Yesus – Juara dan Saudara kita

 

Ibrani 2:5-18

5 Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. 6 Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 7 Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, 8 segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. 9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. 10 Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah–yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan–, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. 11 Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, 12 kata-Nya: “Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,” 13 dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.” 14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; 15 dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. 16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. 17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. 18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. 

 

Saya akan bacakan satu kutipan tentang Superhero favorit saya. “You will give the people an ideal to strive towards. They will race behind you, they will stumble, they will fall. But in time, they will join you in the sun. In time you will help them accomplish wonders.” Ada yang bisa menebak dari mana kutipan ini berasal? Inilah yang dikatakan Jor El kepada Kal El di Man of Steel. Jika anda tidak menyukai Superhero, Kal El adalah nama asli Superman. Ini adalah kutipan yang sangat luar biasa. Setiap orang membutuhkan simbol harapan. Mereka perlu tahu bahwa ada sesuatu yang lebih baik di luar sana. Mereka membutuhkan seseorang untuk menunjukkan jalannya. Mereka membutuhkan suatu ideal untuk mereka tuju. Tetapi sewaktu melakukannya, mereka akan tersandung dan jatuh. Dalam semua ketidaksempurnaan mereka, mereka akan terus melakukan kesalahan. Tetapi pada waktunya, mereka akan bersama dengan simbol harapan di tempat kesempurnaan. Mereka akan mencapainya. Simbol harapan, sang juara akan membantu mereka untuk mencapai keajaiban. Saya suka kutipan ini. Anda dapat dimaafkan jika anda berpikir bahwa ini adalah apa yang Allah Bapa katakan kepada Yesus di dalam Alkitab. Ada banyak kesamaan antara Superman dan Yesus. Superman berasal dari luar dunia ini. Ia diutus ke bumi untuk memimpin orang-orang di bumi menuju hari esok yang lebih baik. Dia sangat kuat dan dia mampu melakukan keajaiban. Tapi sehebat hebatnya Superman, dia tidak bisa memimpin umat manusia untuk mencapai keajaiban. Apa anda tahu kenapa? Karena Superman tidak seperti kita.

Pada akhirnya, Superman adalah seorang Krypton yang hidup di antara manusia di bumi tetapi dia tidak sepenuhnya manusia. Dia bisa menunjukkan keajaiban tetapi dia tidak bisa membantu anda mencapai keajaiban. Karena dia berbeda dengan kita. Supaya kita bisa mencapai keajaiban, kita membutuhkan seseorang yang persis seperti kita dalam segala hal untuk menunjukkan jalan menuju keajaiban. Kita membutuhkan seseorang yang mengalami apa yang kita alami, yang merasakan apa yang kita rasakan, yang terluka seperti kita terluka, yang dicobai seperti kita dicobai. Tetapi kita tidak hanya membutuhkan seseorang yang persis seperti kita, kita juga membutuhkan seseorang yang lebih baik daripada kita pada saat yang bersamaan. Kita membutuhkan seseorang yang berhasil di mana kita gagal. Seseorang yang terus berjuang di mana kita menyerah. Seseorang yang diuji tetapi bertahan sampai akhir. Seseorang yang 100% manusia tetapi sempurna pada saat yang bersamaan. Kita membutuhkan seseorang yang lebih baik daripada Superman. Yesus adalah pahlawan yang kita butuhkan. Yesus lebih baik dari Superman.

 

Ijinkan saya membuat pengakuan. Ada banyak hal dalam Alkitab yang membingungkan saya. Dan salah satu area yang sering membingungkan saya adalah tentang rasa sakit dan penderitaan. Mengapa Tuhan mengijinkan orang Kristen mengalami kesakitan dan penderitaan yang luar biasa? Jika Tuhan sangat mengasihi kita, mengapa hidup begitu sulit? Jika Tuhan berkuasa, mengapa dia membiarkan penderitaan ini? Kenapa orang tua saya bercerai? Mengapa saudara saya meninggal karena kanker? Mengapa saudara perempuan saya diperkosa? Mengapa bisnis saya bangkrut? Mengapa mengikut Yesus begitu sulit? Dan ini adalah pertanyaan dari kitab Ibrani. Dan ini adalah pertanyaan bagi banyak orang juga. Pertanyaannya biasanya seperti ini. “Jika Tuhan itu penuh kasih dan penuh kuasa, mengapa dia mengijinkan kejahatan dan penderitaan?” Dua jawaban logis. Entah Tuhan itu penuh kuasa tetapi dia tidak penuh kasih ATAU Tuhan itu penuh kasih tetapi tidak penuh kuasa. Jika Tuhan berkuasa, maka ia mampu menyingkirkan kejahatan dan penderitaan dalam satu detik. Tetapi karena kejahatan dan penderitaan masih ada, itu berarti bahwa Tuhan tidak cukup mengasihi kita untuk melakukannya. ATAU. Tuhan itu penuh kasih tetapi dia tidak cukup berkuasa untuk menyingkirkan kejahatan dan penderitaan. Anda akan sering mendengar argumen ini mengenai iman Kekristenan. Karena orang Kristen percaya bahwa Tuhan itu mahakuasa dan penuh kasih. Dia bukan salah satu. Dia penuh kuasa dan penuh kasih pada saat yang bersamaan. Jadi bagaimana kita menjawab masalah kejahatan dan penderitaan? Mengapa kehidupan Kristen begitu sulit? Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan itu penuh kuasa dan penuh kasih di semua pencobaan dan godaan kita? Inilah yang bacaan kita akan jawab. Jawaban dari penulis Ibrani untuk memahami kejahatan dan penderitaan yang kita alami adalah – Lihatlah kepada Yesus. Ijinkan saya lebih spesifik. Lihatlah kepada Yesus karena dia adalah juara dan saudara kita. Jika anda tidak mendapatkan apa pun dari khotbah ini, dapatkan ini. Lihatlah kepada Yesus karena dia adalah juara dan saudara kita. Dengan kata lain, Yesus bukan Superman. Dia lebih baik dari Superman. Dia sama persis seperti anda dalam segala hal. Dia 100% manusia. Dia tahu persis apa yang sedang anda alami. Tapi dia berhasil di mana anda gagal. Dan karenanya, kita sekarang memiliki harapan untuk mencapai keajaiban.

 

Mari kita bahas sedikit apa yang ditulis penulis Ibrani sebelumnya. Ibrani pasal 1 berbicara tentang supremasi Yesus. Yesus lebih baik dari segalanya. Yesus bukanlah seorang nabi atau utusan atau malaikat. Dia lebih baik dari mereka semua. Dia adalah Tuhan sendiri yang menjadi manusia. Itulah poin dari pasal 1. Yesus adalah Tuhan dan dia telah melakukan dan menyelesaikan setiap pekerjaan yang perlu dilakukan untuk keselamatan kita. Yesus sekarang duduk di sebelah kanan Allah, memerintah atas semua ciptaan. Dia telah mengalahkan semua musuhnya. Dia mewarisi nama di atas segala nama dan dia memiliki otoritas dan status khusus yang tidak dimiliki oleh siapa pun di segenap ciptaan. Yesus berada pada level yang berbeda. Yesus adalah Tuhan. Yesus telah memenangkan pertempuran. Dia menyelesaikan karyanya dengan sempurna. Yesus sepenuhnya Allah.

Tetapi kemudian penulis Ibrani mengalihkan fokusnya. Karena pertanyaannya tetap ada. Jika Yesus telah menyelesaikan semua pekerjaan keselamatan, jika Yesus telah mengalahkan semua musuh-musuhnya, jika Yesus berkuasa sekarang, mengapa begitu sulit untuk mengikuti Dia? Mengapa semua rasa sakit dan penderitaan ini? Mengapa semua godaan ini? Dan jawaban penulis Ibrani adalah – lihatlah kepada Yesus. Anda akan menemukan ritme ini terus bermain di seluruh kitab Ibrani. Seseorang mengatakan bahwa “Jika anda ditanyai sebuah pertanyaan di gereja dan anda tidak tahu jawabannya, Yesus adalah jawaban yang tidak pernah salah.” Sepanjang buku Ibrani, penulis Ibrani terus mengatakan bahwa Yesus bukan hanya jawaban yang tidak pernah salah, tetapi dia menjelaskan mengapa Yesus adalah jawaban yang benar. Lihatlah kepada Yesus. Fokus kepada Yesus. Pertimbangkan Yesus. Anda bisa melihat ritme ini di sepanjang kitab Ibrani. Anda mengikuti saya?

 

Tiga hal yang ditunjukan bacaan ini kepada kita. Ketegangan yang kita hidupi; pahlawan yang datang; harapan yang kita miliki.

 

 

Ketegangan yang kita hidupi

 

Ibrani 2:5-8 – Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya.

Perhatikan baik-baik. Ini sangat penting. Dalam empat ayat ini, penulis Ibrani memberi kita sebuah kerangka bagi kita untuk memahami kehidupan kita. Dan dia akan membawa kita ke awal cerita kita. Dia mulai dengan mengatakan bahwa para malaikat tidak diberikan otoritas untuk memerintah dunia. Mereka tidak pernah memiliki otoritas itu dan mereka tidak akan pernah memilikinya. Tapi tahukah anda siapa yang memiliki otoritas ini? Saya tahu anda tergoda untuk mengatakan Yesus karena Yesus adalah jawaban yang tidak pernah salah tetapi bukan kepada Yesus Allah menaklukan dunia yang akan datang. Jadi kepada siapa? Penulis Ibrani kemudian melanjutkan dan mengutip Mazmur 8. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?” Mazmur 8 berbicara tentang kita, ini tentang manusia. Dan kemudian dia mengatakan bahwa manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan dan Tuhan menaklukan segala sesuatu di bawah kakinya. Dia menjadikan manusia sebagai puncak penciptaan. Dia memahkotai kita dengan kemuliaan dan kehormatan. Apa artinya? Itu berarti kita diangkat ke posisi royalti. Dan dia meletakkan segala sesuatu di bawah kaki kita. Dengarkan bagaimana Kejadian mengatakannya. Kejadian 1:27-28 – Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

Inilah yang disebut oleh para teolog Imago Dei. Itu berarti kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tuhan menjadikan manusia sebagai kepala dari semua ciptaan. Kita memerintah dan berkuasa sebagai wakil Tuhan. Jadi inilah kebenaran tentang anda dan saya. Kita diberi kekuasaan untuk berkuasa atas ciptaan lainnya. Namun pada saat yang sama, kita bertanggung jawab kepada Tuhan dalam cara kita menggunakan kekuasaan itu. Kita harus mencerminkan Tuhan dalam cara kita memakai kekuasaan kita. Kejadian 1 memberi tahu kita kemuliaan manusia. Ini sangatlah mulia. Anda diciptakan menurut gambar Allah. Anda diciptakan untuk mencerminkan Tuhan. Anda adalah wakil Tuhan atas ciptaannya. Anda sangat berharga di mata Tuhan. Anda bukan kecelakaan. Anda bukan produk evolusi. Anda dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Anda memiliki kekuasaan atas ciptaan. Ini adalah deskripsi yang agung tentang anda dan saya. Di sinilah letak masalahnya. Ketika saya melihat saya, saya tidak melihatnya. Jangankan mencerminkan gambar Tuhan, saya malah sering merusak gambar Tuhan. Saya gagal menunjukan rupa Allah. Saya gagal untuk mencerminkan kemuliaan-Nya atas ciptaan. Ketika anda melihat lingkungan anda hari ini, ketika anda melihat orang-orang di kanan dan kiri anda sekarang, anda tahu mereka berantakan. Manusia sama sekali tidak terlihat seperti gambaran yang diberikan dalam Mazmur 8. Bukan hanya kita menyaksikan sifat jahat manusia setiap hari di berita, tetapi kita juga menyaksikan kekuatan bencana alam yang merusak. Contoh: Badai, banjir, gempa bumi, gunung berapi. Saya tidak melihat realitas Mazmur 8. Saya tidak melihat diri saya dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Saya tidak melihat dunia tunduk di bawah kaki kita. Mari jangan bicara tentang dunia. Saya bahkan tidak bisa mengendalikan diri saya sendiri. Apakah anda tahu siapa orang yang paling sering berbohong, melukai dan mengkhianati anda? Bukan mantan anda. Jawabannya adalah anda. Tidak ada orang yang berbohong, menyakiti dan mengkhianati anda lebih daripada anda. Saya terus mengatakan kepada diri saya sendiri “minggu ini saya akan kembali ke gym.” 5 bulan kemudian, saya masih mengatakan hal yang sama pada diri saya sendiri. Tapi saya akan kembali ke gym minggu depan. Ada amin?

Apa yang terjadi? Biarkan saya memberi tahu anda apa yang terjadi. Adam dan Hawa terjadi. Adam adalah orang yang dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Adam memiliki seluruh dunia tunduk di bawah kakinya. Dia adalah wakil Tuhan yang sempurna untuk menjalankan kekuasaan di bumi. Untuk sementara Adam dibuat lebih rendah dari para malaikat. Tetapi suatu hari akan datang dimana Adam akan dipermuliakan dan memerintah dunia bersama dengan Tuhan. Tapi Adam gagal total. Dia menyerah pada godaan dan berdosa terhadap Tuhan. Adam mencoba menjadi Tuhan atas dirinya sendiri dengan melanggar perintah Allah dan sejak saat itu, segala sesuatu menjadi tidak terkendali. Dosa Adam menyebabkan keretakan atas segala ciptaan. Daripada berkuasa atas ciptaan, ciptaan mendominasi kita. Rasa sakit dan penderitaan masuk ke dalam dunia dan sekarang kita mengalami rasa sakit dan penderitaan karena dosa Adam. Kita diciptakan untuk berkuasa atas dunia tetapi dunia berkuasa atas kita. Jadi karena dosa, kita tidak melihat segala sesuatu tunduk dibawah manusia. Ini masalahnya. Adam gagal menjalankan tanggung jawabnya sebagai wakil Allah. Tapi itu bukan akhir dari cerita.

 

Ibrani 2:9 – Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Penulis Ibrani sangat jelas dalam hal ini. Pada saat ini, dalam semua perjuangan dan kesakitan kita, kita tidak melihat segala sesuatu takluk kepada kita. Tapi kita melihat sesuatu. Kita punya harapan. Kita punya jawaban. Kita melihat dia, kita melihat Yesus, yang untuk sementara waktu juga dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat, yaitu manusia, tetapi ia berhasil di mana Adam gagal. Dia menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Kehidupan Adam membawa kematian bagi umat manusia tetapi kematian Yesus membawa kehidupan bagi umat manusia. Kematiannya memulihkan keseimbangan dan dia sekarang dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Saat ini kita tidak melihat dunia di bawah kaki kita tetapi kita melihat Yesus dan dunia di bawah kakinya.

Jadi sekarang, kita hidup dalam ketegangan. Ketegangan antara apa yang belum kita lihat dan apa yang kita lihat. Kita tidak melihat segala sesuatu sebagaimana seharusnya. Kita masih melihat rasa sakit, penderitaan, bencana, penyakit. Tetapi pada saat yang sama kita melihat Yesus di atas takhta. Di dalam Yesus, kita melihat kegenapan janji-janji Allah. Dan kemuliaan yang dialami Yesus, kita akan mengalaminya suatu hari. Suatu hari akan tiba di mana kita akan memerintah atas ciptaan. Tetapi dunia itu masih akan datang. Yesus telah membayarnya untuk kita tetapi kita belum mengalami itu sepenuhnya. Para teolog menyebut ketegangan ini sebagai aspek Injil “already–not yet”. Mohler mengatakannya dengan indah, “Dalam beberapa hal, Kerajaan Allah dan pemerintahan Kristus sudah diresmikan, namun kita masih menunggu penyempurnaan kerajaan Allah.” Saya akan menjelaskan dalam gambar yang berbeda untuk anda. Anda lapar dan anda memesan makanan melalui Gojek atau Uber Eat atau Foodora atau Deliveroo atau apa pun yang anda biasa gunakan untuk mengantarkan makanan. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan Gojek. Gojek adalah kehidupan. Anda memesan makanan melalui Gojek dan anda sudah membayar dengan uang Gojek tetapi anda masih lapar. Karena Gojek belum tiba. Tetapi anda tahu Gojek akan datang. Akan tiba saatnya di mana anda akan menelan burger itu dan tidak lapar lagi. Sampai saat itu tiba, anda hidup dalam ketegangan antara mengalami rasa lapar dan mengetahui bahwa makanan telah dibeli dan sedang dalam perjalanan. Anda sudah membayar tetapi makanan belum tiba. Tetapi Gojek akan datang! Dengan cara yang sama, Yesus sudah duduk di tahta dan membayar semua harga untuk memulihkan kita kepada kemuliaan. Tetapi penyempurnaan masih akan datang. Kita hidup dalam ketegangan “already-not yet”. Tetapi Yesus akan datang kembali! Dan ketika dia datang, kita akan melihat dunia takluk di bawah kaki kita. Kita akan memerintah dunia yang akan datang bersama dengan Yesus.

 

 

Pahlawan yang datang

 

Ibrani 2:10-13 – Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah–yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan–, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya: “Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,” dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.” 

Sekarang kita perlu mengetahui bukan hanya Yesus berkuasa tetapi bagaimana Yesus mencapai kemenangan. Bagaimana Yesus berhasil di mana Adam gagal. Karena penulis Ibrani berpendapat bahwa jika anda tahu bagaimana Yesus berhasil memenangkan pertandingannya, maka anda dapat melakukan hal yang sama. Yesus bukan Superman. Yesus bukanlah seorang Krypton yang hidup di bumi. Yesus adalah Tuhan. Ya dan amin. Tapi dia juga 100% manusia. Bagaimana itu mungkin? Itulah salah satu misteri Alkitab yang ada di luar saya. Tetapi Alkitab jelas bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Ibrani pasal 1 berbicara tentang ke-Tuhanan Yesus. Tetapi sekarang dia beralih ke kemanusiaan Yesus. Yesus bukan hanya pahlawan yang menunjukkan jalan, tetapi dia adalah pahlawan yang persis seperti anda. Dia merasakan apa yang anda rasakan. Ia mengalami apa yang anda alami. Dia berjuang dengan perjuangan anda. Dia digoda oleh godaan yang anda alami. Yesus adalah juara kita dan dia adalah saudara kita.

Mari kita bicara tentang Yesus adalah juara kita terlebih dahulu. Kata “memimpin” pada ayat 10 berasal dari kata Yunani archegos. Ini adalah kata yang sulit untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris maupun Indonesia. Itulah mengapa beberapa terjemahan menggunakan kata pendiri, pelopor, pemimpin, pendahulu, penulis, atau kapten. Namun gagasan yang dikomunikasikan oleh kata ini adalah gambaran seorang juara. Ketika kita memikirkan seorang juara, kita berpikir tentang seseorang yang memenangkan pertempuran atau pertandingan atau kompetisi. Tetapi Yesus bukan hanya seorang juara, dia adalah juara kita. Dan ini sangat penting. Apakah anda menyadari bahwa kadang-kadang ketika anda berbicara tentang sesuatu yang anda sukai, anda menempatkan diri anda dalam hal tersebut? Jadi ketika Manchester United memenangkan pertandingan mereka, saya tidak mengatakan kepada Edrick, “Bro, Manchester United menang.” Saya berkata, “Bro, kita menang!” Saya menempatkan diri saya dalam posisi Manchester United. Padahal saya tidak bermain untuk Manchester United. Mourinho bahkan tidak tahu saya bernafas. Tetapi ketika mereka menang, saya merasa seperti saya menang juga. Entah bagaimana saya merasa terlibat. Dengan cara yang sama tetapi jauh lebih besar, kemenangan Yesus adalah kemenangan kita. Yesus adalah juara kita. Ada cerita yang menggambarkan ini dengan sempurna.

Kisah Daud dan Goliat. Israel berperang dengan orang Filistin. Kemudian Goliat, juara Filistin, maju dan menantang juara Israel untuk bertarung dengannya. Begitulah cara mereka bertempur di jaman itu. Mereka akan mengirim juara mereka untuk bertarung atas nama pasukan. Goliat adalah monster. Dia adalah seorang raksasa yang terampil dalam seni perang. Tidak seorang pun dari kubu orang Israel yang berani melawan Goliat sebagai juara Israel. Kemudian datanglah seorang lelaki muda yang adalah gembala domba dengan ketapelnya. Dia bahkan tidak memakai perlengkapan prajurit yang tepat. Namun dia menerima tantangan Goliat. Daud maju sebagai juara Israel. Kedua juara saling berhadapan atas nama pasukan mereka dan Daud membunuh Goliat dengan satu tembakan. Ini adalah gambaran tentang apa yang Yesus lakukan bagi kita. Yesus bukan hanya seorang juara, dia adalah juara kita. Dia berperang sebagai wakil kita dan dia menang. Tetapi perhatikan. Yesus bukan hanya juara kita, tetapi dia lebih dari itu. Jika Yesus hanya juara kita, kita hanya akan mendukung dia dari samping. Tetapi Yesus melakukan lebih dari itu. Apakah anda tahu apa yang terjadi ketika Daud mengalahkan Goliat? Daud menang sebagai juara mereka. Tapi itu bukan akhir dari cerita. Kemenangan Daud memungkinkan pasukan Israel untuk mengangkat senjata mereka dan berperang melawan pasukan Filistin. Jika Daud adalah seorang superman, para prajurit akan berkata, “Yah, dia adalah seorang superman. Itu sebabnya dia bisa menang. Dia berbeda dari kita.” Tapi tidak. Daud bukan Superman. Daud adalah seorang pria biasa seperti pria-pria lainnya. Tetapi dia menang. Dan jika Daud bisa menang, maka pasukan Israel juga bisa menang. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Yesus bukan hanya juara kita. Dia juga saudara kita. Dan itu mengubah permainan.

 

Penulis Ibrani mengatakan bahwa memang sudah sepatutnya Yesus memimpin kita menuju kemuliaan dengan disempurnakan melalui penderitaan. Ini berarti memang ini adalah tindakan yang tepat. Untuk memimpin kita menuju kemuliaan, Yesus harus menjadi juara kita dan saudara kita. Ia harus memenangkan pertempuran sebagai perwakilan kita, tetapi ia harus menjadi wakil kita yang sama persis. Dia harus menjadi manusia sepenuhnya. Dia harus menjadi saudara kita. Mengapa? Karena orang yang menghancurkan segala sesuatu di awal adalah manusia dengan nama Adam. Adamlah yang gagal. Kita semua gagal karena Adam. Dan jika kita ingin mencapai kemuliaan, kita membutuhkan seseorang yang persis seperti Adam untuk berhasil. Manusialah yang gagal pada awalnya. Karena itu, sudah sepatutnya bagi manusia yang lain untuk berhasil.

Tapi pikirkan sebentar. Yesus adalah Allah yang mulia. Yesus adalah pencipta, pewaris dan penopang alam semesta. Ia adalah pancaran kemuliaan Allah dan ia adalah gambaran dari sifat Allah. Dia adalah penyuci dosa dan dia duduk di sebelah kanan Allah dan mewarisi nama di atas segala nama. Dia mulia dan dia begitu agung. Kerajaan-Nya tidak mengenal akhir dan takhta-Nya adalah selamanya. Tetapi Yesus yang mulia ini dibuat lebih rendah dari para malaikat untuk sementara waktu. Ini jauh lebih dari seorang raja yang meninggalkan istana dan pura-pura menjadi rakyat biasa untuk sementara waktu. Yesus tidak berpura-pura menjadi manusia. Dia sepenuhnya manusia. Dia mengalami kelemahan dan keterbatasan manusia dalam daging. Dia menderita seperti kita menderita. Dia menjadi seperti kita. Dia lapar, dia lelah, dia makan, tidur, menangis, sakit dan dia mengalami semua pengalaman manusia. Kemudian penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus disempurnakan melalui penderitaan. Ini tidak berarti bahwa Yesus tidak sempurna sebelum menderita. Tetapi karena Yesus menderita sepenuhnya sebagai manusia, karena ia berhasil di mana kita gagal dalam penderitaan kita, Yesus menunjukkan dirinya sebagai manusia yang sempurna. Penderitaan tidak membuat Yesus sempurna tetapi penderitaan menguji dan membuktikan bahwa dia sempurna untuk menjadi juara dan saudara kita. Yesus berhasil di mana kita dan Adam gagal. Dia diuji dengan penderitaan dan dia lulus dengan nilai sempurna. Dengan kata lain, Yesus memenuhi syarat untuk menjadi wakil kita yang sempurna. Dia adalah juara kita dan saudara kita.

 

Sekarang, jika itulah semua yang dilakukan Yesus sebagai saudara kita, saya sudah sangat bahagia. Tetapi Yesus melakukan lebih daripada itu. Jadi bayangkan ini. Bayangkan anda diganggu setiap hari di sekolah. Orang-orang di kelas anda mengolok-olok anda dan menyiksa anda setiap hari. Mereka memanggil anda dengan nama sebutan. Mereka memukuli anda terus-menerus. Tapi suatu hari ketika anda dipermainkan, koko anda datang. Dia datang membela anda. Dia bertanding untuk anda. Dia menyelamatkan anda. Dia mengalahkan semua orang di kelas anda yang mengolok-olok anda. Apakah anda akan senang? Saya akan senang. Saya akan sangat mengidolakan koko saya. Dia adalah juara saya dan saudara saya. Tapi pertanyaannya sekarang, apa yang koko saya pikirkan tentang saya? Dia punya hak untuk merasa malu terhadap saya. Saya dulu sering malu dipanggil adik cece saya. Saya dan cece saya pergi ke sekolah yang sama selama bertahun-tahun. Dan para guru di sekolah saya dulu menyebut saya sebagai Debra’s little brother. Ini mengganggu saya karena saya dan cece saya sangat berbeda. Dia adalah murid yang rajin belajar. Saya murid yang tidak pernah belajar dan lulus pas-pasan. Saya tidak suka dipanggil adik Debra karena konotasinya. Bahkan, saya yakin salah satu guru atletik saya naksir cece saya dan itulah mengapa dia begitu baik kepada saya. Dan saya pikir cece saya punya hak untuk merasa malu terhadap saya. Yesus, saudara kita, memiliki hak untuk merasa malu terhadap saya dan anda. Tapi inilah yang indah. Yesus bukan hanya juara kita dan saudara kita, namun Yesus juga bangga terhadap kita. Dalam semua kelemahan dan kegagalan kita, Yesus tidak hanya datang untuk menyelamatkan kita, dia tidak malu menyebut kita saudara-saudaranya. Dia mengambil tangan anda, dia melihat mata anda dan dia berkata, “Kamu adalah saudaraku.”

Yesus memiliki hak untuk merasa malu terhadap kita. Jika saya adalah Yesus, saya tidak akan menulis nama saya di resume. Hal terakhir yang saya ingin orang ketahui adalah bahwa saya mempunyai saudara yang terus menurus membuat masalah demi masalah yang harus saya selesaikan. Tetapi ketika anda melihat resume Yesus, anda akan terkejut. Jika anda melihat silsilahnya, anda akan menemukan pembunuh, pezina, dan seorang wanita yang tidur dengan ayah mertuanya. Jika anda melihat keluarganya, Yesus lahir di luar pernikahan. Dan jika anda melihat kehidupan Yesus, ia terus mengasosiasikan dirinya dengan orang berdosa. Bisakah anda melihat apa yang terjadi? Tidak peduli siapa anda, tidak peduli apa yang telah anda lakukan, tidak peduli apa yang orang tua katakan tentang anda, tidak peduli apa yang teman anda, saudara kandung dan atasan anda pikirkan tentang anda, tidak peduli apa yang dikatakan dunia tentang anda, di dalam Yesus, kita memiliki seorang kakak laki-laki yang bangga akan kita. Ketika dunia memandang rendah kita, Yesus tidak malu menyebut kita saudara-saudaranya. Ini adalah poin dari ayat 12 dan 13, Yesus menyatakan kepada Allah Bapa dan kepada semua jemaat, “Ini adalah saudara laki-lakiku. Ini adalah saudara perempuanku. Aku adalah kakak laki-laki mereka.” Saudara, Raja alam semesta tidak malu menyebut dirinya saudara kita. Dan kakak laki-laki kita berkomitmen untuk membawa kita ke dalam kemuliaan. Ia menjadi manusia dan ia disempurnakan melalui penderitaan sehingga anda dan saya, saudara-saudaranya, akan masuk ke dalam kemuliaan bersama-Nya. Dia tidak malu terhadap kita. Dia adalah juara kita, saudara kita.

 

 

Harapan yang kita miliki

 

Ibrani 2:14-18 – Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. 

Ada tiga hal yang Yesus capai sebagai juara dan saudara kita. Tiga jenis harapan: masa depan, masa lalu, dan masa ini. Pertama, kita memiliki harapan atas masa depan karena Yesus memusnahkan dia yang berkuasa atas maut. Rasa takut akan kematian adalah satu-satunya ketakutan yang tidak bisa dipecahkan oleh dunia. Dalam satu abad terakhir, penemuan teknologi telah banyak berkontribusi pada kemajuan manusia. Hari ini, kita bisa terbang menggunakan pesawat. Kita dapat melakukan perjalanan lebih jauh dari yang memungkinkan sebelumnya. Kita mendarat di bulan. Kita memiliki banyak obat untuk penyakit yang hanya 20 tahun yang lalu dianggap sangat mematikan. Kita dapat berkomunikasi dengan seseorang di sisi lain dunia dalam hitungan detik. Hubungan jarak jauh menjadi mungkin. Kita memecahkan banyak masalah yang tak terpecahkan. Penglihatan saya yang benar-benar buruk dan dalam hitungan detik, saya memiliki penghilatan yang sempurna. Itulah dunia yang kita tinggali. Namun dengan semua kemajuan teknologi, kita masih tidak bisa mengalahkan kematian. Terakhir kali saya cek, tingkat kematian manusia masih 100%. Semua orang mati. Para ilmuwan mati. Dokter mati. Presiden mati. Raja mati. Orang kaya mati. Orang miskin mati. Orang sehat mati. Pendeta mati. Semua orang mati. 100% dengan jaminan uang kembali.

Ini adalah apa yang dikatakan oleh penulis Ibrani. Yesus menjadi manusia sehingga dia bisa mati dan menghancurkan iblis yang memiliki kuasa atas kematian. Kalau Yesus tidak menjadi 100% manusia, dia tidak akan bisa mati. Tapi dia harus mati. Karena melalui kematiannya, Yesus mengalahkan kekuatan maut. Yesus menanggung hukuman dosa dalam dirinya sendiri, ia mati untuk dosa kita, sehingga ia dapat membebaskan kita dari perbudakan rasa takut atas kematian. Iblis ingin anda takut pada kematian dan karenanya memaksimalkan hidup anda di sini dan sekarang. Tetapi Yesus mematahkan perbudakan itu. Dia menunjukkan kepada anda bahwa ada dunia yang akan datang di mana anda dan saya akan memerintah bersama dia dalam kemuliaan. Ada dunia yang akan datang di mana segala sesuatu takluk di bawah kaki kita. Di mana kita akan menjalankan kekuasaan selama-lamanya. Kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan melainkan titik masuk kepada sesuatu yang jauh lebih besar. Yesus mati bagi kita sehingga ketakutan akan kematian tidak lagi berkuasa atas kita. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata, “Hai maut, di manakah sengatmu?” Juara dan saudara kita menghapus sengatan maut atas kita.

 

Kedua, kita memiliki harapan atas masa lalu karena Yesus menghapus murka Allah atas kita. Kata untuk ini adalah pendamaian. Secara singkat, itu berarti bahwa Yesus membayar semua hutang yang kita miliki terhadap Allah secara penuh dan oleh karena itu kita tidak memiliki alasan untuk takut kepada Allah. Itu seperti anda berhutang uang kepada seseorang dan anda tidak dapat membayarnya kembali. Apa yang terjadi setiap kali anda bertemu orang itu? Anda akan mencoba bersembunyi. Semakin besar hutangnya, semakin anda akan bersembunyi dari mereka. Faktanya adalah, kita berhutang kepada Tuhan, hutang yang tidak akan pernah bisa kita bayar. Itu disebut dosa. Dan Tuhan marah kepada kita. Murka-Nya membara terhadap kita. Dosa bukan meminjam $5 dari Tuhan dan lupa untuk membayar kembali. Dosa adalah anda mencoba untuk menjadi raja dan menyingkirkan Tuhan dari tahtanya. Tuhan memiliki hak untuk marah pada anda dan menghancurkan anda. Tetapi kematian Yesus menghilangkan murka Tuhan terhadap anda. Yesus menanggung murka Allah dalam dirinya sendiri, ia menyerapnya sepenuhnya, dan ia mati untuk itu. Karena itu, jika anda percaya kepada Yesus, Tuhan tidak lagi murka terhadap anda. Harga telah dibayar penuh. Yesus membayar semuanya melalui kematiannya di kayu salib.

 

Ketiga, kita memiliki harapan atas masa ini karena Yesus dapat membantu kita dalam pencobaan. Karena Yesus sepenuhnya manusia, karena dia melalui penderitaan yang kita alami, dia dapat membantu kita dalam pencobaan kita. Saya akan memberi anda sebuah ilustrasi. Saya mendengar bahwa rasa sakit wanita saat melahirkan itu cukup untuk mengubah seorang malaikat menjadi setan sementara. Itu seburuk itu. Salah satu alasan saya bersyukur saya laki-laki. Katakanlah salah satu dari anda wanita sedang melahirkan. Anda begitu menderita dan anda dan suami anda memutuskan untuk memanggil saya sebagai salah satu pendeta anda untuk meminta bantuan. Jadi saya datang ke rumah sakit untuk menemui anda. Anda begitu kesakitan sampai anda begitu desperate untuk mendapat bantuan. Dan kemudian saya berkata, “Jangan khawatir. Kamu akan melewati ini. Aku sudah melihat banyak wanita lain mengalami hal yang sama seperti kamu. Mereka semua melaluinya dengan baik-baik saja. Kamu akan baik-baik saja. Wanita, berhenti membuat hidup sulit untuk suamimu!” Apakah anda tahu apa yang akan anda lakukan kepada saya? Anda mungkin akan melemparkan apa pun di dekat anda ke muka saya. Anda akan menampar saya di wajah jika anda bisa. Setuju? “Apa yang kamu ketahui tentang melahirkan, kamu laki-laki. Jenismu lah yang membuat aku melalui rasa sakit ini. Jangan bilang ini akan baik-baik saja.” Saya menduga anda akan memikirkan sesuatu di sepanjang kalimat itu. Tapi bagaimana jika seorang wanita yang datang menemui anda? Dan bukan sembarang wanita, tetapi seorang wanita yang telah melahirkan 20 anak. Dia mengalami apa yang anda alami sebanyak 20 kali. Dia menatap wajah anda, memegang tangan anda, dan berkata, “Semuanya akan baik-baik saja. Aku pernah disana. Aku telah melalui apa yang kamu alami. Aku merasakan rasa sakit yang kamu rasakan. Tetapi aku juga tahu sukacita yang akan kamu alami ketika anak ini sudah lahir. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga. Jangan menyerah sekarang. Terus berjuang. Sukacita yang begitu besar ada di depanmu.” Bagaimana anda akan menanggapinya? Anda akan menemukan kenyamanan. Anda akan menemukan harapan. Wanita ini tahu apa yang dia bicarakan tidak seperti pria yang tidak pernah merasakan apa yang anda rasakan.

Dan inilah yang Yesus berikan kepada kita. Yesus yang adalah Tuhan menjadi manusia sehingga dia tahu apa yang kita alami. Dia merasakan apa yang kita rasakan. Ia mengalami apa yang kita alami. Tetapi dia bertahan sampai akhir tanpa gagal. Yesus mengalami apa yang anda alami namun jauh lebih berat. Mana yang lebih sulit? Untuk menghadapi godaan makan KFC selama beberapa hari dan kemudian menyerah atau menghadapi godaan makan KFC setiap hari dan tidak pernah menyerah? Yesus, meskipun ia dicobai oleh godaan yang sama seperti kita, ia tidak pernah menyerah. Ia bertahan jauh lebih lama daripada kita. Tidak ada yang mengalami cobaan dan penderitaan lebih daripada Yesus karena dia tidak pernah menyerah terhadap dosa. Itulah sebabnya dia bisa membantu kita. Ia memenangkan pertandingannya. Dia adalah juara kita tetapi dia juga saudara kita. Dia bisa berkata kepada kita, “Aku tahu bagaimana rasanya. Aku tahu ini sulit. Aku tahu cobaan sangat kuat. Aku tahu kamu ingin menyerah. Tapi lihat aku. Lihatlah jagoanmu. Lihatlah saudaramu. Aku sama seperti kamu dan aku bertahan sampai akhir. Jadi kamu juga bisa. Aku bisa membantumu. Aku akan berjalan bersamamu. Setiap saat kamu dicobai, lihatlah kepadaku. Lihatlah kokomu.” Karena Yesus adalah saudara kita, ia dapat menolong kita ketika kita dicobai. Yesus menjadi seperti kita untuk mati bagi kita sehingga dia bisa bersama kita. Lihatlah Yesus. Ia mampu membantu anda. Anda bisa mencapai keajaiban bersama dia.

 

 

Saya membuka khotbah dengan kutipan superhero. Saya akan menutup khotbah dengan kutipan superhero lainnya. Yang ini tentang Batman. “He is the hero Gotham deserves, but not the one it needs right now.” Dan dengan ini, film Dark Knight berakhir dengan Batman melarikan diri dari tempat kejadian dan diburu oleh polisi. Tapi izinkan saya memberi tahu anda bahwa kita memiliki pahlawan yang jauh lebih baik. Dia adalah pahlawan yang tidak layak kita miliki tetapi kita sangat butuhkan setiap saat. Dan dia tidak melarikan diri dari kita tetapi dia berlari ke arah kita. Dia ingin terlibat dalam kekacauan kita. Dia adalah juara kita dan saudara kita. Namanya adalah Yesus. Mari kita berdoa.

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.