Terpesona oleh kasih karunia

2 Samuel 9:1-13

Berkatalah Daud: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.” Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” Tanya raja kepadanya: “Di manakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.” Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar. Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefiboset!” Jawabnya: “Inilah hamba tuanku.” Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu. Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset. Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

 

“Amazing grace, how sweet the sound. That saved a wretch like me.” Jika anda percaya, katakan “Amin.” Inilah kekhawatiran saya. Kasih karunia adalah sesuatu yang sangat mempesona dan menggagumkan. Sebagai gereja, kita ingin menjadi komunitas yang penuh kasih karunia. Kita ingin menjadi gereja di mana orang yang bermasalah mendapatkan kasih karunia. Kita ingin menjadi rumah bagi orang yang tidak sempurna. Itulah sebabnya kita berbicara tentang kasih karunia Tuhan setiap minggu. Setiap kali kita masuk ke hadirat Tuhan yang Kudus, dosa-dosa kita terungkap. Tidak ada satupun yang bisa kita sembunyikan dari Tuhan. Dia melihat semua kekurangan kita seperti buku yang terbuka. Bahkan jika kita baru saja melewati minggu terbaik dalam hidup kita, hal-hal baik yang kita lakukan sering didorong oleh keinginan untuk kemuliaan diri kita sendiri dan bukan kemuliaan Tuhan. Dan itu adalah kejahatan di mata Tuhan. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa kasih karunia Tuhan sedang bekerja memampukan kita untuk mengakui dosa-dosa kita dan meyakinkan kita akan pengampunan yang Tuhan berikan. Tidak peduli siapa kita, apa yang telah kita lakukan, atau dari mana kita berasal, kasih karunia tersedia bagi semua orang yang menginginkannya. Kasih karunialah yang menyelamatkan kita. Kasih karunialah yang menopang kita. Dan kasih karunialah yang akan membawa kita sampai akhir.

Dan kasih karunia Tuhan tidak hanya mengampuni kita dari dosa-dosa kita. Tetapi kasih karunia juga menunjukkan kepada kita kebenaran Kristus yang diberikan secara cuma-cuma kepada kita ketika kita menaruh iman kita di dalam Yesus. Artinya, saat ini kita berdiri di hadapan Tuhan sebagai orang yang kudus, benar, tidak bercacat, dan indah, bukan karena sesuatu yang kita lakukan dan tidak lakukan. Tetapi karena kita mengenakan keindahan Yesus yang sempurna. Dan semakin kita bertumbuh dalam kasih karunia, semakin kita kagum akan Yesus dan karyanya yang sempurna bagi kita. Jadi, dapatkan ini. Pemahaman yang benar tentang kasih karunia Tuhan menyebabkan lebih banyak kehancuran, lebih sedikit kebanggaan; lebih banyak kerendahan hati, lebih sedikit kesombongan; lebih banyak ketidaklayakan, lebih sedikit hak; lebih banyak kebutuhan, lebih sedikit kemandirian. Inilah artinya untuk bertumbuh dalam kasih karunia.

Tetapi jika kita bisa jujur, itu tidak selalu terjadi. Jika kita tidak hati-hati, kasih karunia bisa menjadi konsep yang kita bicarakan setiap minggu, tetapi itu tidak lagi membuat kita terpesona. Kita bernyanyi dengan mulut kita, “Amazing grace, how sweet the sound. That saved a wretch like me.” Namun di dalam hati kita, kita tidak lagi berpikir bahwa kita adalah orang yang celaka. Kita tidak lagi berpikir bahwa kita adalah orang berdosa yang tidak layak. Ada tarikan di hati kita yang membuat kita berpikir bahwa kita sebenarnya pantas mendapatkan kasih karunia. Dan bukannya mengarahkan kita kepada kebenaran Kristus, itu malah membawa kita kepada kebenaran diri sendiri. Dan ini kekhawatiran saya. Karena saya melihat hal ini terjadi di hati saya sendiri. Bukannya bertumbuh dalam rasa hancur, saya menjadi lebih menuntut. Saya dengan mudah mengutuk orang lain. Saya menunjuk jari. Saya bergosip. Saya membanggakan diri saya sendiri. Dan saya berpikir saya lebih baik dari orang lain. Ada yang tahu apa yang saya maksudkan? Dan jika kita berpikir bahwa kita lebih baik daripada orang lain karena masa lalu kita, latar belakang keluarga kita, status sosial kita, atau pencapaian kita, kita belum mengenal kasih karunia. Jika kita berpikir bahwa kita pantas mendapatkan kasih karunia karena apa yang telah kita lakukan, kita tidak mengerti kasih karunia. Karena kasih karunia tidak ada hubungannya dengan apa yang telah kita lakukan tetapi itu semua berkaitan dengan apa yang telah dilakukan untuk kita. Kasih karunia menyamakan kedudukan.

 

Saya suka cerita yang kita baca hari ini. Cerita ini adalah gambaran yang indah tentang kasih karunia. Ini adalah cerita tentang Raja Daud dan seorang pria bernama Mefiboset. Ini adalah peristiwa sejarah yang mengajarkan kita bahwa kasih karunia terlalu indah untuk menjadi kenyataan, tetapi itu benar. Kasih karunia sangatlah menggagumkan. Saya akan memberikan anda konteksnya terlebih dahulu. Pada saat ini, Daud berada di puncak kehidupan. Dia telah mengalahkan musuh dari luar dan musuh dari dalam dan mendirikan kerajaannya dengan kuat. Dia mengumpulkan upeti emas dan perak dari negara lain. Dia telah membangun ibu kota yang baru dan istana. Dia memiliki semua yang dia butuhkan. Dia tidak kekurangan apapun. Tuhan telah memberikan istirahat yang Dia janjikan kepada Daud. Dan di tengah pemerintahan yang makmur ini, Daud mengingat janjinya kepada teman lamanya. Dan dia menunjukkan kebaikan yang luar biasa kepada seseorang yang bisa saja menjadi musuhnya. Ini Daud di masa terbaiknya. Dan Daud di masa terbaiknya mencerminkan hati raja yang sebenarnya. Apa yang dilakukan Daud memberikan kita gambaran sekilas tentang hati dan karakter raja yang sebenarnya. Kerajaan Daud adalah bayangan kerajaan Allah yang sempurna. Dan kerajaan Allah adalah kerajaan yang penuh dengan kebaikan bagi mereka yang pernah menjadi musuh. Dan kebesaran Daud menggambarkan kebesaran raja dalam kerajaan Allah, Yesus Kristus.

 

Mari kita simak ceritanya bersama-sama. Saya memiliki tiga poin untuk khotbah ini: Penerima kasih karunia; Pembalikan kasih karunia; Hasil kasih karunia.

 

Penerima kasih karunia

 

2 Samuel 9:1-5 – Berkatalah Daud: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.” Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” Tanya raja kepadanya: “Di manakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.” Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar.

Cerita ini dimulai dengan pertanyaan yang mengejutkan. Daud bertanya, “Apakah ada orang yang masih hidup dari keluarga Saul yang aku dapat tunjukkan kasih?” Ini sangat mengejutkan karena ini sangat berbeda dari apa yang kita mungkin pikirkan. Jika anda mengetahui banyak cerita kerajaan kuno, maka anda akan tahu bahwa setiap kali seorang raja baru mengambil alih sebuah kerajaan, ada ancaman dan bahaya tertentu yang datang bersama takhta. Apalagi jika raja yang baru berasal dari keluarga yang berbeda dengan raja sebelumnya. Ketika itu terjadi, transisi jarang mulus. Orang-orang dari keluarga yang berbeda akan mengklaim takhta dan mengerahkan pasukan mereka untuk mengambil alih kerajaan. Dan ini menjadi perebutan takhta. Karena ancaman ini, hal cerdas yang harus dilakukan raja yang baru adalah menghilangkan semua kemungkinan ancaman ini sedini mungkin. Dia akan menghabiskan siapa saja yang bisa menantang klaimnya atas takhta. Dan jika raja yang baru berasal dari keluarga yang baru, orang pertama yang akan dieksekusi adalah anggota keluarga dari raja sebelumnya. Hal ini dianggap sebagai hal yang bijaksana dan dapat diterima untuk membangun pemerintahannya. Namun tidak demikian dengan Daud. Daud sedang mencari anggota keluarga Saul. Tetapi bukan karena dia ingin menghilangkan ancaman. Tetapi karena dia ingin menunjukkan kasih oleh karena Yonatan.

Dan ini sangat penting. Siapa Yonatan? Yonatan adalah pewaris sah takhta Israel. Dia adalah putra raja sebelumnya, Raja Saul. Yonatan juga merupakan sahabat baik Daud. Dan dia adalah pria yang baik. Yonatan setia kepada Tuhan, dan dia juga setia kepada Daud. Dia tahu bahwa Tuhan telah memilih Daud untuk menjadi raja Israel berikutnya dan dia bisa menerimanya. Coba pikirkan. Yonatan adalah putra mahkota. Namun dia adalah orang pertama yang menyambut Daud sebagai raja Israel. Yonatan mengasihi Daud. Dan dia membuat perjanjian dengan Daud. Satu-satunya hal yang diminta Yonatan adalah agar Daud menunjukkan kasih setia kepada keturunannya. 1 Samuel 20:14-15a – Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Kata Ibrani untuk kasih setia Tuhan dalam ayat ini dan kata kasih dalam 2 Samuel 9 adalah kata yang sama. Ini adalah kata “chesed” yang berarti kasih perjanjian Allah. Apa yang Daud ingin tunjukkan bukan hanya kasih tetapi kasih perjanjian Allah.

Dan inilah yang menakjubkan. Janji antara Daud dan Yonatan dibuat beberapa dekade yang lalu. Tidak ada yang tahu tentang janji ini kecuali Daud. Dan bahkan jika ada yang tahu, tidak ada yang mengharapkan Daud untuk memenuhinya. Adalah bertentangan dengan budaya untuk menunjukkan kebaikan terhadap kemungkinan ancaman di masa depan. Yang normal adalah setiap orang mengutamakan kepentingannya sendiri. Dan hal yang sama juga berlaku hari ini. Kita hidup dalam generasi yang tidak memiliki konsep perjanjian. Saya jelaskan. Hubungan perjanjian adalah kebalikan dari hubungan konsumen. Hubungan konsumen adalah hubungan di mana kebutuhan pribadi lebih penting daripada hubungan. Contoh, kita memiliki hubungan konsumen dengan pom bensin. Apalagi dengan kenaikan harga BBM akhir-akhir ini. Baik itu Shell, BP, Caltex, atau lainnya, kita memiliki hubungan dengan mereka selama mereka memberi kita produk yang bagus dengan harga yang bagus. Tetapi kalau harga naik, kita pindah ke pom bensin yang lebih murah. Kita pergi ke tempat lain yang memenuhi kebutuhan kita. Ini adalah hubungan konsumen. Tetapi hubungan perjanjian adalah hubungan di mana hubungan lebih penting daripada kebutuhan pribadi.

Salah satu contoh hubungan perjanjian dalam Alkitab adalah keanggotaan gereja. Ketika kita bergabung dengan sebuah gereja, kita memasuki hubungan perjanjian dengan gereja tersebut. Kita sepakat untuk memprioritaskan hubungan dengan saudara dan saudari kita di dalam Kristus di atas kebutuhan pribadi. Tetapi hari ini, banyak umat Kristus tidak lagi memandang keanggotaan gereja sebagai suatu perjanjian. Kita datang ke gereja ketika kita menginginkannya, dan kita tidak datang ke gereja ketika kita tidak menyukainya. Atau kita memilih untuk melakukan ibadah online karena lebih nyaman dan mudah bagi kita untuk melakukannya. Bahkan, kita mungkin tidak pergi ke gereja yang sama setiap minggu. Kita terus berpindah dari satu gereja ke gereja lain tergantung gereja mana yang khotbahnya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Keanggotaan gereja tidak lagi dilihat sebagai hubungan perjanjian tetapi hubungan konsumen. Tetapi Daud berbeda. Daud mengerti apa itu perjanjian. Dia adalah orang yang menepati janjinya. Jadi, dia mencari anggota keluarga Saul karena dia memiliki perjanjian dengan Yonatan.

 

Jadi, tersiar kabar bahwa Daud sedang mencari anggota keluarga Saul. Dan seorang pria bernama Ziba dibawa kepada Daud. Ziba adalah seorang pelayan di keluarga Saul. Dan Ziba sendiri memiliki banyak pelayan. Jadi, kemungkinan besar dia adalah kepala pelayan di keluarga Saul. 2 Samuel 9:3 – Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” Perhatikan apa yang dikatakan Daud. Daud tidak hanya mengatakan bahwa dia ingin menunjukkan kasih; dia ingin menunjukkan kasih yang dari Allah. Dan yang mengejutkan Daud, ada seseorang dari keluarga Saul yang masih hidup. Dan orang itu tidak lain adalah putra Yonatan yang bernama Mefiboset. Kebetulan berdaulat yang indah. Dari semua kemungkinan, dia adalah anak dari orang yang membuat perjanjian dengan Daud. Namun, Mefiboset cacat kakinya. Yang terjadi adalah, ketika Daud akhirnya berkuasa, keluarga Saul dengan cepat bersembunyi. Mefiboset berusia lima tahun saat itu. Dan perawat yang menggendongnya tersandung, menjatuhkan dia, dan luka itu membuatnya lumpuh seumur hidup. Dan dia hidup bersembunyi dari Daud sampai saat itu. Dia tinggal di sebuah tempat yang disebut Lodebar, yang berarti tempat tanpa padang rumput. Tempat yang tandus dan tidak subur.

Bayangkan jika anda adalah Mefiboset. Anda dulu tinggal di tempat di mana anda adalah bangsawan. Anda bisa makan apa pun yang anda inginkan dan sebanyak yang anda inginkan. Anda dipersiapkan untuk menjadi pangeran Israel. Tetapi dalam satu saat, anda kehilangan segalanya. Dan itu bukan karena salah anda. Anda tidak bisa memilih di keluarga mana anda dilahirkan. Perawat anda yang membuat anda lumpuh. Dan sekarang anda tinggal di tanah tandus melihat kaki anda yang tidak berfungsi. Anda tidak bisa berjalan. Anda tidak memiliki masa depan. Anda sepertinya ditakdirkan untuk hidup tanpa harapan. Lalu tiba-tiba seorang utusan dari Raja Daud mengetuk pintu rumah anda. “Tok. Tok. Tok.” “Apakah kamu Mefiboset? “Ya, benar. Apa yang kamu mau dari aku? “Aku datang dengan perintah raja untuk membawamu menemuinya. Dia ingin bertemu denganmu. Kamu harus pergi bersamaku sekarang. “Tetapi aku dari keluarga Saul. Aku adalah musuh raja. Mengapa raja ingin bertemu denganku? “Itu untuk kamu tahu nanti. Perintah yang diberikan kepadaku adalah untuk membawa kamu kepadanya. Cepat. Kita harus pergi sekarang.Dan Mefiboset dibawa untuk bertemu Daud.

 

Sebelum kita melanjutkan cerita, saya tidak ingin anda melewatkan perbandingannya. Karena anda dan saya, kita seperti Mefiboset. Allah adalah raja yang berkuasa. Kerajaan-Nya kekal. Dan seperti Mefiboset, kita dilahirkan dalam garis keturunan Raja Adam. Tetapi kemudian kita jatuh dan menjadi lumpuh karena kesalahan orang lain. Kita dilahirkan dalam dosa, dan kita tidak memiliki kemampuan untuk menyenangkan Allah. Kita menjadi musuh Allah karena nenek moyang kita. Kita terasingkan dari hadirat Allah. Kita tinggal di tempat yang tandus dan tidak berbuah. Kita bersembunyi dari Allah. Dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membalikkan kondisi kita. Kita tidak menyenangkan, ataupun cantik, ataupun diinginkan. Kita berada di dalam keputusasaan. Tetapi suatu hari, seorang utusan dari Allah mengetuk pintu kita dan membawa kita ke hadirat Allah. Dan itu mengubah segalanya tentang hidup kita selamanya. Mari kita lanjutkan ceritanya.

 

Pembalikan kasih karunia

 

2 Samuel 9:6-8 – Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefiboset!” Jawabnya: “Inilah hamba tuanku.” Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?”

Gambaran yang begitu indah tentang kasih karunia. Ketika Mefiboset datang ke hadapan Daud, dia sangat ketakutan. Apa yang dia harapkan adalah eksekusi. Karena itulah yang mereka lakukan untuk menghindari perang saudara. Mefiboset adalah cucu dari raja sebelumnya. Dia adalah ancaman besar bagi kerajaan Daud. Dan bertahun-tahun sebelumnya, pamannya, Ish-Boseth mencoba mengklaim takhta dan dia mati karenanya. Mefiboset tidak punya alasan untuk berpikir sebaliknya. Dia tidak tahu apa-apa tentang janji Daud kepada Yonatan. Dia masih terlalu kecil ketika itu terjadi. Dia tidak bisa memainkan kartu itu. Tetapi lihat apa yang dikatakan Daud. Dia berkata, “Mefiboset, aku tahu kamu punya banyak alasan untuk takut. Kamu punya banyak alasan untuk gemetar. Tetapi jangan takut. Karena aku memanggilmu ke sini bukan untuk menghukummu, tetapi untuk menunjukkan kasih kepadamu oleh karena ayahmu, Yonatan.” Apakah anda tahu apa yang dikatakan Daud? Dia berkata, Mefiboset, aku akan untuk menunjukkan kasih dan kebaikan yang luar biasa kepadamu. Dan hidupmu akan berubah dalam sekejap. Tetapi apa yang akan kamu nikmati karena kasihku yang luar biasa bukanlah karena apa pun yang ada di dalam dirimu. Kamu tidak melakukan apa pun untuk pantas mendapatkannya. Tetapi aku akan melakukannya karena janji yang aku miliki dengan ayahmu sejak lama. Janji yang sama sekali tidak kamu ketahui. Tapi janji di mana kamu adalah penerima manfaatnya.”

Dapatkah anda melihat apa yang terjadi? Daud menunjukkan kasih karunia kepada Mefiboset. Dan kasih karunia ini mahal dan berisiko. Ini bisa dengan mudah menjadi bumerang untuk Daud. Karena apa yang dilakukan Daud adalah dia memberdayakan orang yang penting di kubu musuh. Selama Mefiboset masih hidup, dia berpotensi menjadi ancaman bagi Daud. Tetapi bukannya mengeksekusi Mefiboset, Daud mengangkat Mefiboset. Daud mengembalikan kepadanya semua tanah yang dulunya milik keluarga Saul. Dan tidak hanya itu. Sejak hari itu, Mefiboset akan selalu makan di meja Daud. Coba pikirkan. Di satu saat, Mefiboset tidak dikasihi. Saat berikutnya, dia mengalami kasih dan kebaikan yang luar biasa. Di satu saat, dia miskin. Saat berikutnya, dia kaya. Di satu saat, dia dipenuhi rasa malu. Saat berikutnya, dia diberi kehormatan untuk makan di meja raja selama sisa hidupnya. Jadi, Daud tidak hanya mengampuni putra Yonatan tetapi juga menerima dia ke dalam persekutuannya dan memberikan dia status bangsawan. Hal seperti ini tidak pernah terdengar.

 

Dan lihat tanggapan Mefiboset atas kebaikan hati Daud yang luar biasa. 2 Samuel 9:8 – Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” Sewaktu kita membaca jawaban Mefiboset, kita langsung berpikir, “Ini adalah perkataan yang sangat merendahkan diri sendiri. Tidak seharusnya dia berbicara seperti ini. Tidak ada orang yang seharusnya menyebut dirinya sendiri anjing mati. Kalo Cavoodle masih mungkin. Tetapi tentu tidak anjing mati.” Salah satu hal paling merendahkan yang bisa anda sebut seseorang pada jaman itu adalah anjing. Ini sangat menyinggung orang-orang Yahudi. Jauh lebih daripada kita. Tetapi Mefiboset tidak hanya menyebut dirinya anjing. Dia menyebut dirinya anjing mati. Dia tidak mengatakan, “Ha! Akhirnya, seseorang menyadari potensiku. Akhirnya, seseorang menyadari betapa pentingnya diriku. Sangat wajar kalau aku diberikan kekuasaan, kehormatan, dan kekayaan. Aku pantas mendapatkannya.” Oh tidak. Mefiboset berkata, “Ini sama sekali tidak masuk akal. Mengapa raja menunjukkan kasih yang luar biasa untuk anjing mati seperti aku?Begitulah cara Mefiboset melihat dirinya sendiri. Dia melihat dirinya lebih buruk daripada yang terburuk. Dia sama sekali tidak pantas menerima kebaikan Daud. Bukannya merasa berhak, Mefiboset dipenuhi dengan kekaguman. Dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi padanya. Bukannya dijadikan tawanan, dia diperlakukan seperti seorang pangeran. Bukannya eksekusi, dia menerima pemulihan. Ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan, tetapi ini benar. Mefiboset benar-benar terpesona oleh kasih karunia.

 

Saudara-saudara, saya tahu ini kedengarannya gila, tetapi ini benar-benar alkitabiah. Inilah yang membedakan Kekristenan dari setiap agama lainnya. Setiap agama lain mengatakan bahwa kita harus cukup baik untuk diterima oleh Tuhan. Mereka memberitahu kita bahwa kita harus membersihkan hidup kita, kita harus berdoa, kita harus melakukan banyak hal, dan kemudian kita akan diberkati. Tetapi Kekristenan memberi tahu kita bahwa kita adalah anjing mati. Tidak ada dalam diri kita yang membuat Tuhan berkata, “Aww. Lihat orang-orang imut di gereja Rock Sydney. Mereka begitu menggemaskan. Aku ingin mereka ada di keluargaku.” Tidak ada. Tetapi Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada mereka yang tidak pantas mendapatkannya sama sekali. Dan ini berlawanan dengan intuisi kita. Kita cenderung menunjukkan kasih kepada mereka yang menurut kita pantas mendapatkannya. Kita menunjukkan kasih ketika itu nyaman bagi kita. Kasih kita adalah langkah yang sudah diperhitungkan. Contoh, saya seorang INTJ. Itu berarti saya terus bermain catur di pikiran saya. Saya tidak melakukan sesuatu hanya karena. Semua yang saya lakukan adalah bagian dari langkah yang sudah saya perhitungkan. Jika saya menunjukkan kasih kepada seseorang, itu karena saya tahu orang itu akan menguntungkan saya. Saya tidak akan membuang waktu dan sumber daya untuk seseorang yang tidak akan menguntungkan saya. Apalagi jika orang itu berpotensi membahayakan saya. Saya akan berada sejauh mungkin dari orang tersebut. Jika orang itu ada di gereja ini dan dia selalu duduk di barisan belakang, saya pastikan bahwa saya selalu duduk di barisan depan. Jangan tersinggung jika anda duduk di barisan belakang. Tetapi Daud menunjukkan kasih kepada seseorang yang tidak dapat memajukan tujuan Daud dan justru berpotensi membahayakan Daud. Inilah kasih karunia. Kasih karunia bukanlah tindakan kasih yang penuh perhitungan. Kasih karunia adalah kasih yang luar biasa kepada yang paling tidak layak.

 

Hasil kasih karunia

 

2 Samuel 9:9-13 – Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu. Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset. Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

Lihat transformasi yang terjadi dalam kehidupan Mefiboset. Daud memberitahu Ziba untuk mengurus semua tanah yang telah dia berikan kepada Mefiboset. Artinya, sekarang Mefiboset memiliki sumber penghasilan. Dia tidak akan pernah kekurangan. Dia akan selalu memiliki roti untuk dimakan. Dan sejak hari itu, Mefiboset selalu makan sehidangan dengan Daud, sebagai salah seorang anak raja. Jadi, Mefiboset tidak hanya memiliki sumber penghasilan, tetapi dia juga hidup seperti seorang pangeran kerajaan. Ini berbicara tentang posisi keintiman. Mefiboset akan selalu memiliki tempat di meja persekutuan Daud. Dia tidak hanya makan makanan raja, tetapi dia juga memiliki akses terbuka untuk bersekutu dengan raja. Dan Mefiboset juga pindah dari Lodebar ke Yerusalem. Dia tidak lagi bersembunyi dari Daud tetapi tinggal di pusat kerajaan Daud. Cerita yang begitu indah.

 

Tetapi perhatikan bagaimana cerita ini berakhir. 2 Samuel 9:13 – Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang. Mengapa mengakhiri cerita yang begitu indah dengan nada asam? Mengapa menyebutkan, Adapun kedua kakinya timpang”? Kita sudah tahu bahwa Mefiboset cacat. Mengapa diakhiri dengan pengingat bahwa dia lumpuh? Menurut saya ada dua alasan. Pertama, untuk mengingatkan kita bahwa kerajaan Allah selalu memiliki tempat bagi orang lumpuh. Kerajaan Allah adalah kerajaan kasih karunia. Dan raja di kerajaan Allah adalah raja yang murah hati. Kerajaan Allah adalah kerajaan di mana orang lumpuh tidak dikucilkan tetapi disambut. Ini adalah kerajaan di mana orang lumpuh diubah menjadi bangsawan oleh kasih karunia sang raja. Kerajaan Allah bukanlah tempat bagi mereka yang memiliki semuanya dengan baik. Kerajaan Allah adalah tempat bagi orang-orang yang hancur yang telah menerima kasih karunia Allah. Itu alasan pertama.

Alasan kedua adalah untuk mengingatkan kita bahwa kita memiliki apa yang kita miliki di dalam kerajaan Allah bukan karena pencapaian kita tetapi karena kasih karunia. Karena inilah yang saya percayai. Mungkin alasan mengapa beberapa dari kita tidak terpesona oleh kasih karunia adalah karena kita lupa bahwa kita lumpuh. Kita tidak menyadari bahwa kita adalah anjing mati. Kita berpikir kita adalah orang baik yang pantas disambut oleh Allah atas alam semesta. Kita lupa bahwa kita, pada hakikatnya, adalah timpang. Kita berdosa, kita lumpuh, dan kita sakit. Paulus memberitahu kita dalam Efesus 2 bahwa kita telah mati dalam dosa-dosa kita, diperbudak oleh keinginan-keinginan dosa, dan berada di bawah murka Allah. Hanya ada satu hal yang pantas kita dapatkan. Kita pantas mendapatkan hukuman abadi. Anda dan saya pantas mendapatkan neraka. Tetapi kemudian muncul dua kata yang paling indah dalam Alkitab. Perhatikan. Mefiboset lemah, lumpuh, cacat, tidak diinginkan, dibuang, musuh, dan miskin. TETAPI DAUD. Kita telah mati, diperbudak, dan di bawah murka. TETAPI ALLAH. Inilah kabar baik Injil. Anda dan saya telah mati TETAPI ALLAH. Anda dan saya diperbudak oleh dosa TETAPI ALLAH. Anda dan saya berada di bawah murka TETAPI ALLAH. Dan bukannya memberikan kita apa yang pantas kita terima, Allah campur tangan. Bukannya meninggalkan kita dalam kehancuran kita, Allah memiliki agenda lain. Allah dalam kekayaan rahmat-Nya, dalam kasih-Nya yang besar terhadap kita, melihat kondisi keputusasaan kita dan berkata, Aku akan menunjukkan kebaikanku yang luar biasa kepada mereka. Aku akan menghujani mereka dengan kasih karunia.” Dan seperti Mefiboset yang makan di meja Daud selama sisa hidupnya, kita juga makan di meja raja untuk selama-lamanya.

Dan seperti Mefiboset menerima kebaikan Allah melalui Daud, kita juga penerima kebaikan Allah. Dan bahkan, bukan hanya kebaikan. Paulus mengatakan itu adalah kekayaan kasih karunia Allah yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya. Saya suka ini. John Piper menjelaskannya seperti ini. Seberapa kayakah Allah? Piper mengatakan bahwa pada tahun 1990, ratu Elizabeth bernilai $4 biliar. Itu b dengan 9 nol. Saya bahkan tidak tahu apa yang di kerjakan ratu Elizabeth selain melambaikan tangannya. Tetapi ternyata dia sangat kaya. Katakanlah suatu hari saya bertemu ratu Elizabeth dan dia menyukai saya. Dia mengatakan, Anak muda, aku merasakan suatu kesenangan untuk dapat bertemu dengan kamu hari ini. Dan untuk kesenanganku, aku ingin memberikan kamu undangan untuk menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Aku ingin mengadopsi kamu masuk ke dalam keluargaku, dan aku ingin melimpahkan semua kekayaanku kepadamu. Aku akan sangat senang jika kamu menyetujuinya. Bagaimana menurutmu?” Dan saya akan langsung menjawab, Dimana saya harus tanda tangan?” Sejak saat itu, saya bukan lagi Yosia anak pak Yusuf. Anda bisa memanggil saya “The Duke of Chatswood.” Tetapi ini yang saya tahu tentang $4 biliar. Itu adalah uang yang banyak dan itu bisa melimpahi saya dengan banyak harta, tetapi kekayaan itu tidak akan bertahan selamanya. Pada akhirnya, $4 biliar itu akan habis. Apakah anda setuju dengan saya? Tetapi tidak demikian halnya dengan Allah. Seberapa kayakah Allah? Tidak terukur. Dan Paulus mengatakan bahwa Allah akan menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah dalam kebaikan. Ini berarti bahwa tidak akan ada akhir dari kebaikan Allah kepada kita. Allah tidak akan pernah kehabisan kebaikan terhadap kita untuk kekekalan. Selalu akan ada lebih banyak kebaikan untuk kita alami selamanya. Bisakah anda membayangkannya? Kita yang dahulu adalah musuh Allah tetapi sekarang kita adalah penerima kebaikan-Nya untuk selama-lamanya. Betapa menakjubkannya hal tersebut?

 

Namun, jangan lewatkan bagian terpenting dari cerita ini. Kasih karunia yang luar biasa ini diberikan atas jasa orang lain. Daud tidak menunjukkan kasih kepada Mefiboset karena Mefiboset. Dia menunjukkan kasih kepada Mefiboset oleh karena ayahnya, Yonatan. Janji yang dibuat Daud dengan Yonatan menjamin kehormatan dan berkat bagi Mefiboset melebihi apa yang dapat dia bayangkan. Saudara-saudara, jangan lewatkan ini. Allah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita bukan karena kita. Allah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita karena jasa orang lain. Jika kasih karunia Allah bergantung pada jasa kita, kita akan hilang selamanya. Tidak ada satu pun dari kita yang memiliki kesempatan. Sama seperti Daud menunjukkan kasih kepada Mefiboset karena janjinya kepada Yonatan, Allah menunjukkan belas kasihan kepada orang berdosa karena janji perjanjian-Nya kepada orang lain. Allah menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita oleh karena Anak-Nya, Yesus Kristus. Daud memberkati Mefiboset oleh karena Yonatan. Allah memberkati kita oleh karena Yesus. Kita diterima dalam keluarga Allah bukan karena kita cukup baik. Kita diampuni, kita dibenarkan, kita diadopsi, kita dikuduskan, dan pada akhirnya kita dimuliakan sebagai umat Allah bukan karena kita tetapi oleh karena Yesus. Kita menerima setiap berkat rohani di dalam Yesus.

Tahukah anda bagaimana Yesus membeli berkat-berkat ini bagi kita? Dengan cara yang sama Mefiboset menerima berkat-berkatnya. Inilah caranya. Mefiboset memiliki ayahnya, Yonatan. Yonatan adalah teman sejati Daud. Dia menempatkan dirinya dalam bahaya untuk melindungi Daud dari bahaya. Ketika Saul ingin membunuh Daud, Yonatan menyembunyikan Daud. Yonatan secara sukarela kehilangan takhta agar Daud bisa naik takhta. Yonatan kehilangan hidupnya agar Daud bisa hidup. Dan karena itu, Daud bisa menyambut Mefiboset. Daud dapat mempertaruhkan nyawanya untuk mengasihi Mefiboset karena apa yang telah dilakukan Yonatan. Yonatan adalah sahabat yang luar biasa bagi Daud. Dan ini kabar baiknya. Kita memiliki sahabat yang lebih baik dari Yonatan. Daud memiliki seorang sahabat yang kehilangan takhta duniawi untuk dia; kita memiliki seorang sahabat yang kehilangan takhta surgawi untuk kita. Daud memiliki seorang sahabat yang mati di Gunung Gilboa; kita memiliki seorang sahabat yang mati di Gunung Kalvari. Di kayu salib, Yesus menanggung setiap tetes murka Allah kepada kita. Dia mengambilnya sendiri dengan sukarela. Dia mati dengan kematian yang seharusnya kita alami. Mengapa? Agar kita dapat menerima berkat Allah.

Bisakah anda melihatnya? Mefiboset tidak pantas menerima kebaikan yang ditunjukkan Daud kepadanya. Apakah anda tahu siapa yang pantas menerimanya? Yonatan. Dan perbuatan Yonatan diperhitungkan kepada Mefiboset. Dan karena itu, dia disambut di meja Daud. Anda dan saya tidak pantas menerima kasih yang Allah tunjukkan kepada kita. Apakah anda tahu siapa yang pantas menerimanya? Yesus. Dan Allah telah membuat perjanjian dengan Yesus di kekekalan masa lalu bahwa ketika kita menaruh iman kita kepada Yesus, karya Yesus yang sempurna akan diperhitungkan kepada kita. Sehingga kebenaran Yesus adalah kebenaran kita. Kesempurnaan Yesus adalah kesempurnaan kita. Keindahan Yesus adalah keindahan kita. Itu semua diperhitungkan kepada kita oleh karena Yesus. Itu diberikan kepada kita oleh kasih karunia semata-mata. Itulah sebabnya salah satu definisi terbaik kasih karunia adalah, “GRACE – God’s Riches At Christ’s Expense.” Jika kita memahami hal ini, kita dapat berkata bersama Paulus, Filipi 3:8-9 – Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

 

Saya akan tutup dengan ini. Saudara-saudara, apakah anda masih terpesona oleh kasih karunia? Dapatkah anda bernyanyi dari hati anda, “Amazing grace, how sweet the sound. That saved a wretch like me”? Atau ini hanya lirik indah yang anda hafal? Apakah anda masih terkagum oleh kenyataan bahwa anda bisa masuk ke dalam meja kasih karunia Tuhan? Atau apakah itu sudah menjadi sesuatu yang menurut anda pantas anda dapatkan? Apakah anda menjadi semakin hancur di hadapan Tuhan? Atau apakah anda menjadi semakin sombong di hadapan Tuhan? Apakah hidup anda ditandai dengan rasa syukur dan terima kasih? Atau apakah anda menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengeluh karena hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan harapan anda? Kapan terakhir kali anda menghabiskan waktu bersama Yesus hanya untuk menikmati dia? Atau apakah waktu anda bersama Yesus dipenuhi dengan tuntutan? Dan jika hari ini anda menyadari bahwa anda tidak lagi terpersona oleh kasih karunia, jawabannya bukanlah untuk memalsukannya sampai anda berhasil. Yang perlu anda lakukan adalah akui dosa anda dan lihat kepada Yesus. Lihat apa yang telah dia lakukan untuk anda. Lihat semua berkat yang telah dia beli untuk anda. Lihat ke salib tua yang kasar di mana dosa anda dipaku sekali dan untuk selamanya, dan anda diberikan pengampunan, kasih, adopsi, warisan, dan keselamatan. Sadarilah lagi bahwa anda lumpuh, tetapi anda menerima kasih Tuhan yang luar biasa oleh karena Yesus. Mari kita berdoa.

 

 

Discussion questions:

 

  1. List out some reasons why we might no longer be amazed by God’s grace.
  2. Church membership is an example of a covenantal relationship. Discuss the implications.
  3. Why do you think Mephibosheth refers to himself as “a dead dog”? What does it say about grace?
  4. Why is the fact that Mephibosheth is lame good news for both him and us?
  5. How do we receive the kindness of God in our lives?
  6. What struck you the most about God’s grace in this story?
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.