Perjanjian yang lebih mulia

Ibrani 8:1-13

Ibrani 8:7-13 – Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan. “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

 

Saya akan mulai dengan sebuah pertanyaan. Apakah kasih Allah memiliki syarat atau tanpa syarat? Berapa banyak yang mengatakan kasih Allah memiliki syarat? Berapa banyak yang mengatakan tanpa syarat? Berapa banyak yang menunggu saya untuk memberi tahu anda jawabannya? Khotbah hari ini akan menjawab pertanyaan tersebut. Hari ini, kita akan berbicara tentang perjanjian, atau yang sering disebut sebagai “covenant”. Dan sebelum kita melangkah lebih jauh, saya perlu menjelaskan kepada anda apa itu covenant. Covenant adalah sebuah kata bahasa Inggris yang kita tidak lagi gunakan namun sangat penting di dalam Alkitab. Arti dari covenant bukan hanya untuk membuat sebuah perjanjian. Di seluruh Alkitab, setiap kali Allah berhubungan dengan siapa pun, Allah selalu berhubungan dalam hubungan covenant. Jadi, kita perlu tahu apa itu covenant. Ini adalah bagaimana saya mendefinisikan covenant. Covenant adalah sebuah perjanjian yang dibuat untuk berhubungan dengan seseorang yang bersifat mengikat dan sekaligus intim. Covenant adalah sebuah ikatan yang menciptakan hubungan yang khusus. Ini adalah sebuah hubungan pribadi yang menjadi lebih intim karena hubungan ini diikat secara hukum. Saya jelaskan lebih. Hubungan covenant adalah kebalikan dari hubungan konsumen. Hubungan konsumen adalah sebuah hubungan di mana kebutuhan pribadi lebih penting daripada hubungan tersebut. Contoh, kita memiliki hubungan konsumen dengan toko groceries. Baik itu Coles, Woolworths, Aldi, atau toko lainnya, kita memiliki hubungan dengan toko tersebut selama mereka memberikan kita produk yang baik dengan harga yang baik. Tetapi jika harga barang naik 99 cent atau kualitas produk turun, kita dengan mudah beralih ke toko groceries lainnya. Kita pergi ke salah satu toko lain yang memenuhi kebutuhan kita. Ini adalah contoh hubungan konsumen. Tetapi hubungan covenant adalah hubungan di mana hubungan tersebut lebih penting daripada kebutuhan pribadi. Dalam hubungan covenant, masing-masing pihak telah bersumpah untuk memprioritaskan hubungan di atas kebutuhan pribadi. Setiap pihak kehilangan kebebasan mereka. Dan karena itu, hubungan menjadi lebih intim dan pribadi.

Contoh terbaik dari hubungan covenant antara manusia adalah pernikahan. Coba pikirkan sejenak. Dalam pernikahan, dua orang bersumpah untuk kehilangan kebebasan mutlak mereka dan memprioritaskan hubungan. Mereka berjanji untuk menutup mata terhadap pria dan wanita lain dan hanya saling memandang satu sama lain. Mereka bersumpah untuk hidup bersama satu sama lain tidak peduli apa yang mungkin terjadi di masa depan. “Dalam sehat maupun sakit, baik maupun buruk, sampai maut memisahkan kita.” Dan sumpah mereka diikat secara hukum. Tetapi justru karena sumpah mereka satu sama lain inilah hubungan mereka menjadi lebih intim dan pribadi. Bayangkan jika mereka berkata satu sama lain, “Aku akan mencintaimu selama aku memiliki perasaan untukmu. Aku akan setia kepadamu selama itu ada dalam kepentingan terbaik diriku untuk melakukannya. Saat kamu tidak lagi memenuhi kebutuhanku, aku akan meninggalkanmu.” Apa yang akan terjadi dalam hubungan ini? Tidak akan ada keintiman. Mengapa? Karena tidak ada keintiman tanpa ikatan dan batasan. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Semakin mengikat sebuah hubungan, semakin intim hubungan tersebut. Inilah hubungan perjanjian atau covenant. Dan beginilah cara Allah berhubungan dengan umat-Nya.

Tahukah anda bahwa Allah sering menggambarkan hubungan yang Ia miliki dengan umat-Nya sebagai sebuah pernikahan? Ini adalah sebuah covenant. Ketika Allah memasuki hubungan dengan umat Israel, Allah secara khusus memilih mereka untuk menjadi milik-Nya. Israel dipilih untuk menjadi milik pribadi Allah. Israel adalah kepunyaan Allah secara eksklusif. Dan Allah menyebut diri-Nya sebagai Allah Israel. Dan dalam hubungan covenant ini, Allah berjanji untuk setia kepada umat-Nya dan memberkati umat-Nya. Dan Israel juga berjanji untuk setia kepada Allah dan tidak menyembah allah lain selain Dia. Keluaran 19:4-6 – “Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” Inilah syarat dari covenant. Tetapi kemudian yang terjadi adalah Israel terus menerus meninggalkan Allah dan berpaling kepada ilah-ilah lain. Israel mengkhianati Allah secara konsisten. Mereka melanggar perjanjian yang mereka miliki dengan Allah. Dan jika anda pernah dikhianati, anda tahu bahwa itu adalah pengalaman yang sangat menyakitkan. Rasa sakitnya cukup untuk membuat anda minum bir seperti air. Namun terlebih menyakitkan jika yang berselingkuh adalah suami atau istri anda. Rasa sakitnya jauh lebih besar karena pasangan anda tidak hanya menghancurkan hati anda, tetapi juga melanggar perjanjian mereka dengan anda. Dan inilah yang terjadi antara Allah dan umat-Nya.

Jadi, Allah memperingatkan Israel, “Jangan lakukan itu Israel. Berhenti mengkhianati Aku. Kembalilah kepadaku atau Aku akan memutuskan hubungan kita.” Allah dengan sabar memperingatkan Israel dan menunggu Israel untuk kembali kepada Dia, tetapi Israel terus menerus tidur dengan ilah-ilah lainnya. Sampai akhirnya Allah tidak tahan lagi. Yeremia 3 mengatakan bahwa Allah menceraikan Israel karena Israel terus mengkhianati hubungan covenant yang mereka miliki dengan Allah. Israel tidak setia, dan mereka melanggar covenant. Jadi, kasih Allah untuk umat-Nya memiliki syarat. Tapi apa yang menakjubkan adalah bahwa itu bukan akhir dari hubungan Allah dengan umat-Nya. Israel telah melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Allah memiliki hak untuk meninggalkan hubungan tersebut. Tetapi kemudian Allah terus berkata, “Bagaimana mungkin Aku bisa melupakanmu, hai Israel? Bagaimana mungkin Aku bisa meninggalkanmu? Aku tidak akan pernah membuangmu.” Jadi meskipun umat Allah melanggar perjanjian, Allah menolak untuk menyerah terhadap umat-Nya. Jadi, kasih Allah untuk umat-Nya adalah tanpa syarat. Ada ketegangan di sini. Di satu sisi, kasih Allah terhadap umat-Nya bergantung kepada kesetiaan dan ketaatan mereka. Jika mereka terus mengkhianati Allah, maka itu adalah akhir dari hubungan. Di sisi lain, kasih Allah terhadap umat-Nya adalah tanpa syarat. Dia menolak untuk menyerah terhadap umat-Nya apa pun yang terjadi. Jadi kasih Allah terhadap umat-Nya memiliki syarat dan juga tanpa syarat. Apakah anda melihat ketegangan ini? Ibrani pasal 8 akan memecahkan ketegangan ini bagi kita.

Pasal ini memberitahu kita bagaimana Allah memecahkan ketegangan ini. Solusi Allah kepada ketegangan ini adalah untuk membuat suatu perjanjian atau covenant yang baru dan lebih mulia dengan umat-Nya. Dan perjanjian yang baru dan lebih mulia inilah yang menjadikan Kekristenan, Kekristenan. Tetapi sangat disayangkan, hari ini ada begitu banyak orang di gereja yang tidak mengerti perbedaan antara perjanjian lama dan perjanjian baru, selain fakta bahwa ada Yesus di dalam perjanjian baru. Tetapi mengapa kita membutuhkan perjanjian yang baru? Apa yang Allah lakukan di perjanjian baru yang berbeda dengan perjanjian lama? Dan karena banyak orang di gereja tidak mengerti, yang terjadi adalah ada banyak umat Kristus yang ada di perjanjian baru tetapi hidup sesuai dengan perjanjian lama. Mereka menyebut diri mereka Kristen tetapi mereka masih berada di bawah hukum Taurat. Kita harus mengerti apa yang membedakan perjanjian baru karena inilah yang membedakan Kekristenan dari Yudaisme dan setiap agama lain di dunia.

Saya memisahkan Ibrani 8 menjadi tiga bagian yang berbeda. Pengantara; Masalah; Solusi.

Pengantara

Ibrani 8:1-6 – Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.” Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.

Perhatikan ayat 1 dan 2. Kedua ayat ini sangat penting bagi keseluruhan argumen kitab Ibrani. Penulis Ibrani sendiri yang mengatakannya. Dia mengatakan, “Inilah intinya. Jangan lewatkan. Semua yang aku katakan sebelum ini, dan semua yang akan aku katakan setelah ini, adalah untuk menegaskan hal ini.” Apa intinya? Intinya adalah bahwa kita memiliki Yesus sebagai Imam Besar kita yang sempurna yang menjadi Pengantara perjanjian yang lebih mulia bagi kita. Dan Yesus tidak seperti imam besar lainnya. Yesus duduk di sebelah kanan Allah, yang berarti bahwa Yesus diangkat ke posisi tertinggi. Jadi, Yesus bukan hanya Imam Besar kita yang sempurna, tetapi Dia juga Raja kita yang memiliki segala kuasa di surga dan di bumi. Fakta bahwa Yesus duduk berarti bahwa pekerjaan-Nya telah selesai. Yesus telah menyelesaikan apa yang harus Dia lakukan. Tetapi hanya karena dia duduk bukan berarti dia menganggur. Penulis Ibrani memberitahu kita bahwa Yesus melanjutkan pekerjaan-Nya sebagai Pengantara kita. Ini berarti bahwa hari ini, dalam segala kemuliaan dan otoritas-Nya, Yesus sedang melayani kita. Dia terus-menerus menjadi Pengantara antara Allah dan kita. Dia tidak menunggu dengan bermalas-malasan di sorga, mengharapkan keselamatan kita akan bertahan sampai akhir. Tetapi sekarang Dia sedang menopang keselamatan kita dengan kuasa-Nya yang mutlak. Ini adalah dorongan yang luar biasa. Tidak peduli pergumulan apa yang kita hadapi saat ini, Yesus sebagai Imam Besar sedang melayani kebutuhan kita.

Dan yang penting adalah bahwa Yesus tidak melayani kita sebagai Imam Besar di tabernakel buatan manusia. Bagi kita, hal ini mungkin tampak tidak relevan. Tetapi bagi orang Yahudi, ini sangat relevan. Karena sepanjang hidup mereka, mereka telah diajarkan untuk datang ke tabernakel untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Ini adalah bagian dari menjaga covenant mereka dengan Allah. Saya jelaskan. Dalam perjanjian lama, Allah memberikan Israel hukum taurat dan tabernakel. Syarat dalam covenant adalah bagi Israel untuk mentaati hukum Allah. Tetapi Allah juga tahu bahwa Israel akan gagal untuk mentaati hukum-Nya. Jadi, Allah memberikan mereka sistem tabernakel bagi mereka untuk mempersembahkan korban atas dosa-dosa mereka dan dibenarkan di hadapan Allah. Dan imam besar Israel juga bertanggung jawab untuk mempersembahkan korban untuk menebus dosa Israel setiap tahun di dalam sistem tabernakel. Inilah sebabnya mengapa tabernakel sangat penting bagi mereka. Tetapi kemudian penulis Ibrani memberi tahu kita bahwa meskipun tabernakel di bumi itu baik, tabernakel itu hanyalah gambaran dan bayangan dari sesuatu yang lebih baik, yaitu tabernakel di sorga. Jadi, ketika Allah memerintahkan Musa untuk membuat tabernakel di bumi, tabernakel itu dibangun berdasarkan tabernakel yang sebenarnya di sorga. Maka dari itu ketika kita membaca kitab Keluaran, kita mungkin bertanya-tanya mengapa Keluaran menulis dengan sangat akurat dan rinci tentang sentimeter, inci, hasta, dalam pembangunan tabernakel. Mari jujur. Berapa banyak dari anda yang melewatkan bagian ini ketika anda membaca Alkitab? Bagian ini sulit untuk dibaca. Mengapa mereka membutuhkan ukuran yang tepat dari tabernakel? Karena tabernakel ini adalah bayangan dari realitas yang lebih mulia. Musa melihat tabernakel yang sebenarnya di sorga, dan dia membangun sebuah model yang tepat di bumi. Dan sekarang, Yesus sedang melayani kita sebagai Imam Besar bukan di tabernakel di bumi tetapi di tabernakel di sorga.

Intinya adalah ini. Tidak peduli betapa menakjubkannya tabernakel di bumi, tabernakel itu hanyalah bayangan dari kenyataan. Dan Yesus sedang melayani sebagai Imam Besar kita di dalam tabernakel sejati yang tidak dibuat oleh manusia melainkan oleh Allah sendiri. Dan itulah sebabnya pelayanan Yesus sebagai Imam Besar jauh lebih baik daripada pelayanan para imam besar lainnya di bumi. Saya beri contoh. Ada yang pernah hilang di mal ketika anda masih kecil? Saya pernah hilang di Matahari ketika saya berusia tujuh tahun. Dan saya panik. Saya terus mencari mami saya, tetapi saya tidak dapat menemukan dia. Jadi, saya melakukan satu-satunya hal yang bisa saya lakukan. Saya menangis dengan sangat keras. Dan kemudian petugas keamanan menemukan saya dan membawa saya ke meja informasi. Dan mereka membuat pengumuman, “Perhatian, perhatian, kepada ibu Lydia, kepada ibu Lydia yang terhormat, anak anda yang hilang sedang menunggu anda di meja informasi. Terima kasih.” Jadi, saya menunggu mami saya sementara saya terus melihat ke bawah dan menangis. Dan tidak lama setelah itu, saya melihat bayangan di lantai yang tampak seperti mami saya. Dan saya sangat senang. Pertanyaannya, mana yang lebih indah? Kebahagiaan melihat bayangan mami saya di lantai, atau melihat ke atas dan melihat mami saya berdiri di depan saya? Melalui Yesus, kita tidak lagi memiliki bayangan, kita memiliki hal-hal sorgawi yang nyata.

Inilah sebabnya mengapa kita tidak lagi membutuhkan tabernakel di bumi hari ini. Inilah sebabnya mengapa kita tidak perlu lagi mempersembahkan korban bakaran. Karena tabernakel dan korban bakaran hanyalah bayangan dari hal yang nyata. Yesus datang untuk mengakhiri agama Yahudi. Kita tidak lagi membutuhkannya. Yesus adalah Imam Besar terakhir yang mengakhiri semua imam. Dia adalah Tabernakel terakhir yang mengakhiri semua tabernakel. Dia adalah Korban terakhir yang mengakhiri semua korban. Apa yang kita miliki di dalam Yesus adalah Imam Besar Agung yang datang ke dunia, hidup tanpa dosa, mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna untuk dosa umat-Nya, bangkit ke kehidupan kekal di sebelah kanan Allah, dan bersyafaat bagi kita terus-menerus. Yesus datang bukan untuk memberikan kita 10 langkah tentang bagaimana untuk menjadi benar di hadapan Allah; Yesus datang untuk menjadikan kita benar di hadapan Allah. Yesus datang untuk memberikan kita hubungan perjanjian yang baru dengan Allah. Sebuah covenant yang baru. Dan covenant yang baru dimana Yesus menjadi Pengantara kita lebih baik daripada covenant yang lama karena didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Apa maksudnya? Mari kita lanjutkan.

Masalah

Ibrani 8:7-9 – Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan.

Sebelum kita berbicara tentang janji yang lebih tinggi dari perjanjian baru, kita perlu berbicara tentang mengapa kita membutuhkan perjanjian yang baru. Apa yang salah dengan perjanjian lama? Karena jika perjanjian yang lama tidak bercacat, maka kita tidak membutuhkan perjanjian yang baru. Tetapi fakta bahwa Allah menetapkan perjanjian baru berarti bahwa ada yang salah dengan perjanjian lama. Saudara harus mengerti dengan jelas. Tidak ada yang buruk tentang perjanjian lama. Perjanjian lama itu baik, tetapi tidak cukup baik. Perjanjian lama bercacat bukan karena perjanjian itu buruk tetapi karena perjanjian itu tidak lengkap. Penulis Ibrani mengutip Yeremia 31 di mana Allah berjanji untuk mengadakan sebuah perjanjian yang baru dengan umat-Nya karena Dia menemukan masalah dengan perjanjian yang lama. Inilah masalah dengan perjanjian lama. Umat Allah terus menerus gagal untuk hidup dalam syarat perjanjian dan Allah menolak mereka karenanya.

Saudara ingat cerita anak lembu emas? Coba pikirkan tentang apa yang baru saja disaksikan oleh orang Israel dengan mata mereka sendiri beberapa minggu sebelumnya. Mereka melihat 10 tulah terjadi. Mereka melihat bagaimana Allah mengirimkan hujan es, kegelapan dan akhirnya bagaimana Allah membunuh setiap anak sulung di Mesir tetapi menyelamatkan anak sulung Israel. Jika itu tidak cukup, mereka melihat Laut Merah terbelah menjadi dua. Dapatkah anda bayangkan berjalan di tanah kering sementara hiu dan kura-kura berenang di sekitar anda, dengan Mariah Carey dan Whitney Houston bernyanyi, “There can be miracle when you believe”? Bahkan jika anda tidak percaya sebelumnya, itu membuat anda percaya. Kemudian begitu mereka sampai di seberang, Laut Merah tertutup dan menelan tentara Mesir. Itu pastilah pemandangan yang menakjubkan. Dan kemudian Allah memberikan mereka roti dari surga dan air dari batu. Dan ketika mereka sampai di Gunung Sinai, Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Allah berkata, “Aku telah membebaskanmu dari perbudakan Mesir. Aku telah menebusmu dan sekarang kamu adalah milik-Ku. Dan sekarang kamu harus mentaati perkataan-Ku dan menepati perjanjian-Ku dan Aku akan menjadikan kamu milik kesayangan-Ku.” Dan bangsa Israel menyetujui perjanjian covenant ini. Dan kemudian Musa naik ke Gunung Sinai untuk bertemu dengan Allah. Dan tahukah anda apa yang dilakukan bangsa Israel? Mereka membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya. Coba pikirkan. Ini adalah orang-orang yang sama yang baru saja menyaksikan tangan Allah yang perkasa. Ini adalah orang-orang yang baru saja setuju untuk hidup dalam hubungan covenant dengan Allah. Dan dalam hitungan hari, mereka sudah melanggar covenant. Dan ini terjadi bukan hanya sekali. Mereka terus menerus melanggar perjanjian covenant mereka dengan Allah.

Apa permasalahannya? Inilah masalah dengan perjanjian lama. Perjanjian lama memberi tahu apa yang harus dilakukan tetapi tidak memberikan kekuatan untuk melakukannya. Perjanjian lama memberi tahu tuntutan perjanjian, tetapi tidak memberdayakan untuk menghidupinya. Dengan kata lain, dapatkan ini. Permasalahan dengan perjanjian lama bukanlah tuntutan dari perjanjian tetapi hati yang berdosa dari umat perjanjian. Ini sangat penting. Hukum adalah baik. Tidak ada yang salah dengan hukum Allah. Masalahnya adalah tidak ada dari kita yang bisa mentaati hukum dengan baik. Karena hati kita yang penuh dosa, ada kecenderungan di dalam diri kita yang ingin melanggar hukum Allah. Hukum dapat memberi tahu kita apa yang harus dilakukan tetapi tidak dapat membuat kita ingin melakukannya. Saya berikan sebuah contoh pribadi: mengebut. Hukum dapat memberitahu saya untuk memperlambat kecepatan. Hukum memberitahu saya bahwa batas kecepatan adalah 60 km/jam. Adalah baik dan aman bagi saya untuk mengemudi dengan kecepatan tersebut di area tertentu. Tetapi hukum tidak bisa membuat saya menikmati menyetir dengan kecepatan 60 km/jam. Dan pernah saya menyetir di atas batas kecepatan ketika tiba-tiba saya melihat sebuah mobil polisi di depan di sisi jalan. Jadi, saya langsung memperlambat kecepatan hingga batas kecepatan, hanya untuk mengetahui ketika saya melewati mobil polisi itu bahwa mobil itu kosong. Apa yang terjadi selanjutnya? Saya mempercepat kecepatan lagi. Jangan melihat saya seolah-olah anda tidak pernah melakukannya. Hukum dapat menahan pelanggaran kita, tetapi hanya untuk sesaat. Dapatkah anda melihat apa yang terjadi?

Inilah alasan mengapa Allah menemukan kecacatan dengan perjanjian lama. Bukan karena perjanjian lama itu buruk tetapi karena umat perjanjian adalah orang-orang yang berdosa. Mereka tidak dapat memenuhi syarat perjanjian. Dan Allah tidak terkejut karenanya. Dia sudah tahu bahwa umat-Nya tidak akan dapat menepati perjanjian. Inilah sebabnya mengapa Allah memberikan mereka tabernakel dan sistem korban bakaran. Allah tahu bahwa umat-Nya akan gagal total. Jadi mengapa Allah memberikan mereka covenant yang pertama jika Allah tahu bahwa mereka tidak akan bisa melakukannya? Menurut saya itu tepat alasannya. Allah memberikan mereka perjanjian yang pertama sehingga mereka tahu bahwa mereka tidak sanggup menghidupi syarat perjanjian dan mempersiapkan mereka untuk satu-satunya sosok yang sanggup. Yang membawa kita kepada solusi Allah.

Solusi

Ibrani 8:10-13 – “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

Ini adalah solusi Allah untuk kecacatan perjanjian lama. Allah membuat perjanjian yang baru yang lebih mulia. Dan perjanjian baru ini didasarkan atas janji-janji yang lebih tinggi. Perhatikan syarat perjanjian baru. Perjanjian baru masih memiliki tuntutan sama seperti perjanjian lama. Beberapa pendeta sering mengatakan bahwa perjanjian baru tidak bersyarat. Ya, tapi tidak. Perjanjian baru masih memiliki persyaratan. Perbedaannya adalah bahwa Allah sendirilah yang akan memenuhi syarat-syarat perjanjian dan bukan umat perjanjian. Itulah sebabnya perjanjian baru ini dipenuhi dengan Allah berkata, “Aku akan.” Allahlah yang mengambil inisiatif untuk memenuhi tuntutan perjanjian-Nya. Dan saudara-saudara, inilah kekristenan. Kekristenan bukanlah tentang apa yang kita lakukan untuk Allah tetapi apa yang telah Allah lakukan untuk kita.

Ada empat janji di dalam perjanjian baru. Pertama, janji pemberdayaan. Allah berkata bahwa Dia akan menaruh hukum-hukum-Nya dalam akal budi kita dan menuliskannya di hati kita. Dengan kata lain, ini adalah janji untuk hati yang baru. Orang-orang dalam perjanjian lama mengetahui hukum dalam akal budi mereka. Mereka menghafalnya siang dan malam. Permasalahannya adalah mereka tidak memiliki hati untuk mentaati hukum. Namun di dalam perjanjian baru, Allah menuliskan hukum-Nya di dalam hati kita. Ini berarti bahwa kita tidak hanya tahu bahwa kita harus mentaati Allah, tetapi kita ingin mentaati Allah. Ketaatan kita bukan hanya secara lahiriah tetapi juga batiniah. Ini adalah transformasi dari dalam ke luar. Jika anda mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa Allah tidak menuntut ketaatan dalam perjanjian baru, itu adalah kebohongan. Allah menuntut ketaatan kita, tetapi Allah juga memberdayakan ketaatan kita. Apa pun yang Allah minta, Dia sediakan. Allah berdaulat menaklukkan hati kita yang memberontak dan membebaskan kita untuk mengasihi dan mentaati-Nya. Perjanjian baru memberikan kita kekuatan dan kesenangan untuk melakukan kehendak Allah. Ini tidak berarti bahwa kita memiliki ketaatan yang sempurna. Tetapi ini berarti bahwa kita bertumbuh dalam ketaatan kita kepada Allah. Apa yang terjadi adalah kita mendapati diri kita semakin membenci dosa dan semakin mengasihi Allah.

St Augustine, salah satu bapa gereja mula-mula, memiliki masa lalu yang sangat hancur. Sebelum pertobatannya, dia biasa hidup dengan berpesta pora. Dia menjalani hidupnya mengejar hasrat seksual dan dia memiliki banyak gundik. Jadi, suatu hari, setelah dia menjadi Kristen, dia sedang berjalan dan melihat salah satu gundik lamanya. Gundik itu datang kepadanya dan mulai menggodanya. Gundik itu mencoba untuk mendapatkan perhatiannya dan mengundangnya ke rumahnya untuk tidur bersama. Kemudian, Augustine berkata, “Terima kasih. Menurut kamu aku ganteng dan seksi? Menurutku juga begitu. Aku senang melihatmu. Sampai jumpa lagi. Tuhan memberkati.” Dan dia berjalan pergi. Wanita itu bingung. Dia pikir mungkin Augustine tidak mengenalinya. Jadi, dia meraih tangan Augustine dan berkata, “Aurelio, ini aku.” Saya suka jawaban Augustine. Augustine memandangnya dan berkata, “Ya, aku tahu itu kamu, nona. Tetapi ini bukan aku.” Yang dikatakan Augustine adalah, “Aku tahu itu kamu. Aku tahu aku pernah tertarik kepadamu. Aku tahu aku pernah tidur denganmu. Tetapi Aurelio sudah tidak ada lagi. Itu bukan aku. Aku berbeda.”

Hal yang sama juga berlaku untuk kita semua. Kita semua pernah didorong oleh keinginan berdosa kita. Kita dapat mengatakan dengan Augustine bahwa kita dulu sering berkhianat. Kita dulu kecanduan pornografi, narkoba dan lain-lain. Kita dulu egois. Kita dulu mengejar penerimaan. Kita dulu “___”. Namakan apapun itu. Tetapi inilah kabar baik bagi kita. Dosa akan datang dan menggoda kita. Dosa akan memanggil nama kita dan berkata, “Yosi, ini aku.” Tetapi karena pekerjaan Allah dalam perjanjian baru, kita dapat melihat kepada dosa dan berkata, “Dosa, aku tahu itu kamu. Tetapi ini bukan aku. Yosi yang dulu sudah tidak ada lagi. Aku memiliki hidup yang baru. Aku tidak lagi diperbudak oleh keinginan berdosa. Aku telah diberikan hati yang baru. Aku bebas untuk mencintai dan mentaati Allah. Jadi, aku tidak harus tunduk kepadamu.” Ini tidak berarti bahwa kita kebal terhadap dosa. Umat Kristus bukanlah mereka yang tanpa dosa, tetapi umat Kristus diberdayakan oleh Injil untuk berkata tidak kepada dosa. Kita memiliki kekuatan dan keinginan baru untuk melawan dosa dan mentaati hukum Allah.

Kedua, janji hubungan intim. Allah berkata bahwa dia akan menjadi Allah kita dan kita akan menjadi umat-Nya. Ini adalah bahasa covenant. Perhatikan. Adalah selalu keinginan Allah untuk menjadikan umat-Nya sebagai milik pribadi-Nya yang berharga. Tetapi janji itu datang dengan syarat. Allah akan menjadikan Israel harta pusaka-Nya jika mereka mentaati Allah. Namun dalam perjanjian baru, Allah sendiri yang memungkinkan ketaatan kita dan menjamin hubungan intim kita dengan-Nya. Coba pikirkan. Allah Alkitab, Allah Pencipta alam semesta, dia bukan hanya Allah yang mahakuasa nun jauh di suatu tempat yang kita tidak dapat jangkau. Dia adalah Allah kita. Dia adalah Allahku. Dia adalah Allahmu. Kita milik Dia, dan Dia milik kita. Kita berada dalam hubungan covenant yang intim dengan Dia. Artinya, Allah telah mengikat kebahagiaan-Nya dengan kebahagiaan kita. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Ini adalah janji pernikahan-Nya kepada kita. Tidak peduli kehilangan apa yang kita alami, rasa sakit apa yang kita alami, Dia tidak akan pernah membiarkan kita sendiri. Apakah anda menyadari betapa luar biasanya ini?

Saya berikan sebuah ilustrasi. Katakanlah ada seorang pria miskin yang bekerja keras untuk mendapatkan uang. Dia bekerja 60 jam seminggu, dia menghemat banyak uang, dia makan indomie setiap hari selama 10 tahun, dia lulus dengan Cumae Laude, dan dia menjadi orang yang sangat sukses dan kaya. Dia menjadi kaya melalui kerja keras dan keringatnya. Dia melakukan semuanya dengan usahanya sendiri. Dan kemudian dia jatuh cinta dengan seorang gadis biasa dari keluarga miskin dan memutuskan untuk menikahinya. Apa yang terjadi pada gadis miskin ini ketika dia menikah dengan sang pria kaya? Dia langsung menjadi sangat kaya. Bagaimana? Melalui sebuah covenant. Satu orang melakukan semua kerja keras untuk menjadi sangat kaya dan orang lain menjadi sangat kaya hanya dengan mengatakan, “Aku bersedia.” Inilah kekuatan dari covenant. Sekarang dengarkan. Jika covenant antara manusia sekuat itu, apalagi covenant kita dengan Allah? Ini berarti bahwa kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan kita tidak menentukan kita. Allah yang mendefinisikan kita. Identitas kita ditemukan dalam Allah yang mengasihi kita. Ini berarti bahwa segala sesuatu di dunia ini dapat diambil dari saya. Anda dapat mengambil orang tua saya dan saya bukan lagi seorang anak. Anda dapat mengambil gereja ini dan saya bukan lagi seorang pendeta. Anda dapat mengambil suara saya dan saya bukan lagi seorang pengkhotbah. Tapi ada satu hal yang anda tidak dapat ambil dari saya. Anda tidak dapat mengambil Allah dari saya karena Allah telah membuat covenant dengan saya. Tidak ada yang bisa mengambil Allah dari saya.

Ketiga, janji pengenalan pribadi akan Allah. Allah berkata bahwa setiap orang dalam perjanjian baru dari yang terkecil sampai yang terbesar akan mengenal Dia. Dan pengenalan ini tidak berbicara tentang pengetahuan intelektual tetapi pengenalan secara pribadi dan pengalaman. Tidak peduli jika kita telah menjadi orang Kristen selama 15 tahun ataupun 15 menit, kita dapat mengenal Allah. Ini bukan berarti bahwa semua orang di dalam gereja mengenal Allah. Datang ke gereja tidak menjamin bahwa kita mengenal Allah. Di setiap saat, gereja terisi baik dengan orang percaya dan orang yang tidak percaya. Ada banyak orang yang berpikir bahwa mereka adalah umat Kristus, tetapi sebetulnya mereka bukan umat Kristus. Janji ini bukan untuk mereka yang menyebut diri mereka Kristen. Janji ini juga bukan untuk pendeta atau pengkhotbah terkenal. Janji ini adalah untuk setiap umat perjanjian baru. Jika Allah telah bekerja di dalam hati kita dan memberikan kita hati yang baru, kita mengenal Dia. Di mata Allah, tidak ada perbedaan antara Kristen 15 tahun dan Kristen 15 menit. Kita suka membuat perbedaan itu. Kita suka berpikir bahwa ada kelompok orang Kristen tertentu yang memiliki akses yang lebih kepada Allah. Dan tahukah anda siapa yang menurut kita memiliki akses yang lebih kepada Allah? Mereka yang seperti kita. Mereka yang memiliki ideologi yang sama, keyakinan politik yang sama, gairah yang sama dengan kita. Dan kita berpikir bahwa mereka yang berbeda dengan kita, memiliki pandangan yang berbeda, tidak memiliki gairah yang sama dengan kita, mereka memiliki akses yang kurang kepada Allah. Kita mungkin tidak mengatakannya dengan perkataan kita, tetapi kita menunjukkannya dengan hidup kita. Itulah sebabnya ada banyak perpecahan di dalam gereja. Namun dalam perjanjian baru, setiap anggota perjanjian baru dijadikan putra dan putri Allah. Setiap anggota perjanjian baru mengenal Allah.

Keempat, janji pengampunan penuh. Dan ini adalah janji yang paling penting. Ini adalah dasar dari semua janji lainnya. Karena jika dosa kita tidak diampuni, maka Allah tidak bisa membuat perjanjian yang baru dengan kita. Tetapi Allah berkata bahwa Dia akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan kita dan Dia tidak akan lagi mengingat dosa-dosa kita. Dalam perjanjian lama, Allah memberikan pengampunan melalui sistem korban tabernakel. Tetapi sistem ini tidak lengkap. Korban untuk dosa terus-menerus diperlukan. Tetapi dalam perjanjian baru, ini berbeda. Tidak lagi diperlukan korban untuk dosa karena Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa kita. Dan ini bukan karena Allah mengalami amnesia. Allah tahu segalanya. Dia tidak bisa melupakan apa pun. Namun dalam perjanjian baru, Allah memilih untuk tidak lagi mengingat dosa-dosa kita. Ini berarti bahwa Dia menolak untuk melihat hubungan perjanjian yang Dia miliki dengan kita berdasarkan dosa-dosa kita.

Ini sangat berbeda dengan kita. Seringkali dalam hubungan kita dengan orang lain, kita melihatnya dari rekam jejak mereka. Hubungan kita didorong oleh performa. Contoh: suami istri. Ketika suami dan istri bertengkar, mereka suka mengungkit-ungkit sesuatu yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya. Mereka mungkin mengatakan bahwa mereka telah saling mengampuni, tetapi dalam panasnya pertengkaran, mereka mengingat semua dosa masa lalu tersebut. “Ini persis seperti apa yang kamu lakukan 3 tahun yang lalu.” “Oh ya? Kamu kira aku sudah lupa apa yang kamu katakan kepadaku 5 tahun yang lalu?” “Kamu pikir kenapa aku mengatakan itu? Itu karena apa yang terjadi 7 tahun yang lalu.” “Jangan pernah kamu pikir bahwa aku lupa bagaimana kamu mengecewakan aku 10 tahun yang lalu.” Tetapi Allah berbeda. Kita tidak akan pernah mendengar kata-kata itu dari Allah. Allah tidak berhubungan dengan kita berdasarkan performa kita. Allah telah menghapus dosa-dosa kita sejauh timur dari barat. Seberapa jauh timur dari barat? Tidak terbatas. Artinya adalah bahwa di dalam perjanjian baru Allah tidak pernah mengingat dosa kita.

Inilah sebabnya mengapa penulis Ibrani menyimpulkan dalam Ibrani 8:13 – Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. Perjanjian lama sudah usang. Kita tidak lagi membutuhkannya. Kita sudah memiliki perjanjian baru. Dan perjanjian baru jauh lebih baik dan mulia daripada perjanjian lama. Dalam perjanjian baru, Allah tidak hanya memberikan syarat-syarat perjanjian, tetapi Dia sendiri yang memenuhi syarat-syarat perjanjian. Dan itulah mengapa perjanjian baru tidak bersyarat. Perjanjian baru tidak bisa dihancurkan. Allah menyelesaikan masalah dosa sekali untuk selamanya dan itu menyelesaikan kecacatan perjanjian lama.

Tetapi bagaimana cara Allah memecahkan masalah dosa? Bagaimana Allah mewujudkan perjanjian yang baru? Dengarkan apa yang Yesus katakan. Lukas 22:19-20 – Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” Harga dari perjanjian baru adalah darah Yesus. Yesus membeli perjanjian baru bagi kita di kayu salib. Itulah sebabnya di kayu salib Yesus berseru, “Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau meninggalkanku?” Yesus, Anak Allah yang sempurna, ditinggalkan oleh Allah Bapa. Mengapa? Karena dia mengambil kutuk pelanggaran perjanjian atas dirinya sendiri. Perjanjian lama mengatakan bahwa jika kita mentaati Allah maka kita akan menjadi harta kesayangan Allah. Jika kita tidak mentaati Allah, maka kita akan ditinggalkan oleh Allah. Yesus mentaati perjanjian dengan sempurna. Tetapi bukannya menjadi harta kesayangan Allah, Dia malah ditinggalkan oleh Allah. Mengapa? Sehingga ketika kita percaya kepada Yesus, kita tidak akan pernah ditinggalkan oleh Allah. Dapatkan ini. Yesus memenuhi semua persyaratan perjanjian sehingga ketika kita percaya kepada-Nya, kita dapat memiliki kepastian akan kasih Allah yang tanpa syarat untuk kekekalan. Inilah perjanjian baru.

Saya akan tutup dengan ini. Saya belum pernah melihat pengantin wanita yang jelek. Setiap pengantin wanita terlihat cantik dalam gaun pengantin mereka. Setiap wanita dalam gaun pengantin terlihat 10/10. Mereka terlihat menakjubkan. Ada sesuatu tentang gaun pengantin yang menutupi kekurangan dan membuat setiap pengantin wanita terlihat cantik. Itu dan juga makeup yang bagus. Dan salah satu hal yang saya suka perhatikan selama pesta pernikahan adalah ekspresi pengantin pria saat melihat pengantin wanita dalam gaun pengantinnya. Anda tahu apa yang saya maksudkan? Ekspresi yang mengatakan, “Aku tidak percaya bahwa wanita yang begitu menakjubkan ini setuju untuk menikah dengan aku. Apa yang aku lakukan untuk layak mendapatkan wanita yang cantik seperti ini?” Tetapi ekspresi tersebut tidak berlangsung lama. Pengantin wanita hanya dapat memakai gaun pengantin itu sekali seumur hidup. Setelah pernikahan selesai, dia berganti pakaian biasa dan menyimpan gaun pengantin itu. Dia tidak bisa memakai gaun pengantin itu ke pesta pernikahan temannya. Itu tidak akan berakhir dengan baik. Tetapi inilah poin saya. Cara mempelai pria melihat mempelai wanitanya di hari pernikahan adalah cara Allah melihat kita di dalam Yesus setiap hari. Inilah keindahan dari perjanjian baru. Saat ini, dalam semua kelemahan kita, kita mengenakan kebenaran Yesus yang sempurna. Darah Yesus telah menutupi semua dosa kita. Allah melihat kita sebagai menakjubkan dan cantik. Tidak ada satu milidetik pun di mana matanya tidak tertuju kepada kita. Itulah sebabnya Yesaya mengatakan bahwa sebagaimana mempelai pria bersukacita atas mempelai wanita, demikian pula Allah akan bersukacita atas kita (Yesaya 62:5). Inilah sebabnya mengapa perjanjian yang baru adalah perjanjian yang lebih mulia. Pertanyaannya adalah, jika ini benar, mengapa kita kembali ke perjanjian lama? Mari kita berdoa.

Discussion questions:

  1. Explain how covenant creates intimacy. What does it say about our cultural tendency for “non-committed relationship”?
  2. What does it mean for Jesus to be the Mediator of a better covenant?
  3. In what ways do we still struggle with keeping God’s laws only on an external basis? Give examples.
  4. Out of the four promises of the new covenant, which one stands out the most for you and why?
  5. Is God’s love conditional or unconditional? Elaborate.
  6. How does the new covenant actually make us better law-keepers? Give specific daily-life examples.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.