Tetap tenang di masa sukar

13 “Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?

14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.

15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,

16 dan dengan hati nurani yang murni supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.

18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.

1 Petrus 3:13-18.

Perjalanan hidup sesungguhnya tidak pernah menjadi lebih mudah. Hari-hari ke depan akan semakin sulit untuk dihadapi.

Dan inilah realitas yang kita alami sehari-hari.

  • Setiap hari kita harus berjuang dengan rutinitas yang semakin padat,
  • Persaingan yang makin tajam dalam dunia bisnis dan pekerjaan,
  • Belum lagi beban biaya kebutuhan hidup yang semakin meningkat,
  • Interest home loans yang semakin tinggi,
  • Kejahatan yang semakin meningkat,
  • Kejadian alam yang terus menerus,
  • Munculnya penyakit yang aneh-aneh … dll…

Lalu bagaimana dengan kehidupan bergereja?

Terkadang orang menaruh harapan tinggi pada gereja, menjadikan gereja tempat “pelarian” dari beratnya hidup di luar gereja.

Namun nyatanya, tidak sedikit yang kecewa. Seringkali relasi (hubungan) dan pelayanan di dalam gereja juga membuat pusing.

Selain itu, kita juga masih harus dibayang-bayangi dengan ancaman bahaya yang tidak mampu kita prediksi. Bencana alam (badai, gempa bumi, banjir, tanah longsor), wabah penyakit menular, resiko mengidap penyakit tertentu, juga termasuk bahaya kejahatan yang makin bervariasi modusnya.

Ini semua pasti membuat kita sering merasa cemas dan khawatir.

Stress, depresi, berbagai penyakit mental atau gangguan kejiwaan menjadi sahabat yang makin akrab dengan kehidupan manusia masa kini.

 

Meskipun demikian, tiap-tiap orang punya cara yang berbeda dalam menghadapi beban hidupnya masing-masing.

Ada orang-orang yang suka menyangkal kenyataan sulitnya hidup ini.

Hal ini diekspresikan dengan kalimat yang terkesan indah; kadang juga dibungkus dengan kalimat rohani yang mengesankan mereka punya iman yang kuat.

  • “Disini tidak ada masalah, yang ada hanya kesempatan.”
  • “Tidak ada yang mustahil bagi anak-anak Tuhan!”
  • “Bagi anak Tuhan, tidak ada resesi dan yang ada resepsi.”

 

Tentu menyemangati orang-orang untuk menjadi kuat adalah pekerjaan mulia.

Tetapi tentu saja, tidak boleh menyemangati orang dengan menutupi realitas yang sebenarnya. Itu sama halnya dengan kita berkata kepada penderita kanker otak stadium akhir “tenang, kamu hanya sakit kepala biasa. Pasti akan sembuh…”

Ada kesukaran dalam hidup, itu benar!

Anak-anak Tuhan sekalipun tidak luput dari kenyataan itu. Akan tetapi ada cara yang berbeda yang seharusnya dilakukan oleh anak Tuhan dalam menghadapi kesukaran hidup.

 

Kita harus tetap tenang di masa sukar, namun tidak berarti mengingkari kenyataan dan membiarkan diri terjerumus dalam fantasi iman yang tampak indah, namun tidak nyata bahkan keliru.

Lalu bagaimana caranya agar kita tetap tenang di masa sukar?

 

Mengakui dan Menghadapi Kenyataan

“Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar” 1 Petrus 3:14.

Untuk tetap tenang dalam menghadapi kesulitan hidup adalah mengakui bahwa saat ini kita memang sedang berada di masa sukar. Tidak menyangkal, tidak menutup-nutupi kenyataan betapa sukarnya hidup ini.

Rasul Petrus berbicara dengan gamblang tentang penderitaan-penderitaan yang akan terjadi di dalam kehidupan umat Tuhan.

Kepada umat Tuhan yang terpaksa hidup tersebar sebagai perantau dan pendatang di berbagai kota karena penganiayaan, Rasul Petrus menyadari betapa keras dan sulitnya hidup mereka.

  • Umat Tuhan saat itu mengalami kesulitan untuk hidup sejahtera karena mereka adalah pendatang yang terpaksa berkelana dengan bekal yang terbatas.
  • Bukan hanya itu, mereka juga harus menanggung beban penderitaan tambahan karena identitas mereka sebagai umat Tuhan.

Terhadap kenyataan seperti ini, Rasul Petrus tidak menyalahkan mereka.

Ia tidak mengatakan bahwa umat Tuhan yang mengalami kesulitan itu sebagai orang yang telah berbuat dosa atau kurang iman.

Rasul Petrus bahkan berkata, “Sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia…” 1 Petrus 3:14a.

Terkadang dalam menghadapi kesukaran hidup, kita’pun masih harus menanggung beban tambahan seperti

  • tuduhan dari orang-orang sekitar kita yang lebih suka mengungkit atau membicarakan tentang dosa dan kegagalan kita daripada menunjukkan empati.
  • Meminta kita melakukan pemberesan dosa ini dan itu, daripada membereskan persoalan kita melalui pertolongan yang nyata.
  • Bukan membuat kita bangkit tetapi justru membuat kita terpuruk, tidak berdaya layaknya seorang pendosa yang sedang dihukum berat oleh Tuhan.

 

Tidak jarang kita’pun menilai diri kita seperti perkataan orang lain, merasa diri kurang beriman, kurang berdoa bahkan kurang suci sehingga Tuhan belum melepaskan kita dari kesukaran hidup. Itu semua makin membuat kita frustrasi, bukan?

“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar” 2 Timotius 3:1.

Siapa’pun bisa terkena masalah. Ada kalanya tawa dan kebahagiaan harus berganti dengan kesedihan dan air mata. Demikian pula dengan kesedihan kita atas beratnya beban hidup kita, inipun ada akhirnya dan akan berganti menjadi kebahagiaan. Inilah kehidupan.

 

Jangan larut dalam kenangan masa lalu, dengan membandingkan kejayaan di masa lalu dibandingkan dengan yang kita alami sekarang.

Dari semua siklus kehidupan, kita perlu menerima dan mengakui keterbatasan kita. Itu membuat berdamai dengan keadaan kita, lebih membuat kita semakin bergantung pada kuasa dan rencana Tuhan dalam hidup kita.

Mengevaluasi dan Memperbaiki Diri

“Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?” 1 Petrus 3:13.

Untuk tetap tenang dalam menghadapi kesulitan hidup adalah dengan mengevaluasi dan memperbaiki bagaimana cara kita menjalani hidup ini.

Untuk mengevaluasi, kita perlu tahu bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan hidup ini menjadi sulit.

  1. Penderitaan kosmis yang dialami oleh semua manusia di dunia karena kejatuhan manusia pertama di dalam dosa.

Kitab Kejadian menceritakan bahwa salah satu akibat kejatuhan Adam dan Hawa adalah tanah menjadi terkutuk dan menghasilkan semak dan rumput duri.

“semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;” Kejadian 3:18.

Dalam perkembangan selanjutnya, dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, manusia melakukan berbagai tindakan yang memperparah kerusakan alam dengan berbagai cara. Mulai dari eksploitasi sumber daya alam, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan dan tindakan lain yang tidak bertanggung-jawab.

Semua hal ini menciptakan penderitaan kosmis yang menimpa semua manusia di dunia, termasuk orang percaya.

Salah satu contoh penderitaan kosmis adalah terjadinya banjir.

Banjir tentu akan menggenangi rumah-rumah tanpa pernah bisa membedakan mana rumah umat Tuhan dan mana yang bukan. Gereja’pun bisa kebanjiran.

Ini adalah ciri penderitaan kosmis yang dapat menimpa siapa saja dan kapan saja.

Oleh karena itu, kesulitan hidup akibat penderitaan kosmis tidak dapat dihindari secara total dan hanya dapat diterima dengan hati yang tabah.

  1. Yang menyebabkan hidup menjadi sulit adalah penderitaan akibat perilaku orang lain. Rasul Petrus berkata dalam 1 Petrus 3:13-14

13 “Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?

14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.

Dalam ayat ini, ada kemungkinan kita yang sudah menjalani hidup dengan baik, tetap saja akan ada orang-orang tertentu yang berbuat jahat terhadap kita.

Misalnya, ada orang yang menipu usaha kita sehingga menimbulkan kesulitan. Penderitaan akibat perilaku orang lain, kadang dapat kita hindari dengan pola hidup yang hati-hati dan cermat. Sikap hati-hati dan cermat akan meloloskan kita dari penipuan orang atau menjadi korban kejahatan.

Tetapi kadang kita juga tidak dapat menghindarkan diri dari penderitaan akibat perilaku orang lain. Misalnya, kecerobohan orang lain menyebabkan kita terluka karena kecelakaan lalu lintas atau juga kecelakaan di tempat kerja.

 

Ada juga penderitaan yang harus kita tanggung karena kita adalah umat Tuhan, karena melakukan yang benar.

Terhadap umat Tuhan yang harus menanggung penderitaan karena nama Tuhan, Rasul Petrus memberi nasehat, “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu” 1 Petrus 4:16.

  1. Yang menyebabkan hidup menjadi sulit adalah penderitaan akibat kesalahan kita sendiri. Setiap kesalahan tentu mempunyai konsekuensi. Tidak jarang konsekuensi dari kesalahan yang kita perbuat inilah yang membawa kita pada penderitaan hidup.

Rasul Petrus menulis “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat atau pengacau” 1 Petrus 4:15.

Kesulitan hidup ini sudah terlampau banyak dan jangan ditambahi dengan kesulitan yang tidak perlu yaitu kesulitan yang muncul akibat kesalahan diri kita sendiri.

 

Dari ketiga penyebab kesulitan hidup, mari kita memeriksa diri.

Kita perlu mengambil waktu untuk mengevaluasi diri kemudian melakukan langkah-langkah perbaikan yang konkret. Apakah masa sulit yang kita hadapi sekarang ini adalah

  • Akibat penderitaan kosmis?
  • Atau akibat perilaku orang lain?
  • Atau akibat kesalahan kita sendiri?

Terimalah tanggung jawab atas apapun yang terjadi dan mulailah menjalani hidup dengan lebih bertanggung jawab.

Mengembangkan Hubungan yang Akrab dengan Allah

“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya1 Petrus 5:10.

 

Untuk tetap tenang dalam menghadapi kesulitan hidup adalah dengan mengembangkan hubungan yang akrab dengan Allah.

Dari ayat ini kita tahu bahwa ternyata Allah tidak berpangku tangan ketika kita harus melewati masa-masa yang sulit dalam kehidupan ini. Allah terus bekerja dalam diri kita.

 

Rasul Petrus menegaskan hal ini dengan menggunakan empat kata kerja yaitu:

  • Memperlengkapi
  • Meneguhkan
  • Menguatkan
  • Mengokohkan

Ini berarti Allah memandang serius kesulitan hidup yang kita jalani. Allah ingin kita tetap tenang di masa sukar.

Tetapi bagaimana kita dapat merasakan pekerjaan Tuhan yang memberikan kekuatan? Tentu melalui hubungan yang akrab dengan Allah.

Kita dapat memiliki hubungan yang akrab dengan Allah melalui doa, pujian penyembahan, pembacaan Firman dan tentu juga dengan melakukan Firman Tuhan. Bukan sekedar rutinitas agamawi tetapi timbul dari hati yang mengasihi Allah.

 

Di saat hidup menjadi sukar, 

  • kadang manusia lebih suka menghampiri Allah untuk menuntut pertanggungjawaban, seakan Allah adalah penyebab dari segala kesulitan yang kita alami.
  • Sebagian orang yang lain memilih mendatangi Allah hanya untuk mengklaim janji-janji Allah, seakan dirinya memang layak atau sudah seharusnya memperoleh semua itu.
  • Banyak orang memang datang mencari Allah saat ada kesulitan hidup tetapi motif dan tujuannya juga sangat beragam dan tidak semuanya tepat.

 

Datang kepada Allah dengan keyakinan bahwa kita telah menerima kasih Allah meski kita tidak layak.

  • Kita mengimani bahwa Allah tidak tinggal diam saat kita menderita, apapun penyebab penderitaan kita.
  • Ia mengasihi kita dan dalam kasihNya, Ia menunjukkan pertolonganNya dengan memperlengkapi, meneguhkan, menguatkan bahkan mengokohkan kita melalui semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita.

 

Teruslah mendekat dengan Allah. Semakin kita membina hubungan yang akrab dengan Allah, maka semakin tenang, kita menghadapi masa yang semakin sukar ini.

Ketika kita mengalami masa yang sukar, penderitaan bahkan ketika melakukan apa yang baik dan karena itu kita menderita secara tidak adil, ingatlah kuasa Injil.

Ingatlah Kristus yang menderita, mati di kayu salib dan bangkit. Ingatlah bahwa penebusan dosa telah digenapi di dalam Yesus Kristus.

 

1 Petrus 3:18a Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar supaya Ia membawa kita kepada Allah;

 

Pesan Injil mencakup kebangkitan (1 Korintus 15:1–4) karena Juruselamat yang mati tidak dapat menyelamatkan siapa’pun.

Namun Kristus bangkit untuk memberi kita kekuatan yang kita butuhkan setiap hari untuk tetap tenang di masa sukar.

“Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya kamu dapat berdoa” 1 Petrus 4:7.

 

  • “The hardest part about being a Christian is living in a world that glorifies sin”.
  • “There will be challenging and difficult times but always remember that wherever life takes you, God’s goodness and love will always surround you”.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.