Perlombaan iman

Ibrani 11:30-12:2

Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya. Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik. Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.

Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

 

Salah satu pidato yang sangat terkenal dalam sejarah dunia adalah pidato dari Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill. Suatu hari Winston Churchill diundang ke sekolah dimana dia lulus untuk memberikan sebuah pidato. Pada saat itu, Inggris sedang menghadapi masa kekacauan yang sangat besar. Mereka mengalami tekanan yang luar biasa dalam Perang Dunia 2 melawan Nazi Jerman. Saat Winston Churchill diperkenalkan, para mahasiswa menunggu dengan penuh antisipasi atas apa yang akan dikatakan oleh Sir Churchill. Mereka siap dengan buku catatan mereka terbuka untuk menulis kata-kata emas dari sosok yang memimpin Inggris ke masa terbaiknya melawan Nazi Jerman. Kemudian Churchill berdiri dan seluruh kerumunan hening total. Dia naik ke podium dan menyampaikan pidatonya. Dan di tengah pidatonya, dia mengucapkan sebuah kalimat yang menjadi legenda. Dia berkata, “Jangan pernah menyerah. Jangan pernah menyerah. Jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah – dalam hal apa pun, besar atau kecil, – jangan pernah menyerah, kecuali terhadap keyakinan akan kehormatan dan akal sehat. Jangan pernah menyerah terhadap paksaan. Jangan pernah menyerah terhadap kekuatan musuh yang tampaknya luar biasa.” Ini isi pidato Churchill. Inggris sedang menghadapi krisis terbesarnya, dan Perdana Menterinya berkata, “Jangan pernah menyerah.”

Kitab Ibrani ditulis kepada sekelompok orang Kristen Yahudi yang ingin menyerah. Mereka mengalami penganiayaan dan tekanan yang luar biasa untuk meninggalkan Kekristenan. Dan banyak dari mereka yang lelah. Mereka tidak yakin apakah layak untuk mengikuti Yesus. Dan beberapa orang menyerah terhadap tekanan dan menjauh dari Yesus. Dan penulis Ibrani mengingatkan pendengarnya untuk jangan pernah menyerah terhadap kebohongan musuh. Dia mengatakan kepada mereka, “Jangan berhenti. Yesus sangat berharga. Aku tahu ini adalah masa-masa yang sukar. Beberapa dari kalian telah kehilangan harta benda kalian, beberapa telah dipenjara, dan beberapa disiksa. Tetapi iman yang benar bertahan sampai akhir. Jangan pernah menyerah.” Dan untuk menguatkan iman mereka, penulis Ibrani menyebutkan nama-nama pahlawan Yahudi yang hidup dengan iman. Dan itulah bacaan kita hari ini. Tujuan Ibrani pasal 11 adalah untuk mendorong umat Kristus untuk bertekun dalam kehidupan Kekristenan mereka. Seperti bagaimana semua pahlawan Perjanjian Lama hidup oleh iman dan bertekun dalam iman, kita juga dipanggil untuk hidup oleh iman dan bertekun dalam iman. Ibrani 11 ditulis untuk memperdalam keyakinan kita pada janji-janji Allah yang memungkinkan kita untuk bertekun.

 

Mengapa ini penting? Karena hari ini, ada banyak orang yang memiliki pengertian yang salah tentang iman. Dan pengertian yang salah tentang iman akan menghancurkan hubungan kita dengan Allah. Coba pikirkan. Hampir setiap dari kita memiliki sesuatu yang sangat kita harapkan dari Allah. Mungkin itu kesembuhan dari penyakit, pemulihan keluarga, visi untuk masa depan, karir yang sukses, pasangan yang mencintai Allah, dll. Apa yang terjadi adalah kita meminta kepada Allah untuk mengarahkan jalan kita. Kita menerima konfirmasi. Kita berjalan di dalam ketaatan. Kita melihat Allah membuka pintu. Dan kemudian jalan terbagi menjadi dua. Beberapa orang mengalami berkat Allah dalam apa yang mereka lakukan, sementara beberapa yang lain bingung dan frustrasi akan perjuangan yang tidak pernah berakhir. Lalu timbul pertanyaan dalam hati orang-orang yang mengalami perjuangan, “Kenapa?” Respon gereja modern atas pertanyaan ini adalah bahwa kita perlu memiliki iman yang lebih. “Percaya lebih, miliki iman yang lebih, dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu harapkan.” Menurut pemahaman ini, iman adalah mata uang yang kita perlukan untuk mencapai impian kita. Jadi jika sesuatu tidak berjalan seperti yang kita harapkan, itu karena kita tidak memiliki iman yang cukup dalam rekening iman kita. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah mengumpulkan lebih banyak iman dengan perbuatan baik dan berpikir positif. Dan ketika Allah melihat bahwa iman kita sudah cukup, Dia kemudian akan memberikan apa yang kita inginkan.

Tetapi apakah ini iman? Apa yang terjadi ketika jawaban yang kita harapkan tidak pernah datang? Kita memiliki tiga pilihan. Pertama, Allah sanggup namun Dia tidak cukup mengasihi kita untuk melakukannya. Kedua, Allah mengasihi kita namun Dia tidak sanggup melakukannya. Ketiga, ada yang salah dengan iman kita dan Allah tidak berkenan terhadap kita karenanya. Dapatkah anda melihat permasalahnya? Ketiga pilihan ini menghancurkan hubungan kita dengan Allah. Dan dalam bacaan kita hari ini, penulis Ibrani menghancurkan pemahaman yang salah tentang iman. Dan jika kita mengerti apa yang penulis Ibrani katakan kepada kita, maka kita dapat mengatasi situasi apa pun. Apapun yang dilemparkan kehidupan kepada kita, kita akan baik-baik saja.

 

Saya memisahkan khotbah ini menjadi tiga bagian. Kuasa iman; Nilai iman; Fokus iman.

 

Kuasa iman

 

Ibrani 11:30-35a – Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya. Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik. Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan.

Bagian ini adalah bagian dari iman yang kita sukai. Nama-nama yang disebut di bagian ini, mereka semua mengalami ketegangan dalam iman mereka. Mereka mengalami ketegangan antara apa yang mereka yakini dan apa yang mereka alami. Mereka tampaknya seperti berada diujung kekalahan, mereka menghadapi keadaan yang sangat tidak mungkin, tetapi mereka memilih untuk mempercayai perkataan Allah, dan mereka menang. Terobosan terjadi. Mujizat terjadi. Allah datang tepat waktu. Mereka mengalami kuasa iman. Mari kita lihat dua kisah.

Pertama, kisah Yosua dan tembok Yerikho. Yerikho adalah kota yang paling kuat di tanah Kanaan. Dan kita tahu bahwa pada saat itu, Israel bukanlah negara yang mahir berperang. Mereka meninggalkan kehidupan perbudakan mereka di Mesir dan mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Mereka tidak memiliki peralatan dan senjata yang dibutuhkan untuk menghancurkan tembok Yerikho. Yosua tidak tahu bagaimana mereka harus menaklukkan Yerikho. Dia dihadapkan dengan situasi yang mustahil. Kemudian Allah datang dan memberi Yosua strategi perang. Allah berkata kepadanya, “Yosua, inilah yang Aku ingin kamu lakukan. Untuk peperangan ini, tim pujian dan penyembahan yang akan memimpin di garis depan. Jadi tempatkan Marta Untariady dan Lynda Hartati di garis depan dan beri tahu pasukanmu untuk berjalan mengelilingi kota satu kali per hari. Lakukan hal yang sama selama enam hari. Dan mereka tidak boleh berbicara sama sekali saat mereka berjalan mengelilingi kota. Dan pada hari ketujuh, mereka harus mengelilingi kota sebanyak tujuh kali. Dan pada waktu mereka selesai, Martin akan memetik gitarnya. Dan ketika mereka mendengar suara gitar, mereka harus berteriak sekeras mungkin, dan tembok Yerikho akan runtuh.”

Bisakah kita setuju bahwa ini adalah strategi perang paling aneh yang pernah ada? Tetapi strategi ini berhasil. Dan penulis Ibrani memberi tahu kita bahwa tembok Yerikho rubuh bukan karena kekuatan militer tetapi karena iman. Pertempuran Yerikho bukanlah sama sekali tentang Yosua atau kekuatan militer Israel. Bukan Yosua yang berperang di peperangan Yerikho, tetapi Allahlah yang berperang di peperangan Yerikho. Peran Yosua adalah untuk menaruh imannya terhadap perkataan Allah, meskipun sepertinya terlihat mustahil di mata Yosua. Yosua percaya bahwa Allah ada, dan Allah memberi upah kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia. Jadi, Yosua mempercayai perkataan Allah dan Allah menunjukkan kesetian-Nya kepada Yosua.

 

Mari kita lihat satu kisah lagi. Kedua, kisah Rahab. Ini adalah salah satu cerita favorit saya dalam Alkitab. Jika Yosua adalah hamba Allah, dipilih oleh Allah untuk mencapai hal-hal yang besar, Rahab adalah kebalikannya. Satu-satunya kesamaan di antara mereka adalah bahwa mereka berdua berkenan dihadapan Allah karena iman. Rahab bukan orang Israel. Rahab adalah warga negara Yerikho, dan dia memiliki rumah pelacuran. Itu adalah cara bagaimana dia mencari nafkah. Rahab melacurkan dirinya demi uang dan dia memiliki beberapa gadis di rumahnya untuk menyenangkan pelanggannya. Saya tidak tahu banyak tentang prostitusi tetapi satu hal yang saya tahu adalah bahwa tidak ada gadis kecil yang bermimpi untuk menjadi pelacur ketika mereka dewasa. “Sayang, kamu mau jadi apa nanti kalau sudah besar?” “Aku mau menjadi pelacur mami.” Saya tidak pernah mendengar cerita seperti itu. Yang saya sering dengar adalah bahwa setiap gadis kecil bermimpi untuk menjadi seorang putri raja. Bukan pelacur. Tetapi, karena alasan yang kita tidak ketahui, hidup Rahab tidak berjalan sesuai harapan.

Tetapi kemudian dia mendengar tentang Israel dan betapa berkuasanya Allah Israel. Dia mendengar semua hal yang Allah telah lakukan terhadap Mesir dan bagaimana Allah membelah Laut Mati menjadi dua untuk dilintasi bangsa Israel. Dia mendengar bagaimana semua bangsa yang menentang Israel dihancurkan. Dan inilah yang menakjubkan. Rahab tidak hanya mendengar tentang Allah Israel, tetapi dia juga percaya kepada Allah Israel. Jadi, ketika dua mata-mata Israel datang untuk memata-matai Yerikho, Rahab membantu mereka. Bukannya menyerahkan mereka kepada prajurit Yerikho, Rahab menyembunyikan mereka. Ini adalah pengkhianatan. Rahab membantu negara lain yang akan menyerang dan menghancurkan negaranya. Jika ketahuan, ia akan dibunuh. Jadi ada ketegangan. Di satu sisi, Rahab adalah seorang pelacur Yerikho. Di sisi lain, dia percaya bahwa Allah Israel dapat menyelamatkan dia. Jadi, ketika saatnya tiba bagi Rahab untuk memilih antara Yerikho dan Allah Israel, dia memilih Allah Israel. Dan sekali lagi, Rahab bukan wanita dengan karakter yang saleh. Rahab adalah seorang pelacur yang memilih untuk percaya kepada Allah Israel. Dan karena iman, Rahab diselamatkan ketika Yosua menaklukkan Yerikho. Rahab percaya bahwa Allah ada, dan Allah memberi upah kepada mereka yang mencari Dia.

 

Hal yang sama juga terjadi terhadap setiap pahlawan iman dalam daftar ini. Setiap mereka berkenan di hadapan Allah karena iman mereka. Ada ketegangan yang mereka alami dan mereka percaya bahwa Allah ada, dan Allah memberi upah kepada mereka yang mencari Dia. Dan inilah yang membedakan mereka dari orang lain. Bukan status mereka, bukan kebangsaan mereka, tetapi iman mereka. Dan cerita-cerita ini ditulis untuk kita. Ini membantu kita untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang siapa Allah itu dan apa yang dapat Dia lakukan. Allah sanggup melakukan hal-hal yang mustahil. Adalah bagian dari deskripsi pekerjaan Allah untuk membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. “Impossible is nothing” tidak berasal dari Adidas. Ini adalah deskripsi Allah. Jadi, percayalah bahwa Allah sanggup melakukan hal yang sepertinya mustahil. Jika anda tahu lagu tua ini, mari nyanyi bersama saya. “Dia buka jalan saat tiada jalan. Dengan cara yang ajaib, Dia buka jalan bagiku.” Kalau anda bisa bernyanyi bersama saya, ketahuilah anda sudah termasuk golongan tua.

Jadi di sini ada beberapa pertanyaan bagi kita. Apakah kita percaya bahwa Allah ada, dan dia memberi upah kepada orang yang mencari Dia? Apakah kita mempercayai Dia dan firman-Nya? Karena Allah bekerja dengan cara yang luar biasa bagi mereka yang mempercayai perkataan-Nya. Allah ingin memakai kita untuk melakukan kehendak-Nya di bumi. Dan beberapa dari anda mungkin berkata, “Tapi Yos, kamu tidak tahu siapa aku. Kamu tidak tahu latar belakangku. Kamu tidak tahu apa yang telah aku lakukan. Aku sangat tidak memenuhi syarat bagi Allah untuk memakai aku.” Jika itu saudara, dengarkan kabar baik Injil. Tidak peduli siapa kita, dari mana kita berasal, atau apa yang telah kita lakukan. Allah dapat melakukan hal-hal yang besar di dalam dan melalui kita jika kita menaruh iman kita di dalam Dia. Bahkan, Allah sangat senang memilih orang-orang yang tampaknya sangat tidak memenuhi syarat. Semua pahlawan iman ini bukanlah superhero yang tidak memiliki kekurangan. Setiap mereka memiliki kelemahan yang fatal seperti kita. Mereka mengalami kegagalan yang besar. Tetapi mereka menerima perkenanan Allah karena iman mereka. Mereka mempercayai perkataan Allah bahkan ketika sepertinya tidak masuk akal. Dan Allah tidak melihat mereka dalam kekurangan mereka tetapi dalam iman mereka. Kita tidak tahu apa yang akan Allah capai melalui kita jika kita mempercayai firman-Nya. Ini adalah bagian iman yang pertama. Bagian yang menyenangkan. Tetapi ada sisi lain dari iman yang kita jarang bicarakan.

 

Nilai iman

 

Ibrani 11:35b-38 – Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

Tunggu. Apa yang terjadi dengan orang-orang ini? Apa yang mereka alami adalah kebalikan dari apa yang dialami kelompok sebelumnya. Jika kelompok yang pertama mengalami terobosan dalam situasi mereka, kelompok yang ini tidak. Mengapa? Apakah karena mereka tidak memiliki iman yang cukup? Bukan itu alasannya. Penulis Ibrani memberitahu kita bahwa kelompok ini juga dipuji oleh Allah karena iman mereka. Jadi, kelompok ini juga percaya bahwa Allah ada, dan Allah memberi upah kepada mereka yang mencari Dia. Mereka berjalan dalam ketaatan kepada Allah namun mereka mendapatkan hasil yang berbeda dari kelompok yang pertama. Allah bisa saja campur tangan dalam situasi mereka. Allah tidak dibatasi oleh kehendak bebas manusia atau keadaan apapun. Tetapi Allah tidak selalu melakukannya. Inilah yang harus kita pahami. Terkadang Allah menyelamatkan umat-Nya melalui iman dan terkadang Allah menopang umat-Nya melalui iman.

Mari saya beri satu contoh: Daud dan Yonatan. Daud adalah anak gembala. Dia bukan siapa-siapa. Bahkan keluarganya sendiri tidak menganggap dia. Tetapi Allah memilih Daud untuk menjadi raja. Dan setiap kali dia mengalami masalah, Allah selalu memberikan jalan keluar. Daud mengalahkan Goliat. Ketika orang mencoba membunuhnya, Daud lolos dari kematian. Dia mengalami terobosan terus menerus. Sampai ke titik dimana Daud menjadi raja terhebat di dalam sejarah Israel. Ia mengalahkan musuh dan menaklukan kerajaan. Dan dia melakukan semua itu dengan iman kepada Allah. Tetapi kemudian ada Yonatan. Yonatan adalah sahabat Daud. Dia adalah seorang pangeran. Yonatan memiliki hak atas takhta Israel. Dan dia adalah orang yang baik. Seperti Daud, Yonatan percaya kepada Allah. Dia setia kepada Allah dan dia setia kepada Daud. Dia dengan rela menyerahkan haknya untuk menjadi raja Israel yang berikutnya kepada Daud. Tetapi pada akhirnya, Yonatan kehilangan segalanya. Dia meninggal dalam perang, berperang untuk ayahnya yang jahat. Apakah karena Yonatan tidak memiliki iman? Tentu saja tidak. Yonatan hidup dengan iman kepada Allah dan dia percaya perkataan Allah bahwa Daud akan menjadi raja berikutnya atas Israel dan bukan dia. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Daud percaya kepada Allah dan dia mengalami terobosan sementara Yonatan percaya kepada Allah dan dia mati dibunuh.

Saya yakin kita semua lebih memilih menjadi Daud daripada Yonatan. Kita lebih suka menjadi orang-orang yang mencapai puncak kesuksesan dan memberikan semua kemuliaan kepada Allah. Kita ingin menjadi seperti pemenang bulu tangkis di Olimpiade yang mencapai ketenaran tertinggi dan berkata, “Ini bukan aku. Ini semua karena Tuhan.” Ini adalah cerita yang luar biasa. Social media sangat ramai memuji dia. Namun menurut penulis Ibrani, ada kelompok lain yang Allah puji karena iman mereka. Kelompok yang tidak mengalami kesuksesan, ketenaran dan terobosan. Nama mereka tidak dikenal di social media. Dan satu kelompok tidak lebih baik dari yang lain. Allah memiliki tujuan yang baik untuk keduanya. Keduanya adalah bagian dari rencana Allah. Melalui kelompok pertama, Allah menunjukkan kepada kita kuasa iman. Melalui kelompok kedua, Allah menunjukkan kepada kita nilai iman. Kelompok kedua bersaksi kepada dunia bahwa memiliki Allah lebih baik daripada hidup.

 

Perhatikan ayat 35b. Ibrani 11:35b – Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Dengan iman, mereka mengetahui bahwa ada ada sesuatu yang lebih baik daripada kehidupan ini. Coba pikirkan sejenak. Katakanlah mereka mati, dan kemudian Allah membangkitkan mereka dari kematian. Itu tentunya hal yang luar biasa. Tetapi walaupun hal itu luar biasa, itu hanya bersifat sementara. Karena meskipun mereka hidup kembali, mereka masih akan mengalami penderitaan, dan pada akhirnya mereka akan mati lagi. Dengan kata lain, kebangkitan itu hanyalah kematian yang tertunda. Tetapi dengan iman, mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik di mana mereka tidak akan merasakan kematian lagi dan mereka tinggal bersama Allah selama-lamanya. Inilah kehidupan yang lebih baik yang mereka dapatkan dengan iman. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Iman mereka bukan pada apa yang Allah dapat lakukan bagi mereka. Iman mereka bukan pada agenda mereka untuk Allah. Iman mereka ada pada pribadi Allah sendiri. Saudara, inilah iman. Iman tidak berkata, “Jika Allah mengasihi aku, Dia akan melakukannya.” Iman berkata, “Bahkan jika Allah tidak melakukannya, Dia tetap Allah.”

Inilah sebabnya mengapa pengajaran yang berkata bahwa bukanlah kehendak Allah bagi orang-orang untuk menderita atau sakit sangat salah. Pengajaran ini melihat kekayaan dan kesehatan sebagai bukti berkat Allah. Saudara, jangan salah mengerti. Allah senang memberikan pemberian yang baik kepada anak-anak-Nya, dan Dia senang dengan keberhasilan kita. Tetapi apa yang kita harus pahami adalah bahwa pemberian Allah yang terbesar bukanlah bagi kita untuk menyetir Lamborghini dan tinggal di rumah di tepi pantai. Pemberian terbesar dari Injil adalah pribadi Allah sendiri. Oleh karena itu, untuk mengenal Allah dan hidup memuliakan Dia adalah sukacita terbesar dalam hidup. Pengajaran yang berfokus kepada pemberian Allah daripada pribadi Allah akan membawa orang-orang kepada penyembahan berhala dan bukan iman. Ini menuntun orang untuk menggunakan Allah dan bukan mengasihi Allah. Dapatkan ini dengan benar. Allah dimuliakan ketika orang sakit sembuh, tetapi Allah juga dimuliakan ketika orang sakit mati dengan baik.

Lihat ayat 37 dan 38. Ini sungguh indah. Ibrani 11:37-38 – Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

Apakah saudara dengar? Dunia ini tidak layak bagi orang-orang yang mati karena iman. Orang-orang ini adalah pemberian Allah bagi dunia dan dunia tidak pantas mendapatkan mereka. Mereka menunjukkan kepada dunia nilai iman, bahwa iman kepada Allah adalah jauh lebih baik daripada hidup. Di mata dunia, mereka bodoh karena mereka menderita karena iman mereka. Tetapi di mata Allah, Allah memberi mereka nilai A+. Jadi, jika anda melihat hidup anda sekarang dan hidup anda penuh dengan tantangan, tetapi anda mencintai Yesus dan anda percaya kepada perkataan Allah, izinkan saya memberitahu anda apa yang Allah katakan tentang anda. “Dunia ini tidak layak bagi anda.” Penderitaan anda bukanlah tanda Allah tidak berkenan kepada anda. Anda tidak berada dimana anda ada sekarang karena anda tidak memiliki iman yang cukup. Anda berada dimana anda berada sekarang karena Allah sedang bersaksi kepada dunia melalui anda bahwa Dia jauh lebih berharga daripada hidup. Dan lihat apa yang penulis Ibrani katakan selanjutnya.

 

Ibrani 11:39-40 – Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. Inilah yang dia katakan. Perjanjian lama, walaupun itu baik, itu tidak sebaik perjanjian baru. Semua pahlawan iman dalam perjanjian lama, tidak satupun dari mereka menerima kepenuhan apa yang dijanjikan kepada mereka. Mereka hanya melihat janji itu dari jauh. Iman mereka memandang ke masa depan. Tetapi kita berbeda. Kita berada di dalam perjanjian baru. Jika mereka menantikan sesuatu yang lebih baik, kita sudah memiliki apa yang mereka nantikan. Dan jika mereka bisa mencapai begitu banyak di dalam perjanjian lama, bagaimana dengan kita di dalam perjanjian baru? Hari ini, kita memiliki sesuatu yang jauh lebih baik dari mereka. Kita memiliki Yesus sebagai pemenuhan semua janji Allah. Yang membawa saya ke poin ketiga.

 

Fokus iman

 

Ibrani 12:1-2 – Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Dua ayat ini adalah ayat emas. Dua ayat ini merangkum apa itu kehidupan Kekristenan. Penulis Ibrani menggambarkan kehidupan Kekristenan sebagai suatu perlombaan. Kita tidak bisa melihatnya dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Yunani, hanya ada satu kata perintah dalam dua ayat ini. Dan semua perkataan lainnya dibangun di atas perintah yang satu ini. Dan perintah ini adalah “Lari” atau berlomba. Ini adalah titik utama kitab Ibrani. Penulis Ibrani ingin pendengarnya untuk berlomba dengan tekun. Ini berarti bahwa tidak ada yang namanya Kekristenan yang pasif. Kekristenan adalah perlombaan. Dan ini bukan perlombaan jarak pendek. Ini adalah perlombaan yang membutuhkan ketekunan. Ini adalah komitmen seumur hidup. Ini melibatkan usaha, perjuangan, dan tekad. Kekristenan adalah perlombaan iman. Tetapi dengarkan apa kata penulis. Penulis Ibrani mengatakan bahwa kita harus berlomba dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Terjemahan yang lebih baik adalah perlombaan yang sudah ditetapkan bagi kita. Allah telah menetapkan perlombaan kita dari kekekalan. Kita tidak bisa memilih perlombaan kita. Setiap dari kita memiliki perlombaan yang sudah ditetapkan bagi kita.

Mari saya memberi tahu anda mengapa ini penting. Salah satu cara termudah untuk membuat kita lelah dalam menjalankan perlombaan adalah perbandingan. Musuh kita suka mengalihkan perhatian kita dengan membuat kita berfokus kepada perlombaan orang lain. Dia mengatakan hal-hal seperti, “Yos, lihat pendeta itu. Dia seumuran denganmu. Tapi dia jauh lebih terkenal daripada kamu. Dia memiliki lebih dari satu juta pengikut di Instagram-nya. Dan ada lebih dari 10,000 orang di gerejanya setiap minggu. Dan ada berapa banyak orang yang menghadiri gereja kamu? Pasti ada yang salah dengan kamu. Kamu bukan pendeta yang baik. Apakah kamu yakin Injil itu berharga? Siapa yang mau mendengar pesan tentang penderitaan? Berikan kepada orang-orang apa yang mereka ingin dengar. Katakan kepada mereka jika mereka mengikuti Allah, maka Allah akan menjadikan mereka kaya, sehat dan sejahtera. Jika kamu melakukan itu, maka kamu juga pasti memiliki banyak pengikut dan gereja yang sangat besar.” Ini adalah bagaimana sang musuh mengalihkan perhatian kita dari perlombaan kita. Tetapi penulis Ibrani memberi tahu kita bahwa kita tidak seharusnya membandingkan perlombaan kita dengan perlombaan orang lain. Allah dalam kedaulatan-Nya telah menentukan perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Kita harus tetap dalam perlombaan kita. Kita tidak bisa memilih perlombaan kita dan kita tidak bisa berlari di perlombaan orang lain. Tetapi kita dapat berlari di perlombaan iman kita dan menyelesaikannya dengan baik. Di Olimpiade, hanya satu orang yang bisa memenangkan perlombaan. Tetapi dalam perlombaan iman, semua yang mencapai garis akhir menang. Karena kita tidak bersaing satu sama lain. Tugas kita adalah untuk tetap setia dalam perlombaan kita.

 

Jadi bagaimana kita bisa melakukan perlombaan iman kita dengan baik? Penulis Ibrani memberitahu kita tiga hal yang harus kita lakukan dalam perlombaan iman kita. Pertama, ingatlah bahwa kita dikelilingi oleh banyak saksi. Kita sering menganggap saksi-saksi ini sebagai penonton. Jadi, gambarannya adalah kita sedang berlomba, dan saksi-saksi ini menyemangati kita dari surga, berkata, “Oh Yosi, you’re so fine, you’re so fine you blow my mind, hey Yosi, hey Yosi.” Mungkin ada beberapa kebenaran tentang hal ini. Tetapi menurut saya bukan itu yang penulis Ibrani ingin sampaikan. Saksi-saksi ini bukanlah penonton di stadion melainkan saksi di ruang sidang. Mereka tidak sedang menonton perlombaan kita melainkan mereka bersaksi kebenaran kepada kita dalam perlombaan kita. Saksi-saksi ini bersaksi kepada kita bahwa dengan iman kita dapat menyelesaikan perlombaan kita. Jadi, Yosua bersaksi kepada kita, “Iman kepada Allah sangat berharga. Dengan iman, aku menaklukkan Yerikho dan menyelesaikan perlombaanku. Jika aku bisa menyelesaikan perlombaanku dengan iman, kamu juga bisa.” Rahab bersaksi kepada kita, “Iman kepada Allah sangat berharga. Dengan iman, aku menyembunyikan dua mata-mata dan menyelesaikan perlombaanku. Jika aku bisa menyelesaikan perlombaanku dengan iman, kamu juga bisa.” Dan bukan hanya mereka, tetapi Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Gideon, Samson, Daud, mereka semua bersaksi kepada kita bahwa dengan iman kita bisa menyelesaikan perlombaan kita. Dan ketika kita ragu, ketika kita merasa ingin menyerah, ingatlah bahwa kita dikelilingi oleh banyak saksi yang bersaksi bahwa Allah tidak akan gagal menopang kita sampai akhir.

 

Kedua, tanggalkan semua beban dan dosa. Beban dan dosa adalah sesuatu yang berbeda. Dosa adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan firman Allah. Beban adalah apa pun yang memperlambat kita dari berlari di perlombaan kita. Beban bukanlah dosa tetapi jika kita tidak hati-hati, beban dapat menyebabkan dosa. Saya berikan sebuah contoh. Kita baru saja melewati Olimpiade beberapa bulan yang lalu. Dan satu pertandingan yang paling saya sukai di Olimpiade adalah perlombaan lari 100m. Jika anda menonton lomba 100m, maka anda melihat bahwa mereka mengesampingkan segala sesuatu yang memperlambat mereka. Mereka mengenakan pakaian yang sangat tipis dan ketat. Bahkan, di zaman kuno, mereka berlari dengan telanjang. Mengapa? Karena itu membantu mereka berlomba dengan lebih baik. Bisakah mereka berlomba lari 100m dengan jas dan dasi? Tidak ada peraturan yang melarang mereka untuk melakukannya tetapi itu tidak membantu mereka memenangkan perlombaan. Adalah suatu kebodohan untuk melakukan perlombaan lari dengan jas dan dasi karena itu akan memperlambat mereka. Kecuali jika nama anda adalah James Bond. Jadi, beban adalah segala sesuatu yang memperlambat kita dalam perlombaan kita. Beban adalah apa pun yang menumpulkan kasih kita kepada Yesus. Dan ini penting. Sering kali, kita menggunakan dosa sebagai standar hal-hal yang harus kita hindari. Dan itu baik. Tetapi itu tidak cukup. Pertanyaan yang harus kita ajukan bukan hanya, “Apakah ini dosa?” tetapi “Apakah ini membantu aku bertanding dalam perlombaan imanku?” Karena beban bukanlah dosa. Beban sering kali adalah hal yang baik yang memperlambat kita. Dan bentuk beban berbeda untuk setiap orang. Bagi sebagian orang, itu mungkin Netflix. Bagi yang lain, itu mungkin ambisi, kebiasaan, lingkungan teman, atau sosial media. Dan jika kita ingin berlomba dengan baik, kita harus menanggalkan semua dosa dan beban dalam hidup kita.

 

Ketiga, lihat kepada Yesus. Ini adalah bagian yang terpenting. Kita hanya dapat menjalankan perlombaan kita dengan baik jika kita mata kita terfokus kepada Yesus. Yesus adalah fokus dari iman kita. Sewaktu saya masi muda, saya adalah atlet sekolah. Saya berlari perlombaan 100-meter untuk sekolah saya. Dan saya ingat perlombaan pertama saya melawan sekolah-sekolah lain. Saya sangat gugup. Tetapi saya punya pelatih yang sangat baik. Dia menyadari bahwa saya super gugup sebelum perlombaan. Jadi, dia datang kepada saya dan berkata, “Aku tahu kamu pasti sangat gugup. Tapi aku mau kamu menjernihkan pikiranmu. Jangan berpikir tentang pelari yang lain. Konsentrasi penuh pada perlombaanmu. Dan ketika kamu nanti di garis awal, jangan melihat ke kanan atau ke kiri, tetapi lihat lurus ke depan. Aku akan berdiri di garis akhir. Fokuskan matamu kepadaku dan lari secepat mungkin. Yosi, kamu cepat.” Pelatih saya sangat baik sampai saya menduga dia naksir cece saya. Jadi, itulah yang saya lakukan. Saya berada di garis awal, memfokuskan mata saya kepada pelatih saya dan berlari secepat yang saya bisa. Dan inilah yang dikatakan penulis Ibrani. “Jangan melihat ke kanan atau ke kiri. Fokuskan matamu kepada Yesus. Dan berlarilah secepat mungkin. Karena Yesus yang memimpin kamu dalam iman dan yang membawa iman itu kepada kesempurnaan.”

Perkataan “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” sangat menarik. Ini memiliki dua arti yang utama. Pertama, kata memimpin dan menyempurnakan berarti bahwa Yesus adalah pribadi yang memungkinkan iman melalui pekerjaan-Nya yang telah selesai di kayu salib. Tanpa Yesus, iman kita tidak berarti. Tetapi karena pekerjaan Yesus yang sempurna, iman kita tidak sia-sia. Ini arti yang pertama. Yesus adalah obyek dari iman kita. Tetapi ada arti lain dari kalimat ini. Perkataan “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” tidak hanya memberi tahu kita bahwa Yesus adalah obyek iman kita, tetapi Yesus juga adalah penulis iman kita. Jadi, ketika Yesus naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah, itu tidak seperti Yesus dipromosikan dan hanya menjadi raja atas dunia ini. Takhta Allah bukanlah suatu tempat di langit. Surga adalah alam lain yang berbeda dari dunia ini. Yesus tidak dipromosikan ke beberapa tingkat di atas kita. Dia tidak hanya menjadi raja kita yang takhtanya berada di langit. Seorang raja memiliki kendali atas kehidupan masyarakat dalam kerajaannya. Tetapi tidak ada raja yang memiliki kendali mutlak. Seorang raja tidak dapat mengendalikan setiap detail dalam kehidupan masyarakat. Tetapi bagi Yesus untuk duduk di sebelah kanan takhta Allah berarti dia telah memasuki alam yang berbeda. Seperti halnya dalam drama Korea W, dimana tokoh dalam cerita tersedot keluar dari alam cerita dan masuk ke alam penulis. Ketika Yesus naik ke surga, itu seperti Yesus tersedot keluar dari cerita dan pindah dari alam cerita dan masuk ke alam penulis. Ini berarti bahwa sekarang Yesus tidak hanya duduk di atas kursi takhta raja. Dia duduk di atas kursi penulis. Dan jika Yesus duduk di atas kursi penulis, dia memegang kendali penuh atas segala sesuatu yang terjadi di dalam cerita. Tidak ada yang terjadi di dalam cerita yang mengejutkan Yesus. Dia adalah penulis cerita iman kita. Dan karena dia adalah penulisnya, dia bisa menjamin kesempurnaan iman kita. Inilah sebabnya mengapa kita bisa berlomba dengan tekun. Yesus telah menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang dia sedang menopang iman kita sampai akhir. Yesus memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan.

 

Tetapi ini tidak cukup. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa yakin bahwa penulis iman kita baik kepada kita? Apa jaminannya bahwa sang penulis tidak akan berubah pikiran tentang kita? Inilah bagaimana kita bisa yakin. “Yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia.” Apa yang kita lihat ketika kita memandang kepada Yesus? Kita melihat bahwa dia menderita. Yesus tidak asing dengan rasa sakit. Dia masuk ke dalam dunia yang penuh kehancuran dan menanggung penderitaan salib. Tetapi mengapa Yesus melakukan itu? Penulis Ibrani mengatakan bahwa apa yang menopang Yesus melalui salib adalah sukacita di balik salib. Sukacita apa? Sukacita apa yang tidak dimiliki Yesus sebelum Ia melewati salib? Apakah itu sukacita bersama dengan Allah Bapa? Apakah itu sukacita kemuliaan Allah? Tidak. Dia sudah memiliki semua itu sejak kekekalan. Sukacita apa yang tidak Yesus miliki sampai dia melewati salib? Anda. Saya. Sukacita memiliki kita. Yesus menanggung salib untuk kita. Bisakah anda bayangkan itu? Yesus mengasihi kita sampai dia rela mati di kayu salib. Kita adalah sukacita Yesus. Yesus berkomitmen terhadap kita sampai akhir. Dia tidak menyerah di tengah jalan. Inilah yang kita lihat ketika kita memandang kepada Yesus. Di sinilah kita menemukan kekuatan dan ketekunan untuk menjalankan perlombaan kita. Yang menjamin kita akan menyelesaikan perlombaan dengan baik bukanlah ketekunan kita melainkan kebenaran bahwa Yesuslah yang memulai dan membawa iman kita kepada kesempurnaan. Yesus adalah fokus iman kita. Jadi, bagaimana kita bisa terus berlari dalam perlombaan iman kita dan tidak pernah menyerah? Lihat kepada Yesus. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

 

  1. Can you see the tendency in you to limit the power of faith? If yes, why?
  2. Think back to the story of David and Jonathan. How would you feel if you were in Jonathan’s shoes? And what does the Bible say about “Jonathan”?
  3. Comparison is one of the fastest ways to demotivate us in running our race. Is this true about your experiences? Share it with others.
  4. Explain the difference between weight and sin. What are some personal examples of weight in your life and what can you do to remove it?
  5. Why is it absolutely crucial for us to constantly look to Jesus in our race of faith?
  6. Explain why prosperity gospel is very damaging to the Christian faith.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.