Mengobati hati yang gelisah

Mazmur 95:1-11

Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”

 

Tahukah anda bahwa kita hidup di zaman di mana hampir tidak mungkin bagi kita untuk beristirahat dengan tenang? Ada dua alasan untuk itu. Alasan pertama adalah teknologi. Ada masa dimana ketika kita pulang kerja pada jam 5 sore, kita tidak menyentuh pekerjaan kita lagi sampai hari berikutnya. Tetapi masa itu sudah lewat. Saat ini, banyak dari kita bekerja dari rumah dan memiliki akses ke pekerjaan kita setiap saat. Bahkan meskipun tidak, kita selalu membawa smartphone kita. Bos dan rekan kerja kita dapat menjangkau kita hanya dengan satu WhatsApp. Dan bukan hanya itu, hari ini kita juga memiliki akses atas apa yang dilakukan oleh semua orang di seluruh dunia dalam profesi kita. Jika sebelumnya kita hanya harus bersaing dengan orang-orang di kantor sebelah, sekarang kita harus bersaing dengan seluruh dunia. Contoh, mungkin dulu anda mendengar khotbah saya dan berpikir, “Yosi pinter juga ya. Yang dia katakan itu membuka pikiran.” Tetapi sekarang, ketika anda mendengar saya berkhotbah, anda berpikir, “Koq aku rasanya pernah dengar ya? Oh aku pernah dengar Tim Keller mengatakan hal yang sama di podcastnya. Wow ternyata Tim Keller mendengarkan podcast ROCK Sydney. Luar biasa.” Oke, mungkin sebaliknya.

Alasan kedua adalah kita hidup dalam budaya yang didorong oleh pencapaian. Dalam budaya kita, identitas kita terikat pada seberapa baik performa kita. Kita semua terus mengukur diri kita beradasarkan produktivitas dan pencapaian kita. Kita telah dilatih untuk melakukan ini sejak kita kecil. Saya berikan sebuah contoh pribadi. Jika anda tidak tahu, selama bulan Januari saya melakukan Sabat. Tujuannya adalah bagi saya untuk tidak berkhotbah dan beristirahat di dalam Tuhan. Ini adalah cara bagi saya untuk mengingatkan diri saya bahwa Tuhan adalah Tuhan, dan saya bukan Tuhan. Gereja ini adalah gereja Tuhan, dan gereja ini tidak bergantung pada saya. Tuhan dapat memakai siapa saja di mana saja kapan saja. Sabat adalah cara bagi saya untuk merangkul ketidakpentingan saya dan beristirahat dalam kedaulatan Tuhan. Dan mari saya beri tahu, jika anda berpikir adalah mudah bagi saya untuk beristirahat, anda salah besar. Ini sangat sulit. Anda tahu mengapa? Karena saya bergumul dengan perasaan tidak produktif. Secara tidak sadar, saya merasa tidak berharga jika saya tidak produktif. Jadi, yang saya lakukan adalah saya membuat daftar hal-hal yang harus saya lakukan selama saya Sabat. Dan pada minggu pertama Sabbatical saya, saya berusaha menyelesaikan sebanyak mungkin. Saya bekerja lebih keras dari sebelumnya padahal saya seharusnya beristirahat. Dapatkah anda melihat ironinya? Pencapaian terlihat berbeda untuk setiap orang. Bagi sebagian dari kita, itu adalah pencapaian dalam sekolah. Bagi yang lain, mungkin itu adalah pencapaian dalam pekerjaan, hubungan, atau keluarga. Kita mengaitkan identitas kita pada seberapa baik perfoma kita dalam hal tersebut. Tidak heran hati kita gelisah.

 

Hari ini, kita akan belajar bersama bagaimana cara kita mengobati hati yang gelisah. Bagaimana cara kita menjadi tenang. Jawabannya bukan hanya untuk beristirahat dari kesibukan. Karena kita bisa beristirahat dan tetap gelisah. Ketenangan bukan hanya soal istirahat. Ketenangan adalah tentang hati yang damai meskipun berada di tengah kekacauan. Bagaimana kita bisa mendapatkannya? Jawabannya adalah penyembahan. Jika saya dapat meringkas khotbah saya dalam dua kalimat, ini dia. Alkitab memberi tahu kita bahwa alasan hati kita gelisah adalah karena kita menyembah hal yang salah. Dan cara utama untuk mengobati kegelisahan adalah melalui penyembahan. Dan untuk khotbah ini, kita akan melihat ke Mazmur 95. Mazmur 95 adalah teks klasik dalam Alkitab tentang penyembahan. Ini adalah tempat terbaik dalam Alkitab untuk memahami apa itu penyembahan.

Saya memiliki tiga poin untuk khotbah saya. Tiga hal yang kita butuhkan untuk mengobati hati yang gelisah: Penyembahan bersama; Penilaian dalam penyembahan; Penyembahan yang percaya.

 

Penyembahan bersama

 

Mazmur 95:1-2 – Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

Perhatikan kata-kata yang digunakan oleh pemazmur. Dia berkata, “Bersorak-sorai untuk Tuhan. Bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.” Apakah anda tahu apa yang dia katakan? Pemazmur mengatakan bahwa ketika kita datang ke hadirat Tuhan, kita harus datang dengan semangat. Kita harus datang dengan sukacita dan sorak-sorai. Jadi, hal pertama yang kita lihat dalam mazmur ini adalah penyembahan kita harus menjadi penyembahan yang penuh dengan sorak-sorai. Ada cara lain untuk menyembah. Ada waktu untuk meratap dan berdiam. Tetapi cara paling alami untuk menyembah Tuhan adalah dengan sukacita dan sorak-sorai. Jadi, dapatkan ini. Ketika kita datang untuk beribadah, kita tidak datang sebagai penonton. Kita datang sebagai peserta untuk merayakan Tuhan dengan bersorak-sorak. Artinya, tim pujian dan penyembahan bukanlah sebuah band yang sedang tampil dimana pemimpin pujian adalah vokalis utama. Daniel bukanlah Bono. Bernyanyi di gereja bukanlah konser Coldplay. Dan saya bukan pembicara TED talk. Ketika saya berkhotbah, saya menyembah. Ketika kita bernyanyi, kita menyembah. Kita semua adalah peserta dalam ibadah. Tuhan adalah satu-satunya penonton.

Dan alasan kita menyembah Tuhan adalah karena Dia adalah gunung batu keselamatan kita. Gambarannya disini adalah Tuhan sebagai Prajurit Ilahi yang membela dan membebaskan umat-Nya. Coba pikirkan. Apa tanggapan kita jika kita akan dibunuh dan seseorang menyelamatkan kita dari kematian? Kita akan berteriak dengan sukacita. Kita akan penuh dengan ucapan syukur. Dan kita tidak bisa tidak memuji orang yang menyelamatkan kita. Inilah yang pemazmur katakan kepada kita. Perhatikan. Kekristenan adalah agama yang memakai perasaan. Kita harus mengungkapkan ucapan syukur kita kepada Tuhan melalui nyanyian dan sorak-sorai. Jadi, adalah baik untuk berteriak dan memuji Tuhan saat kita bernyanyi. Tentu akan lebih baik jika kita bisa melakukannya dengan nada tidak fals. Tetapi meskipun fals, Tuhan menyambutnya, meskipun orang yang duduk di sebelah kita mungkin tidak. Itu sebabnya kami tidak membiarkan beberapa dari anda menggunakan mikrofon saat bernyanyi. Kami tidak ingin merusak gendang telinga jemaat selama ibadah. Tetapi kita dipersilakan untuk bernyanyi sekeras mungkin dari tempat kita duduk. Tuhan adalah satu-satunya penonton dalam ibadah kita. Dan mari saya beri tahu, orang-orang di sekitar kita membutuhkan untuk mendengar kita bernyanyi kepada Tuhan. Mereka mungkin datang ke gereja dengan beban berat dan banyak masalah. Jadi, sewaktu kita bernyanyi kepada Tuhan, kita juga mendorong mereka untuk mengingat siapa Tuhan. Kita mengingatkan mereka, “Hei, ini Tuhan yang kita sembah dan kita bisa mempercayai Dia.” Dan kita dapat melakukannya tidak hanya waktu bernyanyi, tetapi juga selama pemberitaan Firman Tuhan. Saya ingin mendorong anda untuk berteriak dan membuat suara. Jika saya mengatakan sesuatu yang menurut anda benar dan selaras dengan hati anda, maka jangan ragu untuk berteriak, “Amin. Ya. Puji Tuhan. Haleluya.” Atau cukup dengan, “Hmmm.” Tidak ada yang akan memelototi anda sewaktu anda melakukannya di gereja ini. Bahkan jika ada yang memelototi anda, anda bisa cuek saja. Karena anda tidak melakukannya untuk saya. Ibadah bukan tentang saya. Ibadah bukan tentang anda. Ibadah tentang Tuhan. Kita berseru kepada Tuhan dalam penyembahan.

 

Dan jangan lewatkan salah satu hal yang sangat jelas tentang Mazmur ini. Seluruh Mazmur ada dalam bentuk jamak. Pemazmur tidak mengatakan, “Aku bersorak-sorai untuk Tuhan.” Dia berkata, “Mari kita bersorak-sorai untuk Tuhan. Biarlah kita menghadap Tuhan. Mari kita; biarlah kita; mari kita…” Semuanya berbicara kita. Ini adalah ibadah bersama. Kita dipanggil untuk menyembah Tuhan dalam sebuah komunitas. Mengapa ini penting? Tidak bisakah kita menyembah Tuhan sendiri? Tentu bisa dan itu harus. Waktu pribadi kita dengan Tuhan tidak tergantikan. Tetapi dengarkan baik-baik. Ini adalah sesuatu yang saya pelajari setelah bertahun-tahun ada dalam pelayanan pengembalaan. Sepentingnya ibadah pribadi, ibadah pribadi adalah persiapan untuk ibadah bersama. Pengalaman transformasi kebanyakan terjadi dalam ibadah bersama dan bukan ibadah pribadi. Mengapa? CS Lewis mengatakannya seperti ini. “Di setiap teman saya, ada sesuatu yang hanya bisa dibawa keluar oleh beberapa teman lainnya. Saya sendiri tidak cukup besar untuk membawa seluruh kepribadiannya keluar; Saya ingin sinar lain selain sinar saya untuk menunjukkan semua sisinya.” Saya akan menjelaskan apa yang dia maksud. Ini sangat dalam.

Saya memiliki dua teman dekat. Mereka adalah Edrick dan Jejep. Saya mengasihi mereka dan kami sering kumpul bersama. Tetapi katakanlah Jejep meninggal. Sekarang, tinggal saya dan Edrick. Asumsinya adalah ketika saya kehilangan Jejep, saya akan memiliki lebih banyak Edrick. “Yes, sudah ga ada Jejep. Edrick menjadi milikku sepenuhnya sekarang.” Tetapi Lewis berpendapat sebaliknya. Lewis mengatakan bahwa ketika saya kehilangan Jejep, saya kehilangan bagian dari Edrick yang hanya bisa dikeluarkan oleh Jejep. Saya tidak memiliki lebih banyak Edrick setelah Jejep meninggal. Saya memiliki lebih sedikit Edrick. Apakah anda tahu apa yang dimaksudkan Lewis? Dia mengatakan bahwa kita hanya dapat benar-benar mengenal seorang dalam komunitas. Kita tidak bisa benar-benar mengenal seseorang hanya dengan kita sendiri, karena kita hanya melihat bagian dari orang tersebut yang bisa kita keluarkan. Dengan kata lain, semakin banyak kita berbagi teman tersebut dengan teman yang lain, semakin banyak dari teman tersebut yang kita miliki. Tidak ada satu individu yang dapat menggeluarkan seluruh kepribadian seseorang. Kita hanya bisa mengenal seseorang dengan sangat baik dalam sebuah komunitas. Inilah intinya. Jika manusia yang terbatas tidak dapat dikenal sepenuhnya secara pribadi, betapa lebih benar hal ini tentang Tuhan? Tuhan adalah sosok yang tidak terbatas. Jangan lewatkan implikasinya. Kita tidak akan pernah benar-benar mengenal Tuhan kecuali kita memuji bersama, berdoa bersama, dan mempelajari Alkitab bersama. Kita harus melakukannya dengan orang lain, atau kita tidak akan mengenal Tuhan dengan baik. Kita hanya akan mendapatkan sedikit Tuhan kecuali kita mau melakukannya dengan orang lain setiap saat. Inilah alasan mengapa ibadah bersama sangatlah penting.

 

Sekarang, saya akan menghubungkannya dengan hati yang gelisah. Apakah anda tahu mengapa hati kita gelisah? Salah satu alasan utama mengapa hati kita gelisah adalah karena kita hanya memiliki gambar yang kecil tentang Tuhan. Kita melihat hal-hal yang lain lebih besar daripada Tuhan. Dan kita membutuhkan saudara dan saudari kita di dalam Kristus untuk membantu kita melihat lebih banyak akan Tuhan. Kita membutuhkan mereka untuk membantu kita melihat sisi lain dari Tuhan yang tidak dapat kita lihat sendiri. Kita tidak dapat menyembah Tuhan dengan benar kecuali kita tahu siapa Dia sebenarnya. Dan kita tidak dapat benar-benar mengenal Tuhan sendirian. Itu sebabnya kita gelisah. Perhatikan. Menonton khotbah di YouTube dan mengikuti ibadah live streaming itu baik. Puji Tuhan untuk teknologi. Tetapi mereka bukanlah pengganti ibadah bersama. Itu hanyalah suplemen bagi kesehatan rohani kita. Satu-satunya cara kita bisa mengenal Tuhan sebagaimana Dia sebenarnya, satu-satunya cara kita bisa memiliki gambar yang akurat tentang Tuhan, adalah melalui ibadah bersama. Waktu pribadi dengan Tuhan tidak cukup. Itu tidak memberikan kita seluruh gambar Tuhan. Kita tidak akan bisa melihat semua keindahan-Nya sendirian. Jadi, hal pertama yang kita perlukan untuk mengobati hati yang gelisah adalah penyembahan bersama.

 

Penilaian dalam penyembahan

 

Mazmur 95:3-7a – Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.

Lihat apa yang dilakukan pemazmur di sini. Dia tidak hanya menyuruh kita untuk menyembah Tuhan, tetapi dia juga memberi tahu kita mengapa kita harus menyembah Tuhan. “Sebab Tuhan adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah.” Pada masa itu, mereka percaya bahwa setiap bangsa memiliki tuhannya sendiri, yang kedaulatannya dibatasi oleh wilayah kekuasaan mereka. Jadi, tuhannya Amerika menguasai Amerika dan tuhannya Indonesia menguasai Indonesia. Tetapi Tuhan dalam Alkitab berbeda. Lingkup otoritas-Nya tidak terbatas. Dari kedalaman bumi sampai kepuncak gunung, dari laut sampai daratan, semuanya adalah milik-Nya. Segala sesuatu adalah milik-Nya dan Dia adalah Pencipta segalanya. Dan Tuhan ini tidak hanya menciptakan segala sesuatu di luar sana, tetapi Dia juga adalah Tuhan yang menjadikan kita. Satu-satunya alasan kita hidup hari ini adalah karena Tuhan yang kita sembah memberikan kita hidup. Jadi, ketika kita datang untuk menyembah Tuhan, itu bukan sekadar hal yang kita lakukan pada hari Minggu. Kita diundang ke hadirat Sang Pencipta alam semesta yang menjadikan kita. Dan ketika kita menyadari siapa Tuhan, kita tidak akan datang ke hadirat-Nya dengan membusungkan dada. Tetapi kita akan sujud menyembah. Kita akan berlutut di hadapan-Nya dalam kerendahan hati.

Dan lihat ayat 7a. Mazmur 95:7a – Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Ini adalah bahasa perjanjian. Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan yang menciptakan alam semesta bukanlah Tuhan yang jauh. Dia adalah Tuhan kita. Dan kita adalah umat gembalaan-Nya, kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Yang berarti bahwa Tuhan berkomitmen kepada kita dan Dia adalah Gembala kita. Gambarannya adalah Tuhan bukan hanya Pencipta segala sesuatu, tetapi Tuhan memilih untuk masuk ke dalam hubungan perjanjian dengan kita. Dia dengan berdaulat memilih kita untuk menjadi milik-Nya dan membawa kita kepada-Nya. Jadi bagi umat Tuhan, Tuhan adalah Sang Pencipta sekaligus Pemilik umat-Nya. Dia lebih dari sekedar Pencipta. Dia adalah Juruselamat kita yang menjadikan kita umat yang dikasihi-Nya.

 

Bagaimana ini terkait dengan hati yang gelisah? Santo Agustinus menulis, “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, ya Tuhan, dan hati kami gelisah sampai hati kami beristirahat di dalam Engkau.Santo Agustinus berkata bahwa jika hati kita tidak menyembah Tuhan, hati kita gelisah. Mengapa? Karena hati manusia adalah penyembah yang naluriah. Kita harus menyembah sesuatu. Kita harus memberi nilai tertinggi pada sesuatu atau seseorang. Tim Keller mendefinisikan penyembahan seperti ini. “Penyembahan adalah memberikan nilai tertinggi pada suatu objek dengan cara yang memberikan energi dan melibatkan seluruh pribadi anda, seluruh keberadaan anda.” Jadi, pertanyaannya bukan apakah kita menyembah atau tidak. Pertanyaannya adalah, siapa atau apa yang kita sembah? Kita menyembah Tuhan atau kita menyembah hal-hal yang salah. Dengan kata lain, masalah utama kita selalu terletak pada penyembahan kita. Masalah kita adalah hati kita telah memberikan nilai tertinggi terhadap sesuatu. Dan alasan hati kita gelisah adalah karena kita takut kehilangan hal tersebut. Jadi, cara mengatasi kegelisahan adalah dengan mengetahui di mana penyembahan kita sudah berada dan memindahkan nilai tertinggi kita kepada Tuhan.

Kalau begitu bagaimana kita tahu apa yang kita sembah? Di film Harry Potter yang pertama, ada cermin yang disebut Mirror of Erised. Jika anda tidak tahu, Erised adalah kata desire yang dieja terbalik. Cermin ini menunjukkan keinginan terdalam dari hati mereka. Jadi, ketika Harry Potter menemukan cermin ini, dia melihat ke cermin, dan dengan takjub dia melihat orang tuanya. Alasan mengapa ini menakjubkan bagi Harry adalah orang tuanya sudah meninggal. Dia belum pernah bertemu dengan mereka. Dan keinginan terdalamnya adalah untuk bertemu dengan mereka. Dan di dalam cermin, dia melihat orang tuanya mengasihinya dan memeluknya. Harry menjadi sangat bersemangat dan dia menyeret Ron Weasley untuk melihat ke cermin. Harry mengira Ron akan melihat orang tuanya. Tetapi sewaktu Ron bercermin, dia melihat dirinya sebagai juara olahraga. Dia melihat dirinya sebagai kapten tim. Cermin menunjukkan kepada mereka keinginan terdalam dari hati mereka. Setiap kita menaruh harapan kita pada sesuatu yang kita berkata, “Jika aku memiliki itu, maka aku akan baik-baik saja. Jika aku memiliki itu, maka aku tahu aku adalah seseorang. Maka hidupku berarti. Maka aku akan bahagia.Semua orang akan melihat sesuatu di dalam cermin. Pertanyaannya adalah, apa yang kita lihat? Apa keinginan terdalam dari hati kita? Apapun itu, itulah objek penyembahan kita. Apa pun itu, itulah akar penyebab kegelisahan kita. Semua masalah kita berasal dari apa yang hati kita hargai. Jika kita ingin mengubahnya, kita harus mengubah penyembahan kita. Inilah yang harus kita pahami. Kesembuhan hati yang gelisah adalah hasil dari perubahan atas apa yang kita sembah. Hanya ketika kita memiliki Tuhan sebagai objek penyembahan kita, hati kita menemukan ketenangan.

 

Jadi, bagaimana cara kita mengubah apa yang kita sembah? Lihat apa yang dilakukan pemazmur. Dalam ayat 1 dan 2 dia memerintahkan kita untuk menyembah Tuhan dengan sorak-sorak. Dan kemudian di ayat 3, dia berkata, “Sebab Tuhan adalah Allah yang besar.” Di ayat 6 dia menyuruh kita untuk sujud menyembah dan berlutut di hadapan Tuhan. Dan di ayat 7, dia berkata, “Karena Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya.” Kata “karena” dan “sebab” adalah preposisi. Itu memberikan kita alasan. Inilah yang dilakukan pemazmur. Pemazmur berpikir, menimbang, menghitung, dan menghargai Tuhan dan kebesaran-Nya. Dia sedang melakukan penilaian. Dan itulah cara kita mengubah penyembahan kita.

Saya akan mengilustrasikannya untuk anda. Katakanlah papi saya memberikan saya jam tangan Rolex. Papi saya mewarisi jam tangan ini dari papinya, dan papi papi saya dari papinya. Jadi, ini adalah barang pusaka keluarga. Dan jam ini sekarang menjadi milik saya. Jamnya oke, tetapi terlihat sangat tua. Jadi, saya tidak pernah memakainya dan saya menyimpannya di rak saya. Lalu suatu hari, Ps Achien datang ke rumah saya, melihat jam tangan itu dan berteriak-teriak seperti orang gila. Dia bertanya kepada saya, “Yos, apakah kamu tahu apa ini?Di mata saya, itu hanya jam tangan biasa yang sudah ketinggalan zaman. Namun bagi Ps Achien yang menyukai jam tangan, jam tangan tersebut memiliki nilai yang luar biasa. Dia kemudian memberi tahu saya tentang jam tersebut. Jam tangan yang saya warisi bukanlah Rolex biasa. Ini adalah jam tangan Rolex yang pertama dibuat. Jam ini memiliki nomor seri 1. Dan saya berkata, “Jadi maksudnya apa?Saya masih tidak mengerti. Dia menjawab, “Yos, kamu lebih bodoh dari yang dapat kamu percayai, namun kamu lebih kaya dari yang pernah kamu bayangkan atau harapkan.Dia memberi tahu saya bahwa jam ini bernilai setidaknya beberapa juta dolar. Sekarang giliran saya yang berteriak-teriak seperti orang gila. Bicara jam, saya tidak mengerti. Bicara duit, saya mengerti.

Menurut anda apa yang akan saya lakukan selanjutnya? Satu hal yang pasti, sikap saya terhadap jam tangan ini tidak akan pernah sama. Jam tangan yang sudah ketinggalan zaman tersebut tiba-tiba menjadi sangat berharga. Ini menjadi harta saya. Saya tiba-tiba mengagumi jam tersebut. Saya ingin tahu lebih banyak tentang jam ini. Saya tertarik dengan jam tangan ini. Bukan hanya itu, tetapi saya mulai memikirkan apa artinya memiliki jam ini. Saya mulai menyadari bahwa jam tangan ini benar-benar mengubah hidup saya. Saya tidak akan melempar jam ini kembali ke rak saya dan bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Mustahil. Saya akan membeli brankas dengan teknologi yang terbaru untuk mengamankannya. Saya menyadari sekarang bahwa saya adalah orang kaya. Saya tidak perlu khawatir tentang bagaimana membayar hutang bank saya. Saya tidak perlu khawatir tentang resesi. Saya punya jam tangan yang bernilai beberapa juta dolar. Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Seluruh kehidupan saya berubah karena jam tangan ini. Dan, saudara, ini hanya ilustrasi. Saya tidak memiliki jam tangan Rolex. Terakhir kali saya menggunakan ilustrasi ini, seseorang bertanya kepada saya apakah dia bisa melihat jam tangan saya.

 

Inilah yang saya maksud dengan penyembahan yang menilai. Dan inilah yang harus kita lakukan. Tahukah anda mengapa ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi hidup mereka sama kacaunya dengan orang lain? Karena Tuhan seperti jam tua itu. Tuhan ada dalam hidup mereka, tetapi mereka sama sekali tidak merasakan nilai-Nya, harga-Nya, dan keindahan-Nya. Mereka tidak pernah sadar. Itulah sebabnya kita harus belajar melakukan apa yang dilakukan pemazmur. Ini adalah salah satu disiplin rohani yang paling penting. Jika kita tidak belajar melakukan penilaian dalam penyembahan kita, maka kita akan menjadi orang yang tidak konsisten atau munafik. Karena setiap kita dibentuk oleh objek penyembahan kita. Itulah mengapa apa yang kita sembah sangat penting. Contoh, para orang tua, jika anda terus-menerus gelisah tentang anak-anak anda, tahukah anda apa alasannya? Karena anda melihat pada sesuatu selain Tuhan dan berkata, “Anak-anakku harus menjadi ini dan itu atau hidupku tidak berarti.Anda harus membuat anak-anak anda pergi ke sekolah yang terbaik, memiliki karir yang terbaik, menikah dengan orang yang terbaik, atau anda merasa gagal. Solusinya bukan hanya dengan lebih memercayai Tuhan dengan anak-anak anda. Masalah anda adalah anda telah menjadikan anak-anak anda objek penyembahan anda. Dan itulah mengapa anda merasa terancam dan hancur ketika anak-anak anda tidak jadi seperti yang anda harapkan.

Para single, mengapa anda terus-menerus gelisah tentang singleness anda? Mengapa anda merasa anda harus memiliki pasangan? Karena anda melihat pada hubungan dan berkata, “Kalau saja aku punya pacar, suami, atau istri, maka aku berharga.Ada sesuatu yang anda sembah lebih daripada Tuhan. Dan itulah mengapa anda sangat gelisah akan singleness anda. Hati anda menghargai hubungan. Dan sampai anda mengubah objek penyembahan anda, anda tidak akan berubah. Perhatikan. Jika kita ingin mengubah hidup kita, kita harus mengubah apa yang kita sembah. Kita harus belajar untuk berpikir dan menimbang Tuhan dan kebesaran-Nya. Jangan hanya mengatakan bahwa kita harus menyembah Tuhan. Tetapi pikirkan, “Jika Tuhan itu baik, jika Dia adalah hartaku, mengapa aku harus gelisah tentang singlenessku? Mengapa aku harus gelisah tentang anak-anakku? Mengapa aku harus gelisah tentang hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan harapanku? Tuhan jauh lebih bijaksana daripada aku dan Dia tahu yang terbaik untukku.” Dan ketika kita melakukan ini, kita mulai melihat kehidupan dari perspektif yang benar. Dan hasilnya adalah kita menjadi tidak terlalu gelisah. Jadi, hal kedua yang kita perlukan untuk mengobati hati yang gelisah adalah penilaian dalam penyembahan.

 

Penyembahan yang percaya

 

Mazmur 95:7b-11 – Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”

Saya jelaskan apa yang terjadi di sini. Pemazmur memberikan kita pelajaran sejarah. Pemazmur mengingatkan bagaimana bangsa Israel menguji dan mencobai Tuhan. Jadi, bangsa Israel telah melihat tanda-tanda mujizat yang Tuhan lakukan di Mesir dengan mata mereka sendiri. Mereka melihat Tuhan mendatangkan hujan es, kegelapan dan bagaimana akhirnya Tuhan membunuh setiap anak sulung di Mesir tetapi melewatkan bangsa Israel. Jika itu belum cukup, mereka melihat Laut Merah terbelah menjadi dua. Dan begitu mereka sampai di seberang, Laut Merah kembali normal dan menelan tentara Mesir. Pemandangan yang tidak mungkin terlupakan. Tetapi tiga hari kemudian, mereka menggerutu kepada Musa karena tidak ada air untuk diminum. Dan Tuhan mengubah air pahit menjadi air manis. Kemudian beberapa hari kemudian mereka lapar, dan mereka menggerutu lagi. Dan Tuhan dengan murah hati mengirimkan mereka burung puyuh di sore hari dan manna di pagi hari. Kita berpikir bahwa mereka sudah menyaksikan lebih dari cukup bagi mereka untuk mempercayai Tuhan. Tetapi kemudian mereka haus lagi dan tidak memiliki air untuk diminum. Jadi, mereka bertengkar dengan Musa. Tetapi sekali lagi, Tuhan menyediakan. Tuhan membuat air keluar dari batu. Dan itu terjadi di Masa dan Meriba.

Jadi, orang-orang Israel yang berada di Masa dan Meriba telah melihat hal-hal indah yang Tuhan lakukan untuk mereka. Namun mereka terus mencobai Tuhan. Mereka terus mempertanyakan kuasa dan kesetiaan Tuhan. Dan Tuhan dalam kebaikan-Nya terus menunjukkan kepada mereka kasih karunia demi kasih karunia. Kebaikan Tuhan dimaksudkan untuk menuntun mereka kepada pertobatan. Namun Israel gagal mempelajari pelajaran mereka. Setelah mengalami kebaikan demi kebaikan, mereka terus menguji Tuhan. Dan kemudian tragedi terbesar terjadi. Bangsa Israel menolak untuk mempercayai Tuhan dan masuk ke Tanah Perjanjian. Karena meskipun Tanah Perjanjian penuh dengan susu dan madu, namun ada banyak raksasa yang tinggal di dalamnya. Dan mereka takut. Karena itu Tuhan marah, dan Dia bersumpah bahwa tidak ada dari mereka yang akan memasuki tempat perhentian Tuhan, yang berarti tidak ada dari mereka yang akan memasuki Tanah Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Ini adalah pelajaran sejarah yang diberikan oleh pemazmur. Dan mazmur ini berakhir dengan tiba-tiba disini.

 

Apa pelajarannya untuk kita? Pemazmur memberitahu kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti bangsa Israel di padang gurun. Mereka telah melihat karya Tuhan yang ajaib, namun mereka terus menggerutu, terus mengeluh, dan terus menantang Tuhan. Tuhan ingin memberkati Israel, namun Israel terus-menerus memberontak melawan Tuhan. Mereka tidak mempercayai Tuhan dengan hati mereka, dan mereka gagal memasuki Tanah Perjanjian karenanya. Inilah beberapa pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri. Seberapa sering kita melakukan kesalahan yang sama seperti mereka? Seberapa sering kita mempertanyakan Tuhan setelah semua yang telah Dia lakukan untuk kita? Kita mungkin ada di gereja hari ini. Kita mungkin melayani hari ini. Kita mungkin bernyanyi, mengangkat tangan, bersorak-sorak, dan menyembah. Tetapi apakah kita mempercayai Tuhan dan firman-Nya? Karena jika kita tidak mempercayai Tuhan dan firman-Nya, kita kehilangan tujuan penyembahan. Dapatkan ini. Mempercayai Tuhan akan menghasilkan ketenangan. Ketidakpercayaan akan menghasilkan kegelisahan. Dan kita harus membuat pilihan. Alasan mengapa Mazmur ini berakhir dengan tiba-tiba adalah supaya para pendengar memberikan penutupnya sendiri. Akankah kita mempercayai Tuhan dan firman-Nya dan memasuki tempat perhentian Tuhan? Atau akankah kita tidak mempercayai Tuhan dan mengalami kegelisahan?

 

Tetapi ada pertanyaan yang lebih dalam yang saya ingin kita pertimbangkan. Mengapa pemazmur memperingatkan bangsa Israel untuk tidak melewatkan tempat perhentian Tuhan ketika Yosua sudah membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian? Pada saat Mazmur 95 ditulis, Israel telah tinggal di Tanah Perjanjian selama ratusan tahun. Jika demikian, mengapa Mazmur 95 memberikan peringatan agar mereka tidak melewatkan tempat perhentian Tuhan? Ibrani pasal 4 memberikan kita jawabannya. Ibrani 4:8-11 – Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.

Saya jelaskan secara singkat. Penulis Ibrani mengatakan bahwa tempat perhentian fisik yang dialami bangsa Israel menunjuk pada tempat perhentian yang lebih dalam yang masih tersedia bagi kita. Tempat perhentian apa yang dia maksudkan? Dia berbicara tentang tempat perhentian Injil. Sama seperti Tuhan berhenti dari pekerjaan-Nya, kita juga dapat beristirahat dari pekerjaan baik kita ketika kita percaya kepada Injil. Apa itu injil? Injil adalah Yesus hidup dan mati sebagai pengganti kita. Yesus menjalani kehidupan yang seharusnya kita hidupi, dan dia mati dalam kematian yang seharusnya kita alami. Injil adalah kebalikan dari agama. Agama berkata, “Jika aku bekerja cukup keras, jika aku berbuat cukup baik, Tuhan akan memberkati aku. Jika aku memberikan catatan sempurnaku kepada Tuhan, Tuhan akan menyukaiku. Kemudian akhirnya aku akan mendapatkan ketenangan.” Tetapi Injil berkata, “Tidak peduli seberapa keras aku bekerja, aku tidak akan pernah cukup baik untuk Tuhan. Tetapi Yesus cukup baik. Dan Yesus memberikan aku catatannya yang sempurna ketika aku menaruh kepercayaanku kepadanya. Sekarang aku bisa tenang.” Injil adalah kebalikan dari agama.

Artinya kita tidak perlu membuktikan diri kita lagi. Kita tidak harus sempurna. Kita tidak harus memegang kendali. Alasan kita gelisah adalah karena kita masih berpikir bahwa kitalah yang harus mendapatkan berkat Tuhan. Itu sebabnya kita bekerja keras dan kita tidak pernah merasa aman. Di balik semua kegelisahan kita ada ungkapan rasa tidak aman yang dalam. “Jika aku bekerja cukup keras, jika aku bisa menjadi cukup baik, maka aku akan tahu bahwa aku adalah seseorang.” Dan Injil mengakhiri semua pekerjaan yang melelahkan ini. Injil memberikan kita tempat perhentian yang terdalam dan terakhir. Injil memberi tahu kita bahwa Tuhan sudah mengasihi kita. Dia sudah memberkati kita. Dia sudah menerima kita di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus sudah mati untuk membayar dosa kita dan memberikan kita kebenarannya yang sempurna. Sekarang, kita bisa bernapas. Dan ini mengubah cara kita berpikir tentang ibadah. Jika kita tidak mengerti Injil, kita akan mengubah ibadah menjadi suatu bentuk pekerjaan bagi kita untuk mendapatkan berkat Tuhan. Ibadah akan menjadi satu hal lagi dalam daftar tugas kita untuk menyenangkan Tuhan. “Jika aku datang beribadah, jika aku tidak terlambat ke gereja, jika aku datang setiap hari Minggu dan tidak tidur selama khotbah, mungkin Tuhan akan memberkati aku.” Bukannya mengubah hidup kita, ibadah justru membuat kita lelah dan gelisah. Tetapi jika kita mempercayai Injil, jika kita melihat apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, maka beban berat itu lepas dari punggung kita. Kita akhirnya bisa tenang. Hanya ibadah yang digerakkan oleh Injil yang dapat memberikan kita istirahat sejati dan membebaskan kita dari kegelisahan.

 

Saya akan akhiri dengan satu aplikasi penting. Penulis Ibrani memberitahu kita untuk berusaha masuk tempat perhentian Tuhan. Berusaha masuk ke dalam tempat perhentian Tuhan berarti melakukan segala yang kita bisa untuk terus percaya pada karya Yesus yang sempurna bagi kita. Ini adalah peringatan yang sangat penting. Perhatikan. Mempercayai Injil bukanlah sesuatu yang otomatis. Kita perlu berjuang untuk itu. Dunia tempat kita hidup memiliki gravitasinya sendiri. Dan daya tariknya tidak mendorong kita menuju Injil, tetapi menarik kita menjauh dari janji-janji Injil. Dunia terus-menerus membombardir kita dengan pesan bahwa segala sesuatu adalah tentang pencapaian dan kemampuan kita untuk tampil dengan baik. Itulah sebabnya kita membutuhkan dosis Injil yang sehat secara teratur. Dan inilah sebabnya mengapa setiap bagian dari ibadah hari Minggu sangat penting. Jika kita melihat struktur Mazmur 95, ada panggilan untuk beribadah di awal, ada pengakuan dan penundukan diri di tengah, lalu ada mendengarkan firman Tuhan di akhir. Panggilan untuk ibadah, pengakuan, dan instruksi. Itulah cara kerja liturgi ibadah Kristen.

Maka dari itu, jika anda datang ke ibadah International, anda akan menemukan pola liturgi ini. Ada beberapa yang bertanya kepada saya, “Kenapa ibadah RSI memakai liturgi ibadah seperti gereja-gereja tradisional?” Ini jawabannya. Karena kita menemukan liturgi ini di seluruh Alkitab. Ibadah diawali dengan panggilan ibadah. Ada peringatan akan kebesaran Tuhan dan ajakan untuk memuji Tuhan dengan sorak-sorai. Lalu ada pengakuan dosa, dimana kita mengakui bahwa hati kita tidak selalu menghargai Tuhan. Kita mengingat dosa-dosa kita dan mengingat kembali apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita di kayu salib. Ini adalah penilaian dalam penyembahan. Dan setelah itu ada khotbah, instruksi dari Tuhan, dimana kita dipanggil untuk percaya kepada Tuhan. Dan ibadah diakhiri dengan perjamuan kudus sebagai pengakuan bahwa kita adalah milik Tuhan, dan kemudian kita diutus dari tempat ini untuk menjadi saksi Kristus dimanapun kita berada. Setiap bagian dari liturgi ibadah penting untuk membantu hati kita lebih menghargai Tuhan.

Itu sebabnya anda tidak bisa datang ke kebaktian terlambat 20 menit dan berkata, “Fiuh, pas sebelum Yosi mulai khotbah. Aku cuman kelewatan pujian dan penyembahan.” dan kemudian langsung pulang setelah perjamuan kudus karena anda memiliki janji dengan teman anda. Saya bukan menyinggung anda yang sekali-sekali datang terlambat ke gereja atau harus pulang lebih awal. Saya bisa mengerti itu. Tetapi jika anda selalu datang terlambat dan pulang lebih awal, anda tidak memahami ibadah. Anda tidak benar-benar mengerti apa yang anda butuhkan. Perhatikan. Bukan informasi dari khotbah yang mengubah kita; Penyembahan yang digerakkan oleh Injil yang mengubah kita. Ini seperti tempat perapian di rumah yang sangat dingin. Ketika kita dekat dengan api, kita merasa hangat. Tetapi ketika kita menjauh dari api, kita merasa kedinginan. Itulah gambaran kondisi hati kita. Ada banyak bagian di hati kita yang dingin. Bawaan alami hati kita adalah mengandalkan pekerjaan dan pencapaian diri kita sendiri. Itulah mengapa kita perlu terus kembali kepada Injil untuk menghangatkan hati kita. Dan kita melakukan itu terus menerus melalui ibadah bersama, penilaian dalam penyembahan, dan penyembahan yang percaya. Sewaktu kita melakukan itu, kita sedang mengkalibrasi hati kita dengan Injil. Dan semakin kita tahu bahwa kita diterima karena apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, semakin hati kita menjadi tenang. Inilah cara kita mengobati hati yang gelisah. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

 

  1. What struck you the most from this sermon?
  2. “The real transforming experience happens mostly in corporate worship and not individual worship.” Agree or disagree? Why?
  3. What does it mean to do appraisal worship and why is it one of the most important spiritual disciplines? Give some personal examples.
  4. “Trusting God will produce rest. Unbelief will produce restlessness.” What does it say about the restlessness we experienced?
  5. What is the gospel rest and why do we need it?
  6. What are the things that you can do to be a better participant in gospel-fuelled corporate worship?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.