kita sendiri. Dengan menjadikan uang harga diri kita, kita akan memiliki lebih banyak uang, tetapi pada akhirnya kita akan merasa lebih kecil tentang diri kita. Yang harus kita lakukan adalah melihat kehidupan orang-orang yang sangat kaya dan sukses. Masuk ke dalam kehidupan mereka dan kita akan menemukan banyak kehancuran. Kita menemukan keluarga yang hancur, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, anak-anak yang kacau, dll. Dan setelah mereka mencapai puncak dan merasakan kekosongan hal tersebut, mereka berkata, “Aku menyesal tidak menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluargaku… Aku menyesali ini dan itu…” Apa yang terjadi? Dengan membangun harga diri melalui apa yang mereka miliki, mereka merasa lebih kecil tentang diri mereka. Ini tidak bekerja.

Premis salah yang kedua adalah “Aku adalah apa yang aku rasakan.” Ini pandangan yang mengatakan bahwa yang penting dalam hidup bukanlah apa yang kita miliki melainkan apa yang kita rasakan. Hal ini sering diungkapkan dalam perkataan seperti, “Aku capek melakukan apa yang orang lain mau aku lakukan. Ini hidupku. Aku punya hak untuk memutuskan apa yang aku mau. Aku harus mengikuti perasaanku. Aku harus mengikuti hatiku.” Anda sering mendengar kata-kata ini? Inilah masalah dengan pandangan ini. Perasaan kita sangat tidak bisa diandalkan. Perasaan berubah setiap saat. Apa yang kita rasakan hari ini belum tentu apa yang kita rasakan besok. Perasaan kita berubah setiap saat tergantung pada keadaan kita. Itu sebabnya kita tidak seharusnya membiarkan anak kecil menentukan siapa mereka berdasarkan apa yang mereka rasakan. Jika mereka anak laki-laki tetapi mereka merasa seperti anak perempuan, bukan berarti mereka perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki. Perasaan kita selalu berubah dan tidak dapat diandalkan. Dan inilah masalah lain dengan perasaan. Jika saya melihat perasaan saya sekarang, saya menginginkan hal yang berbeda pada saat yang sama dan mereka bertentangan. Saat ini, saya ingin menurunkan berat badan. Tetapi saya juga ingin KFC. Berapa banyak dari anda yang tahu bahwa dua hal ini bertentangan? Namun saya menginginkan keduanya. Jadi, pertanyaannya adalah, “Yang mana yang paling saya inginkan?” Pada hari Senin saya ingin menurunkan berat badan dan karena itu saya berolahraga. Tetapi di hari selasa saya ingin KFC karena saya sudah berolahraga di hari senin. Ada yang tahu apa yang saya maksudkan? Bisakah kita mendefinisikan harga diri kita dengan mengikuti perasaan kita? Tidak bisa. Karena perasaan kita berubah setiap saat.

Premis salah yang ketiga adalah “Aku adalah apapun yang aku katakan.” Ini adalah premis paling populer di zaman kita. Premis ini pada dasarnya percaya bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak dan kita dapat mendefinisikan diri kita sendiri seperti yang kita inginkan. Bagi mereka, harga diri adalah apapun yang kita inginkan. “Jangan biarkan siapa pun memberi tahu kamu siapa kamu. Kamu adalah kamu. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri.” Kita semua memiliki kebebasan untuk menentukan harga diri kita sendiri, dan tidak ada yang bisa mengatakan tidak kepada kita. Premis ini sangat menarik. Masalahnya adalah tidak mungkin untuk hidup seperti ini. Saya berikan sebuah contoh. Gerakan LGBTQ+. Mereka percaya bahwa setiap orang setara dan bebas untuk mendefinisikan diri mereka sendiri seperti yang mereka inginkan. Apa yang terjadi ketika seseorang yang menganut pandangan ini bertemu dengan seorang Kristen yang benar? Katakanlah beberapa dari mereka datang ke ROCK Sydney dan mendengar saya berkhotbah, “Homoseksualitas adalah dosa, dan anda harus bertobat.” Apakah anda tahu apa yang akan mereka lakukan? Mereka akan mengatakan bahwa saya fanatik. Mereka akan berkata bahwa pandangan saya salah dan mereka akan menindas saya karenanya. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Di satu sisi mereka berpegang pada gagasan kebebasan dan kesetaraan. Kita bisa menjadi siapapun yang kita inginkan. Tidak ada yang bisa berkata tidak kepada kita. Namun mereka tidak mengizinkan saya menjadi saya. Mereka tidak mengizinkan saya memegang pandangan Kekristenan saya. Begitu mereka bertemu dengan orang yang tidak setuju dengan mereka, harga diri mereka terancam, dan mereka menyerang orang tersebut. Apa yang terjadi dengan kebebasan dan kesetaraan? Adalah tidak mungkin untuk hidup dengan pandangan ini.

 

Ini adalah tiga premis utama harga diri yang ditawarkan dunia. Aku adalah apa yang aku miliki; Aku adalah apa yang aku rasakan; Aku adalah apapun yang aku katakan. Namun tidak satupun dari mereka bekerja. Mereka mungkin berhasil untuk sementara, tetapi mereka tidak bekerja secara konsisten dan koheren. Artinya harga diri kita akan terus berfluktuasi. Dan ada benang merah yang dimiliki ketiga premis tersebut. Mereka berkata kita dapat menemukan harga diri kita dengan melihat kepada diri kita sendiri. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda tetapi ketika saya melihat kepada diri saya sendiri, ketika saya menemukan siapa saya sebenarnya dan seperti apa saya sebenarnya, itu tidak memenuhi saya dengan sukacita dan harapan. Itu malah membuat saya lebih kecewa dan khawatir karena tidak ada yang berbohong kepada saya, menyakiti saya, dan mengecewakan saya lebih daripada saya. Memandang diri sendiri untuk menemukan harga diri hanya membuat saya putus asa. Ada yang tahu apa yang saya maksudkan? Maka dari itu Alkitab memberikan kita jawaban yang sangat berbeda.

Mazmur 8 ditulis oleh Raja Daud, dan merupakan mazmur pujian yang merayakan kemuliaan Allah. Dan pada saat yang sama, mazmur ini membahas tentang harga diri. Tetapi mazmur ini menjawab pertanyaan tentang harga diri bukan dengan memandang diri kita sendiri, tetapi dengan memandang Allah. Inilah yang harus kita pahami. Alkitab menempelkan harga diri kita pada harga Allah. Kita hanya akan mengetahui harga diri kita yang sebenarnya sejauh kita mengetahui kemuliaan Allah. Kita hanya bisa mengetahui siapa kita ketika kita tahu siapa Tuhan. Semakin kita melihat harga Tuhan, semakin kita melihat harga kita. Inilah jawaban Kekristenan atas pertanyaan yang paling mendasar tentang keberadaan manusia. Siapa kita ditentukan oleh siapa Tuhan. Dan semua masalah hidup kita berakar dari tidak mengenal siapa Tuhan atau melupakan siapa Tuhan.

 

Jadi, Mazmur 8 menjawab pertanyaan tentang harga diri dalam tiga bagian. Kemuliaan Tuhan; Kekecilan manusia; Kemuliaan manusia.

 

Kemuliaan Tuhan

 

Mazmur 8:2-4 – Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:

Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Yang menarik adalah Daud menggunakan dua kata Ibrani yang berbeda untuk kata “Tuhan”. Kata TUHAN yang pertama, yang dalam huruf besar, adalah nama Tuhan yang sebenarnya. Ketika Musa bertemu dengan Tuhan di semak duri yang berapi, Musa menanyakan nama Tuhan kepada Tuhan. Dan Tuhan menjawab, “Aku adalah Aku,” yang kemudian dikenal sebagai YHWH. Artinya adalah Tuhan lebih besar dari masa ini, masa lalu, dan masa depan. Artinya adalah Tuhan tidak pernah tidak ada dan Tuhan tidak dapat diukur dengan waktu karena Dia berada di luar waktu. Dia tidak memiliki awal, dan Dia tidak memiliki akhir. Dia tidak bergantung pada apa pun dan segala sesuatu yang lain bergantung pada Dia. Dan kata Tuhan yang kedua berasal dari kata Adonai yang berarti penguasa atau raja. Jadi, Daud berkata, “Ya YHWH, Raja kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi.” Tidak ada satu milimeter pun di bumi di mana nama Yahweh tidak mulia. Dia lebih besar, lebih bijaksana, lebih indah, dan lebih mulia dari segalanya di mana pun. Dia tidak memiliki saingan. Dan Tuhan ini bukanlah Tuhan yang jauh di suatu tempat di alam semesta. Daud berkata bahwa Tuhan yang luar biasa besar dan agung ini adalah Tuhan kita. Kita berada dalam hubungan yang intim dengan Dia. Betapa menakjubkannya hal ini?

Daud kemudian melanjutkan dengan mengatakan, “Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.Ini adalah pengalaman yang sama yang kita miliki dengan Daud. Pernahkah anda melihat langit di malam hari dan melihat bulan dan bintang, dan berpikir, “Tidak mungkin semua ini terjadi secara kebetulan. Pasti ada seorang seniman yang menciptakan pemandangan yang indah ini. Pasti ada Tuhan.”? Inilah yang dialami Daud. Langit dengan segala isinya bernyanyi tentang keagungan sang seniman. Langit menceritakan keagungan Allah. Tetapi dia tidak berhenti di situ. Perhatikan apa yang dikatakan Daud di ayat 4. Mazmur 8:4 – Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan. Ini sangat indah. Sewaktu Daud melihat ke langit, Daud tidak mengatakan bahwa langit, bulan dan bintang adalah hasil karya tangan Tuhan. Daud mengatakan itu adalah hasil karya jari Tuhan. Coba pikirkan. Pada zaman Daud, dia tidak memiliki konsep seberapa besar alam semesta. Dia hanya bisa melihat apa yang bisa dilihat dengan mata manusia. Jika kita berkata kepadanya, “Apa pendapatmu tentang Milky Way?” dia akan berkata, “Apa? Ada jalan yang diisi susu?” Dia bahkan tidak tahu sebagian kecil dari apa yang kita ketahui hari ini. Dan jika Daud begitu kagum akan Tuhan dengan sedikit yang dia ketahui, bagaimana dengan kita? Jika galaksi kita, Bima Sakti, seukuran Australia, maka tata surya kita adalah seukuran segelas air. Bumi adalah seukuran setitik debu yang hampir tidak terlihat. Dan butuh jutaan tahun lagi untuk menemukan mikroskop yang bisa mendeteksi kita. Dan hari ini kita tahu bahwa galaksi kita hanyalah salah satu dari milyaran galaksi di luar sana. Alam semesta jauh lebih besar dari apa yang dapat kita pahami dengan pikiran kita. Dan Tuhan menciptakan semua itu dengan jari-Nya. Jari! Menciptakan alam semesta adalah seperti permainan anak kecil bagi Tuhan. Dia bahkan tidak meneteskan keringat. Jika jari Tuhan bisa melakukan itu, seberapa besarkah Tuhan?

Dan lihat ayat 3. Mazmur 8:3 – Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Rupanya, Tuhan yang luar biasa besar ini memiliki musuh. Jadi, bagaimana Dia mengatasi musuh-musuh-Nya? Daud berkata bahwa Tuhan membungkam musuh-musuhnya melalui ocehan bayi-bayi. Tuhan macam apa yang membungkam musuh-musuh-Nya dengan mengatakan, “Biarkan bayi-bayi mengoceh?” Para orang tua, katakanlah seorang pencuri masuk ke rumah anda di larut malam saat anda ada di rumah. Apakah anda akan memberitahu bayi anda untuk menghadapinya? “Hei Beth, ayo nangis sekeras mungkin agar si pencuri itu kaget dan kabur.” Tentu tidak. Bayi tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengoceh. Tetapi itulah yang Tuhan lakukan. Dia menggunakan kelemahan bayi untuk membungkam musuh-musuh-Nya. Betapa agungnya nama Tuhan. Dan inilah pola yang kita lihat di seluruh Alkitab. Tuhan mengungkapkan kemuliaan-Nya dengan menggunakan orang yang lemah untuk melakukan pekerjaan-Nya yang besar. Anda tahu kenapa? Karena ketika kita melihat bayi mengalahkan Thanos, tidak diragukan lagi siapa yang mendapat kemuliaan. Ketika Tuhan menggunakan orang yang lemah untuk melakukan hal-hal yang besar dan mulia, Tuhan membuat nama-Nya agung karena tidak diragukan lagi kuasa-Nya yang bekerja. Tuhan membuat nama-Nya agung melalui kelemahan orang yang lemah.

 

Saya akan memberikan anda satu implikasi dari kebenaran ini. Jika apa yang Daud katakan tentang Tuhan itu benar, jika Tuhan menciptakan alam semesta hanya dengan jari-Nya, maka kita tidak bisa main-main dengan Tuhan. Kita tidak dapat hidup sesuka kita karena kita harus menghormati Sang Pencipta yang menciptakan kita dan segala sesuatu lainnya. Jika Tuhan menciptakan kita, itu berarti Dia memiliki hak atas kita dan kita harus mengikuti kehendak-Nya. Itu berarti kita hanya bisa menemukan alasan keberadaan kita, tujuan hidup kita, dan harga diri kita di dalam Tuhan. Di sisi lain, jika kita menghapus Tuhan dari kehidupan, jika Daud melihat ke langit dan berkata, Aku melihat luasnya langit, aku melihat bulan dan bintang, dan semuanya adalah kebetulan,” tahukah anda apa artinya? Itu berarti tidak ada alasan dan tujuan atas penciptaan. Jika demikian, anda dan saya hanyalah sampah. Kita hanyalah produk kecelakaan. Kita hanyalah kombinasi dari molekul-molekul yang kebetulan bersatu. Kita tidak memiliki tujuan, dan kita tidak memiliki nilai. Sesuatu hanya memiliki nilai jika dapat digunakan, jika memiliki desain, dan memenuhi suatu tujuan. Jika kita adalah produk kecelakaan, itu berarti kita tidak memiliki arti dan harga diri. Tidak masalah jika kita menjalani kehidupan yang baik atau menjadi pembunuh berantai. Pada akhirnya, tidak ada yang kita lakukan yang berarti. Tidak ada yang kita lakukan yang membuat perbedaan. Hidup sama sekali tidak memiliki makna. Dan mari saya beri tahu, tidak ada orang yang bisa hidup seperti ini. Bahkan mereka yang menolak keberadaan Tuhan tetap berusaha mencari makna hidup. Mereka ingin hidup mereka berarti. Tetapi tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa kita berarti. Kecuali ada Tuhan, Sang Pencipta. Dan kabar baiknya, Daud berkata bahwa Tuhan Sang Pencipta itu ada. Kita dapat melihat sidik jari-Nya dalam ciptaan. Alam semesta bukanlah karya kecelakaan. Tuhan telah menempatkan segalanya pada tempatnya. Oleh karena itu, kita dapat menemukan harga diri kita di dalam Dia.

 

Kekecilan manusia

 

Mazmur 8:4-5 – Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

Jadi, Daud melihat ke langit. Dia menatap luasnya angkasa. Dan Daud merasakan apa yang kita rasakan saat kita melakukan hal yang sama. Daud merasa kerdil dan tidak berarti. “Siapa aku? Aku begitu kecil. Aku tidak penting. Aku bukan siapa-siapa.Tidak ada satu pun dari kita yang dapat melihat ke langit dan berkata dengan pikiran yang sehat, Oh wow. Galaksi ini sangat beruntung memiliki orang seperti aku. Aku sangat mengagumkan.” Sewaktu kita melihat kebesaran Tuhan dalam ciptaan, kita menemukan diri kita sangat kecil. Intinya jelas. Tuhan itu luar biasa mulia, dan kita jauh lebih kecil dari setitik debu jika dibandingkan dengan Dia. Dan kita harus memeluk kebenaran ini. Karena jika kita tidak menyadari kekecilan kita, kita tidak akan kagum akan kebesaran Tuhan. Dapatkan ini. Semakin besar kita melihat Tuhan, semakin kecil kita melihat diri kita sendiri. Dan mungkin alasan mengapa kita menganggap diri kita besar adalah karena kita tidak melihat bahwa Tuhan itu besar. Kita berpikir kita lebih besar dari siapa kita sebenarnya. Jadi, Daud mengingatkan kita bahwa kita sangat kecil. Kita lebih kecil dari setitik debu. Tetapi Daud tidak berhenti di situ. Ya, kita kecil dan tidak berarti. Tetapi ini yang mengejutkan Daud. Tuhan semesta alam tidak hanya mengetahui keberadaan kita; Dia mengingat kita, dan Dia mengindahkan kita. Tuhan yang menciptakan alam semesta dengan jari-Nya memfokuskan perhatian-Nya pada kita. Kita adalah obyek perhatian Tuhan. Dan inilah alasan mengapa kita harus merangkul kekecilan kita. Semakin kita melihat kekecilan kita, semakin kita bisa melihat betapa besar, betapa baik, dan betapa pedulinya Tuhan terhadap kita.

 

Tahukah anda bahwa kita semua memiliki keinginan yang kuat untuk diperhatikan? Para orang tua, anda melihat ini di anak anda setiap saat. Papi lihat ini. Mami lihat ini. Aku akan membuat lompatan besar ke dalam kolam.Jadi, anda melihat mereka melompat ke dalam kolam. Kemudian mereka berkata lagi, Papi lihat ini. Mami lihat ini. Aku akan membuat lompatan besar ke dalam kolam.Jadi, anda melihat mereka lagi dan berpikir bahwa mereka akan melakukan lompatan yang berbeda. Tetapi lompatannya ternyata sama. Kemudian mereka berkata lagi, Papi lihat ini. Mami lihat ini…” Dan lompatannya sama persis untuk yang ke delapan kali. Papi lihat ini. Mami lihat ini…” Dan anda sangat tergoda untuk berkata, Seberapa banyak pengakuan yang kamu butuhkan nak? Papi Mami sudah lihat kamu lompat yang sama persis sepuluh kali.” Tetapi tentu saja, anda tidak mengatakan itu. Anda berkata, “Oh wow, hebat sekali lompatanmu” sambil memeriksa Instagram anda. Anak-anak menginginkan perhatian. Apakah saya benar? Dan kita mengira mereka akan lepas dari kebutuhan akan perhatian dengan berjalannya waktu. Tetapi mereka tidak.

Bagaimana saya tahu? Karena kita semua masih memiliki keinginan untuk diperhatikan. Kita semua menginginkan pengakuan. Jika kita tidak bisa mendapatkan perhatian yang baik, kita akan melakukan sesuatu yang buruk untuk mendapatkan perhatian. Kita perlu tahu bahwa kita ada di dalam pikiran seseorang. Bahwa seseorang memperhatikan kita, seseorang memedulikan kita. Tidak ada perasaan yang lebih buruk daripada pergi ke Indonesia selama beberapa minggu dan menyadari bahwa tidak ada seorang pun di gereja ROCK Sydney yang merindukan saya. Lebih baik saya pindah ke Indonesia selamanya jika demikian. Dan inilah yang mengejutkan Daud. Perhatikan. Pasangan kita mungkin tidak memperhatikan kita. Kekasih kita mungkin tidak mengingat kita. Orang tua kita, teman kita, dan gereja kita mungkin melupakan kita. Tetapi sosok terbesar di alam semesta tidak melupakan kita. Kita mungkin lebih kecil dari setitik debu, tetapi pikiran-Nya penuh dengan kita. Tuhan memikirkan kita. Tuhan menatap kita. Tuhan tersenyum karena kita. Kita berharga di mata-Nya. Dan kita tidak hanya ada dalam pikiran-Nya, tetapi Dia juga mengindahkan kita. Jika saya dapat mengatakannya dengan kata lain, Tuhan tidak hanya menganggap kita berharga, tetapi Dia juga membelikan kita bunga untuk menunjukkannya. Dan jangan berpikir bahwa kita pasti begitu hebat dan itulah sebabnya Tuhan memperhatikan kita. Tidak. Kita sangat kecil, dan Tuhan sangat besar. Adalah misteri besar alam semesta bahwa Tuhan semesta alam yang mulia sangat mengasihi kita.

 

Kemuliaan manusia

 

Mazmur 8:6-10 – Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Ikuti urutannya. Pertama, Daud berkata bahwa Tuhan itu sangat besar, dan langit menceritakan kemuliaan-Nya. Dia lebih besar dari imajinasi terbesar kita. Dibandingkan dengan Dia, kita hampir seperti tidak ada. Namun Dia mengingat kita, dan Dia mengindahkan kita. Tetapi tidak hanya sampai disitu. Daud melanjutkan dengan mengatakan bahwa Tuhan yang mulia ini telah menjadikan kita puncak ciptaan. Dia telah membuat kita hampir sama seperti Allah dan memahkotai kita dengan kemuliaan dan hormat. Apa artinya? Itu berarti kita diangkat ke posisi bangsawan. Tuhan memberikan kita kekuasaan atas pekerjaan tangan-Nya, atas binatang di padang, burung di langit dan ikan di laut. Apakah itu terdengar akrab bagi anda? Seharusnya iya. Ini adalah ayat favorit Ps Sem. Kejadian 1:27-28 – Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Inilah yang para teolog sebut Imago Dei. Artinya kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tuhan menjadikan kita kepala dari semua ciptaan. Kita harus berkuasa sebagai wakil Tuhan. Jadi inilah kebenaran tentang kita. Tuhan telah membuat kita untuk Dia dan Tuhan telah membuat ciptaan lainnya untuk kita. Kita diberikan kekuasaan dan kita harus menjalankan kuasa itu atas ciptaan lainnya. Namun pada saat yang sama, kita bertanggung jawab kepada Allah dalam cara kita menggunakan kuasa itu. Kita harus mencitrakan Allah dalam cara kita menjalankan kekuasaan kita.

Jadi inilah yang dikatakan Mazmur 8 tentang harga diri kita. Kita sangat berharga dan mulia. Kita sangat bernilai. Tetapi kita tidak berharga dan mulia karena kita. Kita sangat kecil, tetapi seseorang menganggap kita berharga. Seseorang memahkotai kita dengan kemuliaan dan hormat. Seseorang memberikan kita kekuasaan. Seseorang menjadikan kita puncak ciptaan. Seseorang menciptakan kita menurut gambar-Nya. Dan ini menghancurkan konsep dunia tentang harga diri. Harga diri kita tidak dimulai dengan “aku” tetapi “Tuhan”. Kita bukanlah apa yang kita miliki. Kita bukanlah apa yang kita rasakan. Kita bukanlah apa yang kita katakan. Kita adalah apa yang Tuhan katakan tentang kita. Di sinilah kita menemukan harga diri kita.

 

Ada banyak implikasi yang bisa diambil dari Imago Dei. Saya akan memberikan anda tiga implikasi. Pertama, implikasi psikologis. Tidak peduli apa penilaian hati kita, tidak peduli apa penilaian orang lain, ada makna dan kemuliaan objektif yang kokoh tentang kita. Tidak peduli siapa kita atau apa yang telah kita lakukan atau bagaimana kita menjalani hidup kita saat ini, kita sangat berharga bagi Tuhan. Dunia memberi tahu kita bahwa kita berharga selama kita tampil dengan baik. Tetapi Alkitab memberitahu kita bahwa kita berharga karena kita diciptakan menurut gambar Allah. Oleh karena itu, kita bisa berhenti mencari pengakuan dari orang lain. Tuhan memperhatikan kita. Dia memikirkan kita, dan Dia peduli terhadap kita. Jika Tuhan semesta alam menghargai kita, mengapa kita harus peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain? Kita tidak berharga karena kita memiliki banyak pengikut di Instagram. Kita dapat memiliki 4000 pengikut, atau kita dapat memiliki empat: Papa, mama, koko, dan adik. Nilai kita tidak bergantung pada berapa banyak orang yang menyukai kita. Nilai kita tidak bergantung pada pendidikan kita. Nilai kita tidak bergantung pada penampilan kita. Kita bisa tinggi, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek, atau semapai (semeter tak sampai). Kita bisa menjadi pengkhotbah, pembersih, koki, supir taksi, pelajar, atau pengangguran. Hal tersebut tidak menentukan harga diri kita. Harga diri kita dibangun di atas fakta yang tidak berubah bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah.

Kedua, implikasi sosial. Gagasan bahwa setiap orang diciptakan menurut gambar Allah memiliki implikasi sosial yang sangat besar. Artinya tidak ada orang yang biasa. Seharusnya tidak ada sistem kasta, sistem kelas, atau rasisme. Satu orang tidak lebih berharga dari orang yang lain. Tidak peduli seberapa kaya atau miskinnya kita, pengemis termiskin di jalanan sama berharganya dengan orang terkaya di istana. Setiap orang diciptakan menurut gambar Allah dan setiap individu berharga. Sebagaimana harga kita tidak ditentukan oleh apa yang kita lakukan, harga orang lain tidak ditentukan oleh apa yang mereka lakukan. Mereka adalah cerminan gambar Allah sama seperti kita. Karena itu kita harus saling menghormati dan melihat segala sesuatu melalui kacamata Tuhan. Kita tidak lagi menghargai orang berdasarkan latar belakang mereka atau preferensi kita. Anak seorang pelacur sama berharganya dengan anak seorang raja. Semua orang dari semua bangsa dari semua kelas dari semua latar belakang berharga di mata Tuhan.

Ketiga, implikasi rohani. Pikirkan tentang ini. Kita diciptakan untuk menggambarkan kemuliaan Allah dan keindahan Allah. Kita bukan bola lampu. Kita semua adalah cermin. Sebuah cermin tidak dapat menghasilkan cahaya dan keindahannya sendiri. Cahaya dan keindahan tidak melekat pada cermin. Sebuah cermin hanya dipenuhi dengan cahaya dan keindahan jika ia menghadap sesuatu dengan cahaya dan keindahan. Saya suka cara John Piper menjelaskannya. “Manusia diberikan status tinggi sebagai pembawa gambar, bukan agar dia menjadi sombong dan mandiri, tetapi agar dia mencerminkan kemuliaan Penciptanya.” Apakah anda tahu apa artinya? Itu berarti kita tidak akan pernah menemukan harga diri kita dengan sendirinya. Kita tidak akan pernah mengetahui harga diri kita hanya dengan melihat ke dalam dan berkata, Aku tahu aku berharga. Aku tahu aku berharga. Aku tahu aku berharga.” Kita tidak dapat menghasilkan harga dengan sendirinya. Kita tidak akan pernah merasa berharga kecuali kita menghadap seseorang yang memberikan kita harga. Seseorang harus mengatakan kepada kita, “Kamu hebat. Kamu berharga. Kamu bernilai.Sesuatu di luar diri kita harus memberikannya kepada kita. Kita tidak dapat membuatnya dari dalam kita. Dan di sinilah letak masalahnya. Masalah kita adalah kita melihat kepada hal yang salah untuk memberikan kita harga diri. Kita melihat kepada cinta, pasangan, uang, kesuksesan, status, pencapaian, dll. Dan tidak ada satupun yang dapat memberikan kita apa yang kita butuhkan karena kita diciptakan untuk menggambarkan kemuliaan Allah. Jika kita membangun harga diri kita berdasarkan keberhasilan finansial, apa yang terjadi ketika kita finansial kita hancur? Kita tidak hanya tidak bahagia. Kita kehilangan harga diri kita. Jika kita membangun harga diri kita dengan seberapa besar kita dicintai oleh pasangan kita, apa yang terjadi jika hubungan itu putus? Kita tidak hanya sedih. Kita kehilangan harga diri kita. Apa pun yang kita gunakan untuk membangun harga diri kita selain Allah sangatlah rapuh. Hanya Allah yang dapat memberikan kita harga diri yang sebenarnya karena kita diciptakan menurut gambar Allah.

 

Dapatkah anda melihat bagaimana Mazmur ini menjawab pertanyaan tentang harga diri dengan cara yang berbeda dari yang kita kira? Kita ingin menghasilkan harga diri dengan sendirinya. Kita ingin menjadi penting karena kita penting. Tetapi ini bukanlah jawaban Alkitab tentang harga diri. Alkitab menjawab pertanyaan tentang harga diri dengan mengarahkan kita kepada siapa Tuhan. Ini bukan tentang siapa kita tetapi tentang siapa Tuhan. Semakin mulia Tuhan dalam pikiran kita, semakin kita melihat kebesaran-Nya, semakin kita melihat harga diri kita. Harga diri kita terikat dengan pewahyuan tentang siapa Tuhan. Inilah bagaimana kita menemukan harga diri kita.

 

Namun, kita tidak bisa berhenti di Mazmur 8. Karena jika kita berhenti disini, kita akan mengalami masalah. Mazmur 8 memberitahu kita tentang kemuliaan manusia. Ini sangat indah. Di sinilah letak masalahnya. Ketika kita melihat diri kita sendiri, kita tidak melihatnya. Alih-alih mencerminkan gambar Allah, kita sering menghancurkan gambar Allah. Kita gagal menampilkan rupa Allah. Kita gagal memantulkan kemuliaan-Nya. Ketika kita melihat masyarakat kita saat ini, kita tidak melihat gambaran yang diberikan kepada kita di Mazmur 8. Kita tidak hanya menyaksikan sifat jahat manusia setiap hari di berita, tetapi kita juga menyaksikan kuasa ciptaan yang menghancurkan. Badai, taufan, banjir, gempa bumi, gunung berapi. Kita seharusnya menaklukkan singa. Tetapi apa yang kita lakukan jika kita bertemu dengan singa yang keluar dari kandangnya? Apakah kita menjalankan kekuasaan kita atas singa? “Singa, aku perintahkan kamu untuk tunduk kepadaku. Duduk tenang dan jadilah kucing yang baik.” Tidak. Kita lari. Apa yang terjadi? Kejatuhan terjadi. Dosa Adam dan Hawa telah menjungkirbalikkan ciptaan. Bukannya menguasai ciptaan, kita dikendalikan oleh ciptaan. Bukannya hidup untuk kemuliaan Allah, kita hidup untuk kemuliaan diri kita sendiri. Gambar Allah di dalam kita tercemar dan rusak. Jadi, bagaimana cara kita memulihkannya? Bukan dengan pulang dan berkata, Aku harus mencari dan memantulkan kemuliaan Tuhan.” Itu abstraksi. Itu tidak akan mempengaruhi harga diri kita. Inilah rahasia kemuliaan Tuhan.

Ibrani 2:6-9 – Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatu pun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Perhatikan. Mazmur 8 berbicara tentang kita. Namun Ibrani 2 mengubah Mazmur 8 dari berbicara tentang kita kepada Yesus. Yesus adalah gambar Allah yang sempurna. Yesus adalah pancaran kemuliaan Allah. Tetapi kemudian Yesus datang ke bumi sebagai manusia. Dan untuk sementara waktu dia dibuat sedikit lebih rendah dari para malaikat. Dia menjadi seperti kita. Dia menjalani kehidupan yang seharusnya kita jalani, dan dia mati dalam kematian yang seharusnya kita alami. Dan saat ini, kita belum melihat semuanya di bawah kendali Yesus. Tetapi meskipun kita belum melihat segala sesuatu tunduk kepada Yesus, Yesus sudah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Dia sudah duduk di singgasana menunggu hari yang akan datang dimana dia akan memperbaiki segalanya. Dunia yang kita lihat sekarang ini masih berantakan. Tetapi tidak selamanya. Sang Raja sudah berada di singgasananya. Dan dia akan datang kembali untuk memulihkan segala sesuatu yang rusak.

Jadi, Mazmur 8 adalah pertama dan terutama tentang Yesus. Tetapi ini juga tentang kita. Yesus adalah penggenapan dari semua yang dikatakan Mazmur 8. Dan ketika kita melihat Yesus kehilangan kemuliaan-Nya bagi kita, ketika kita melihat Yesus kehilangan keindahan-Nya bagi kita, kita melihat hal yang paling mulia di alam semesta. Dan itu akan memalingkan hati kita kepada Yesus. Kemuliaan tertinggi adalah melihat Yesus kehilangan kemuliaannya bagi kita sehingga kita dapat memilikinya. Ketika kita melihatnya, Yesus menjadi kemuliaan kita. Jadi, ketika kita melihat harga diri kita, kita tidak hanya melihat apa yang terlihat oleh mata manusia. Kita melihat dengan mata iman. Kita melihat kita rusak. Kita melihat kita kecil. Namun pada saat yang sama, kita melihat Yesus memperhatikan kita. Yesus mengindahkan kita. Dan karena Yesus, kita dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Kita diadopsi ke dalam keluarga Allah. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk memberitahu kita bahwa kita adalah sesuatu karena Yesus sudah memberitahu kita bahwa kita adalah sesuatu. Kita tahu kita milik siapa. Kita adalah milik Yesus. Dan Yesus telah membayar harga yang sangat mahal untuk menjadikan kita kepunyaan-Nya. Dia mati di kayu salib untuk menebus dosa kita dan memberitahu kita bahwa kita berharga di mata-Nya. Itulah harga diri kita. Harga kita bagi Yesus adalah salib. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion guide:

 

  1. What struck you the most from this sermon?
  2. Out of the three wrong premises for self-worth, which one do you relate the most with? Why?
  3. Why is it important to know God’s greatness in defining our self-worth?
  4. Why is it important to know our smallness in defining our self-worth?
  5. Out of the three implications of Imago Dei, which one stands out the most for you? Why?
  6. How does the gospel cure the problem of self-worth?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.