Yesus lebih dari cukup

Markus 6:30-44

Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

 

Berapa banyak dari anda yang pernah memiliki nama panggilan yang anda tidak sukai? Sewaktu saya masih kuliah di Dallas, beberapa teman saya sering memanggil saya ikan mas karena mereka berpikir bahwa ikan mas hanya memiliki rentang ingatan selama 3 detik. Tetapi mereka salah. Penelitian membuktikan bahwa ikan mas ternyata bisa mengingat sesuatu selama berbulan-bulan. Jadi, saya tidak memiliki daya ingat ikan mas. Saya memiliki daya ingat Dory. Daya ingat jangka pendek saya jauh lebih buruk daripada ikan mas. Jika saya kenalan dengan orang baru hari ini, ada kemungkinan besar saya akan mengingat wajah mereka minggu depan, tetapi saya akan memanggil mereka dengan nama yang berbeda. Bahkan, tidak perlu sampai seminggu. Beberapa waktu yang lalu, sebelum ibadah RSI dimulai, saya diberitahu bahwa akan ada orang baru yang datang ke gereja. Satu pasang suami istri dan nama istrinya adalah Josephine. Saya berpikir, “Oh gampang itu. Itu nama anaknya Martin dan Grace. Aku tidak mungkin lupa.” Kemudian setelah ibadah saya menyapa orang baru tersebut dan saya dengan sangat percaya diri berkata kepada sang istri, “Kamu Jacqueline kan? It’s nice to meet you.” Sangat dekat namun sangat jauh. Bagi yang tidak tahu, Martin dan Grace memiliki dua anak. Saya menyebut nama anak yang salah. Mami saya dulu sering berkata bahwa jika telinga saya tidak menempel di kepala, saya mungkin sudah kehilangan telinga saya.

Mengapa saya menceritakan ini? Karena saya yakin bahwa sebagian besar masalah kita sebagai umat Kristus adalah akibat dari tidak mengingat. Kita mengalami amnesia rohani. Setiap kita memiliki masalah dalam mengingat. Beberapa dari anda mungkin berpikir bahwa ini tidak berlaku untuk anda. Anda memiliki daya ingat yang sangat baik. Tetapi jenis mengingat yang Alkitab maksudkan berbeda dari cara kita memahaminya. Ketika kita menggunakan kata ingat, kita mencoba mengkomunikasikan gagasan untuk menyadari beberapa fakta yang mungkin kita lupakan. Jadi para suami, ketika istri anda berkata kepada anda, “Sayang, ingat Senin depan adalah tanggal pernikahan kita,” istri anda ingin anda tahu bahwa dia mengharapkan anda merencanakan sesuatu di tanggal hari pernikahan atau tidak akan ada makan malam untuk anda selama satu minggu ke depan. Tetapi pemahaman Alkitab tentang kata ingat jauh lebih kuat dari itu. Ketika Alkitab memberitahu kita untuk mengingat, itu tidak hanya berarti untuk menyadari sebuah fakta tetapi memegang fakta itu dan melihat segala sesuatu melalui kebenaran fakta tersebut. Ini seperti memakai kacamata hitam. Saat kita memakai kacamata hitam, apapun yang kita lihat menjadi gelap karena pandangan kita dipengaruhi oleh lensa di depan kita.

Dan dalam perikop ini, kita melihat para murid lupa memakai kacamata hitam mereka. Mereka telah berulang kali menyaksikan Yesus melakukan hal-hal yang mustahil. Mereka tahu tidak ada yang tidak mungkin bagi Yesus. Tetapi mereka belum memegang kebenaran tersebut dan melihat masalah di depan mereka melalui kebenaran yang mereka ketahui. Mereka terus melupakan siapa Yesus. Dan masalah mereka juga adalah masalah kita. Ketika kita menghadapi situasi yang tidak mungkin, sangat mudah bagi kita untuk lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sangat mudah bagi kita untuk berfokus kepada keterbatasan kita daripada dia yang tidak memiliki batas. Tetapi cerita ini mengajarkan kita untuk melihat ke luar diri kita dan melihat kepada Yesus. Karena ini yang harus kita mengerti. Yesus dapat mengambil keterbatasan kita dan melipatgandakannya untuk kebaikan orang lain dan kemuliaan Tuhan.

Mukjizat memberi makan orang banyak adalah satu-satunya mukjizat selain kebangkitan Yesus yang tercatat dalam keempat Injil, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Ini memberi tahu kita bahwa mukjizat ini sangat penting sehingga keempat penulis memutuskan untuk memasukkannya ke dalam tulisan mereka. Ini mungkin salah satu cerita yang paling banyak diketahui orang dari Sekolah Minggu. Dan ada alasan baik mengapa cerita ini sangat populer. Tetapi kita akan lihat bahwa makna di balik mukjizat ini sangatlah dalam. Mukjizat ini bukanlah hanya mukjizat Yesus memberikan “all you can eat buffet” kepada ribuan orang. Ada suatu pelajaran indah yang Yesus ingin ajarkan kepada para murid dan setiap kita. Mari kita masuk ke dalam cerita.

Saya memiliki tiga poin untuk khotbah saya: Belas kasihan; Kebutuhan; Penyediaan.

Belas kasihan

Markus 6:30-34 – Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Yang terjadi sebelumnya dalam pasal ini, Yesus mengutus murid-muridnya untuk pergi misi jangka pendek. Dan setelah beberapa waktu, mereka kembali kepada Yesus dan menceritakan semua yang terjadi. Misi jangka pendek mereka begitu sukses sehingga mereka menarik lebih banyak orang daripada sebelumnya. Dan karenanya Yesus dan para murid menjadi sangat sibuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang datang kepada mereka sehingga mereka tidak punya waktu untuk makan. Jadi, Yesus berkata kepada para murid, Ayo kita pergi. Kita harus meninggalkan keramaian dan pergi ke tempat yang sunyi agar kalian bisa beristirahat.” Ini menunjukan bahwa Yesus adalah seorang introvert. Ada amin para introvert? Dan ini adalah sesuatu yang kita lihat Yesus sering kali lakukan. Setiap kali kehidupan menjadi sangat sibuk, dia selalu meluangkan waktu untuk pergi ke tempat yang sunyi dan beristirahat. Yesus memahami betapa pentingnya istirahat. Semakin besar keberhasilan, semakin penting untuk beristirahat. Dan ini berlawanan dengan intuisi kita. Apa yang akan kita lakukan jika kita adalah Yesus? Kita tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, setuju? Kita akan memeras jeruk sekeras yang kita bisa untuk mendapatkan jus sebanyak mungkin. Kita akan mengadakan KKR 7 hari 7 malam supaya gereja lebih terkenal, jemaat bertambah banyak, dan jumlah follower di Instagram meningkat. Tetapi tidak dengan Yesus. Di tengah keberhasilan pelayanan, Yesus ingin para murid pergi bersamanya untuk beristirahat. Perhatikan ini. Semakin besar keberhasilan, semakin besar kebutuhan untuk mengambil waktu pribadi dengan Yesus. Mengapa? Karena sangat mungkin untuk membuat pelayanan menjadi berhala. Sangat mungkin untuk membuat kesibukan bagi Yesus menjadi yang terutama. Dan Yesus tidak menginginkan itu. Jadi, dia membawa para murid ke tempat yang sunyi untuk mengkalibrasi hati dan tubuh mereka.

Kita tidak tahu persis dimana lokasi tempat yang sunyi ini. Tetapi ternyata, banyak dari kerumunan orang yang mengetahuinya. Mereka mungkin adalah fans berat Yesus. Mereka memeriksa Instagram Yesus, Instagram Petrus, Instagram Yohanes, dan mereka berhasil mengetahui ke mana Yesus dan para murid sedang pergi. Kemudian mereka menyebarkan informasi di Instagram story mereka, “Aku melihat Yesus menuju ke sana,dan orang-orang dengan cepat memposting ulang Instagram story tersebut. Jadi, pada saat Yesus dan para murid sampai ke tempat tujuan mereka, sudah ada banyak orang yang menunggu mereka. Sekarang, apa yang akan anda lakukan jika anda adalah Yesus atau para murid? Saya akan memberi tahu anda apa yang akan saya lakukan. Saya akan sangat kesal. Saya seorang introvert. Saya butuh waktu sendiri. Dan orang-orang ini mengganggu waktu pribadi saya. Saya mungkin akan berkata kepada mereka, “Maaf saudara-saudara, hari ini kami hanya menerima VVIP. Bahkan VIP saja tidak cukup. Harus dua V. Kalian tidak diundang. Kalian boleh coba datang lagi di kemudian hari. Ciao.” Tetapi Yesus berbeda. Lihat cara Yesus menanggapi orang banyak.

Markus 6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Yesus sama sekali tidak kesal. Ketika Yesus melihat sejumlah besar orang banyak, dia tergerak oleh belas kasihan kepada mereka. Dan kata belas kasihan adalah kata yang sangat menarik. Ini berasal dari kata Yunani, “splangnizesthai.Dan kata ini hanya digunakan untuk menggambarkan Yesus dalam Perjanjian Baru. Jadi ini bukan sekedar belas kasihan biasa. Ini adalah untuk digerakkan dengan kerinduan dan empati yang sangat mendalam. Ini adalah untuk digerakkan sampai ke dalam keberadaan anda sehingga tidak mungkin bagi anda untuk tidak melakukan apapun tentang situasi yang anda lihat di depan anda. Tetapi apa yang membuat Yesus merasa demikian tentang kerumunan orang banyak ini? Markus memberi tahu kita bahwa itu karena Yesus melihat domba yang tidak mempunyai gembala. Dan ini bukanlah terutama metafora pertanian. Ini adalah metafora militer. Dalam Perjanjian Lama, metafora gembala dan domba berbicara tentang hubungan antara raja atau pemimpin militer dengan rakyat. Seorang gembala adalah gambaran seseorang yang akan memimpin rakyat menuju kemenangan. Dan ketika Yesus melihat sejumlah orang banyak itu, dia melihat orang-orang yang tidak mempunyai seorang raja. Dia melihat orang-orang tanpa tujuan dan arahan. Dia melihat orang-orang yang telah membuat kerusakan besar dalam hidup mereka dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Dia melihat orang-orang yang memiliki kebutuhan dan tidak ada yang memimpin mereka. Jadi, Yesus tergerak sampai ke dalam inti keberadaannya untuk membantu orang banyak tersebut.

Dan perhatikan apa yang Yesus lakukan selanjutnya. Yesus mulai mengajarkan banyak hal kepada mereka. Ini adalah cara Markus mengatakan bahwa Yesus mengajarkan Injil kepada mereka. Tunggu dulu. Ini aneh. Orang-orang tersebut memiliki kebutuhan dalam hidup mereka. Beberapa dari mereka memiliki kehidupan yang sangat berantakan. Ada yang memiliki pernikahan yang hancur. Ada yang tertindas. Ada yang gagal dalam bisnis. Ada yang mengalami masalah hubungan yang sangat sukar. Tetapi bukannya memenuhi kebutuhan pribadi mereka, Yesus malah mengajarkan Injil kepada mereka. Mengapa? Karena Yesus mengerti bahwa kebutuhan terbesar mereka bukanlah kebutuhan fisik. Kebutuhan terbesar mereka adalah kebutuhan rohani. Apa yang terutama mereka butuhkan bukanlah solusi untuk masalah mereka. Yang terutama mereka butuhkan adalah mengenal Tuhan dan firman-Nya. Dan inilah peran utama seorang gembala. Peran utama seorang gembala adalah memberi makan domba-dombanya dengan firman Tuhan. Dan mungkin alasan ada banyak umat Kristus yang lemah adalah karena banyak gembala melakukan segalanya kecuali memberitakan Injil dengan setia. Yesus memiliki belas kasihan terhadap kerumunan orang banyak.

Pertanyaannya adalah, apa yang terjadi dengan istirahat bagi para murid? Alasan Yesus membawa mereka ke tempat yang sunyi adalah agar mereka bisa beristirahat. Apakah Yesus mengabaikan kebutuhan para murid demi kumpulan orang banyak? Menurut saya tidak. Yesus tidak melupakan para murid dan kebutuhan mereka untuk beristirahat. Yesus akan memberikan mereka istirahat. Tetapi istirahat yang Yesus berikan datang dalam paket yang tidak terduga. Istirahat ini berbeda dari apa yang mereka pikirkan. Yesus akan memberikan mereka istirahat yang lebih baik dari istirahat fisik. Istirahat yang lebih dalam. Yesus akan memberikan mereka istirahat hati. Dan istirahat hati datang saat mereka melihat siapa Yesus dan terkagum akan dia. Mari kita lanjutkan ceritanya.

Kebutuhan

Markus 6:35-38 – Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.”

Jadi, rupanya, Yesus berkhotbah sangat panjang. Sampai-sampai hari semakin larut, dan para murid menjadi gelisah. Adalah baik untuk orang banyak datang ke tempat yang sunyi untuk mendengarkan Yesus berkhotbah, tetapi mereka perlu makan. Dan jam makan malam sudah dekat. Dan jika mereka tidak mendapatkan makanan, ini akan menjadi kekacauan. Para mama, bayangkan jika jam makan malam hampir tiba, anak-anak anda lapar, dan anda belum memasak apa pun. Jika anda tidak segera menyediakan makanan, anda tahu apa yang akan terjadi. Akan ada pemberontakan di rumah anda. Kotak sereal beterbangan, chips berhamburan, anak-anak anda menjilati apa pun yang mereka temukan, dan suami anda sibuk menonton TV sambil terus bertanya, “Apakah makanan sudah siap?” Ini sangat berantakan. Dan ini hanya keluarga anda. Bayangkan ribuan orang. Apa yang akan terjadi? Jadi, para murid memiliki sebuah solusi. Dan solusi mereka sangat masuk akal. Mereka berkata, “Yesus, kami tahu bahwa kamu adalah guru yang hebat. Semua orang suka mendengarkan khotbahmu. Tetapi ini masalahnya. Hari sudah mulai malam. Orang-orang sudah mulai lapar. Dan kita berada di tempat yang sunyi. Jadi, bagaimana kalau kita mengakhiri khotbah hari ini dan mengirim orang-orang pergi sehingga mereka bisa mencari makan malam sendiri? Masih belum terlambat jika kamu mengakhiri khotbah sekarang. Mereka bisa pergi ke kota dan Lestari masih buka.” Bukankah ini saran yang sangat baik? Menurut saya ini adalah saran yang baik dan bijaksana. Mungkin para murid juga lapar dan mereka juga ingin ke Lestari. Atau mungkin anda juga berharap khotbah saya cepat selesai jadi anda bisa cepat pergi makan di Lestari.

Tetapi perhatikan apa yang Yesus katakan. Yesus menjawab, “Kamu harus memberi mereka makan!Apakah anda melihat apa yang Yesus lakukan? Bukannya menghindari kemungkinan terjadinya masalah, Yesus malah mengintensifkan masalah dengan memerintahkan para murid untuk memberi makan orang banyak. Saya dapat membayangkan para murid berbicara di antara mereka sendiri. Petrus, apakah kita tidak salah dengar? Apakah Yesus baru saja mengatakan agar kita memberi makan orang banyak?” “Ya, aku yakin itu yang dia katakan. “Apakah dia serius? Ini perintah atau saran? Apakah kita bisa tidak setuju dengan dia? “Ya, jika kamu mendengarkan perkataannya dan bagaimana dia mengatakannya, menurutku ini bukan saran. Dia berkata kita harus memberi mereka makan.” “Tapi bagaimana caranya? Ini tidak mungkin. Ini adalah perintah yang tidak masuk akal. Aku kira kita datang ke sini untuk beristirahat. Tapi sekarang dia malah memberikan kita tugas yang mustahil untuk kita lakukan. Seseorang perlu menyadarkan Yesus bahwa ini tidak mungkin.” Jadi kemudian Filipus datang kepada Yesus. “Guru, aku sudah menghitungnya. Aku sudah mengeluarkan kalkulatorku dan menghitung biaya untuk memberi makan orang-orang ini. Biayanya kira-kira 200 dinar, yang berarti upah kerja selama 200 hari. Jadi, sekitar $50,000. Haruskah kita menghabiskan $50,000 untuk memberi makan orang-orang ini?” Dan ini Filipus sedang sarkastik. Mereka tidak memiliki $50,000 untuk membeli makanan bagi orang banyak. Mereka bahkan tidak memiliki $1,000. Filipus pada dasarnya berkata kepada Yesus, “Yesus, menurutku kamu salah kali ini. Ini adalah perintah yang mustahil. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memberi makan orang banyak.” Yesus tersenyum dan berkata kepada para murid, “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Jadi, para murid berjalan di antara orang banyak dan bertanya apakah ada yang membawa makanan. Dan mereka hanya dapat menemukan kotak makan seorang anak kecil yang berisi lima roti dan dua ikan. Itu saja. Lima roti dan dua ikan hanyalah cukup untuk seorang anak kecil. Apa gunanya di hadapan ribuan orang?

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita sejauh ini? Kita melihat dua perspektif yang berbeda. Para murid memusatkan perhatian mereka pada kenyataan bahwa mereka tidak memiliki apa yang dibutuhkan untuk memberi makan orang banyak. Mereka tidak memiliki uang ataupun sumber daya. Yang bisa mereka temukan hanyalah lima roti dan dua ikan. Ini perspektif manusia. Tetapi Yesus melihatnya secara berbeda. Yesus melihat dari perspektif ilahi. Para murid hanya melihat kemustahilan; Yesus melihat kemungkinan. Dan ada pelajaran yang ingin Yesus ajarkan kepada para murid dan kita. Ingat konteksnya. Para murid baru saja kembali dari perjalanan misi yang sangat berhasil. Mereka menyaksikan bagaimana Tuhan melakukan hal-hal yang mustahil melalui mereka. Mereka melihat orang sakit disembuhkan melalui pelayanan mereka. Mereka mengusir setan dalam nama Yesus. Mereka melihat kehidupan orang diubahkan sewaktu mereka mengabarkan Injil. Mereka menyaksikan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tetapi sekarang ketika mereka dihadapkan dengan situasi mustahil lainnya, mereka lupa. Mereka melupakan sumber kekuatan di dalam mereka. Mereka lupa bahwa mereka selalu tidak mampu. Mereka lupa bahwa ini bukanlah tentang mereka dan apa yang mereka mampu lakukan; Ini adalah tentang sosok yang bersama dengan mereka dan apa yang dia mampukan untuk mereka lakukan. Mereka lupa bahwa mereka memiliki Yesus dan kuasanya untuk menyediakan. Para murid tidak berpikir bahwa ada Yesus di tengah mereka. Dan setiap kali Yesus terlibat, keberadaan Yesus mengubah segalanya.

Bisakah anda melihat? Inilah pelajaran penting bagi kita. Jangan lewatkan. Kita cenderung berfokus kepada keterbatasan kita; Yesus berfokus kepada siapa yang kita miliki. Perhatikan ini. Tidak ada yang salah untuk menyadari keterbatasan kita. Bahkan, adalah baik dan bijaksana bagi kita untuk mengetahui keterbatasan kita. Tetapi adalah salah untuk membatasi Tuhan dengan keterbatasan kita. Tujuan mengetahui keterbatasan kita bukanlah agar kita dapat membatasi Tuhan. Tujuan mengetahui keterbatasan kita dan ketidakmungkinan yang kita hadapi adalah agar tidak ada keraguan dari mana pertolongan kita datang. Yesus memerintahkan para murid untuk melakukan hal yang mustahil. Dan itulah intinya. Karena sampai kita melihat bahwa Yesus memerintahkan kita untuk melakukan hal yang tidak mungkin, kita belum siap untuk melakukannya. Selama hal itu masih memungkinkan bagi kita, kita akan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Tetapi saat kita tahu bahwa kita berada di akhir kekuatan kita, saat itulah kita siap untuk menyaksikan kekuatan Yesus. Yesus tidak ingin kita berfokus kepada apa yang dapat kita lakukan tetapi kepada apa yang dapat dia lakukan. Dia ingin kita berfokus bukan pada siapa kita, tetapi pada siapa dia. Jadi, pertanyaannya adalah, kemana kita berpaling pada saat kita membutuhkan pertolongan? Ke mana kita berpaling ketika kita menghadapi ketidakmungkinan? Karena menurut saya, sering kali kita melakukan kesalahan yang sama dengan para murid. Para murid hanya melihat situasi mereka dan diri mereka sendiri. Mereka meilhat ke dalam. Kita melihat ke dalam diri kita sendiri dan apa yang kita bisa lakukan. Tetapi Yesus ingin kita melihat ke luar diri kita dan mengarahkan mata kita kepada dia. Karena Yesus mampu membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Penyediaan

Markus 6:39-44 – Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

Menurut saya adegan ini sangat lucu. Yesus memerintahkan orang banyak untuk duduk di rumput hijau. Jadi, para murid mengarahkan orang banyak untuk duduk. “Oke, perhatian semuanya. Bisakah kalian duduk dalam kelompok seratus dan lima puluh?Dan orang banyak bertanya, “Mengapa kami harus duduk?” “Ya, aku tidak tahu.” “Mengapa kami harus duduk dalam kelompok seratus dan lima puluh? “Ya, aku tidak tahu. “Apakah kami akan mendapatkan makanan? Apa yang akan kami makan? “Ya, aku tidak tahu. “Jadi, apa yang kamu tahu? “Ya, aku tidak tahu. Sudah, jangan berisik. Duduk. Aku juga sama bingungnya dengan kamu.” Jadi, mereka semua duduk dalam kelompok seratus dan lima puluh. Kemudian Yesus mengambil lima roti dan dua ikan, dia melihat ke langit, dan memberkati makanan tersebut. Yesus mungkin membacakan doa makan orang Yahudi. “Segala puji bagi-Mu, ya Tuhan, Allah kami, Raja dunia yang membuat roti keluar dari bumi, dan yang menyediakan semua yang telah Engkau ciptakan.” Begitu saja. Doa makan yang sangat singkat. Saya suka doa makan seperti ini. Tidak seperti orang-orang yang berdoa lama dan panjang lebar ketika mereka doa untuk makan. Mereka berdoa untuk tante Maria yang sakit, om Bobby yang sibuk, anak-anak di Afrika yang kelaparan dll. Kemungkinan besar Yesus tidak melakukan itu. Jadi, Yesus memberkati makanan, dia memecahkan roti, dia memberikannya kepada para murid, dan para murid membagikannya kepada orang banyak. Dan entah bagaimana, roti dan ikannya tidak habis.

Ketika nanti saya di surga, salah satu yang ingin saya tanyakan kepada para murid adalah, bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah semua orang mengambil sepotong besar roti dan membagikannya kepada orang berikutnya dan roti itu secara ajaib menjadi utuh kembali? Atau apakah setiap orang dalam kelompok mengambil sedikit potongan di giliran mereka dan pada saat makanan sampai kepada mereka lagi, makanan itu masih ada? Kita tidak tahu apa yang terjadi. Yang kita tahu adalah bahwa makanan tidak habis. Dan ini bukan seolah-olah setiap orang hanya mendapat sepotong kecil roti. Oh tidak. Semua orang makan sampai kenyang. Dan Markus memberi tahu kita bahwa ada 5,000 orang laki-laki di antara orang banyak. Jadi, jika kita hitung perempuan dan anak-anak, ada sekitar 15,000 orang. Apakah anda menyadari betapa mustahilnya hal ini? Bayangkan merencanakan pesta pernikahan untuk 50 orang. Anda memiliki 50 orang di daftar RSVP anda, dan anda memiliki makanan yang cukup untuk 50 orang. Tetapi kemudian satu stadion orang datang ke pesta pernikahan anda. Anda berada dalam masalah besar. Ini mimpi buruk. Bagaimana mungkin anda memberi makan mereka semua? Ketika saya bertemu para murid di surga, saya benar-benar ingin bertanya kepada mereka, “Bagaimana mungkin lima roti dan dua ikan dapat memberi makan 15,000 orang sampai mereka kenyang?” Dan salah satu dari mereka akan berkata, “Ya, aku tidak tahu. Yang aku lakukan hanyalah menaati perintah Yesus meskipun aku tidak mengerti dan mukjizat terjadi.” Dapatkah anda melihat betapa menakjubkan keajaiban ini? Ya, hal ini tidak mungkin. Ya, hal ini tidak bisa dijelaskan. Namun, hal ini tidak dapat disangkal. Orang banyak makan sampai kenyang.

Dan tidak hanya itu. Para murid kemudian mengumpulkan sisa makanan. Para mama, anda akan senang mengetahui bahwa menyimpan sisa makanan adalah hal yang alkitabiah. Ini adalah kebiasaan orang Yahudi. Mereka tidak suka membuang makanan. Jadi, mereka mengumpulkan sisa makanan dan ada dua belas bakul penuh sisa makanan. Ini sangat luar biasa. Para murid berakhir dengan lebih banyak sisa makanan daripada jumlah makanan pada awalnya. Mereka mulai dengan lima roti dan dua ikan. Dan mereka berakhir dengan 12 bakul penuh sisa makanan. Bayangkan anda mengadakan fellowship di rumah anda dan ada 30 orang. Dan anda memesan satu kotak pizza yang besar. Ini bencana. Saya sangat tidak suka ketika orang melakukan ini. Saya tipe orang yang jika ada 30 orang di rumah saya, saya akan memesan 20 kotak pizza yang besar. Satu kotak pizza yang besar untuk 30 orang tidak akan pernah cukup. Tetapi bayangkan anda memesan satu kotak pizza yang besar dan kemudian sewaktu selesai, semua orang pulang dengan satu kotak pizza. Ini trik yang sangat indah.

Tetapi inilah pertanyaannya. Mengapa sisa 12 bakul? Mengapa tidak 7 atau 10? Perhatikan ini. Karena ada dua belas murid. Ya, mukjizat ini adalah tentang memberi makan orang banyak. Tetapi ada makna yang jauh lebih dalam dari itu. Mukjizat ini terutama untuk para murid. Ini adalah pelajaran penting bagi mereka. Mereka mulai dengan memberitahu Yesus untuk menyuruh orang banyak pergi karena mereka tidak memiliki makanan. Mereka berakhir dengan setiap dari mereka membawa satu bakul penuh makanan. Ini adalah pengingat yang kuat bagi mereka. Yesus memberi tahu mereka, “Kamu pikir itu tidak mungkin? Kamu lupa siapa aku. Kamu lupa bahwa jika aku ikut campur, tidak ada yang tidak mungkin. Aku bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak ada yang di luar kuasaku. Aku bisa menjagamu. Aku dapat memenuhi kebutuhanmu. Aku dapat melakukan jauh lebih besar daripada yang dapat kamu minta atau bayangkan. Tidak ada yang mustahil bagiku.” Dan saudara-saudara, inilah istirahat hati yang dibutuhkan para murid. Dengarkan baik-baik. Seringkali, apa yang membuat kita sangat lelah bukanlah kelelahan fisik. Yang membuat kita sangat lelah adalah kelelahan hati. Apa yang menyebabkan banyak umat Kristus kehilangan semangat mereka? Pada ujungnya, itu terjadi bukan karena kelelahan fisik; itu adalah masalah hati. Dan yang pada akhirnya dibutuhkan para murid bukanlah istirahat fisik. Yang mereka butuhkan adalah untuk hati mereka terpikat kembali oleh siapa Yesus itu. Mereka membutuhkan hati mereka untuk terpesona lagi oleh keindahan Yesus. Dan itulah mengapa masing-masing dari mereka memegang satu bakul penuh sisa makanan sebagai pengingat dari pelajaran yang mereka pelajari hari itu. Dan pelajarannya adalah ini: Yesus lebih dari cukup. Alasan Yesus memberikan sisa makanan yang berlimpah adalah agar mereka tahu bahwa Yesus lebih dari cukup.

Dan inilah pelajaran penting bagi kita dari cerita ini. Jangan lewatkan. Tidak peduli situasi mustahil seperti apa yang kita hadapi dalam hidup, memiliki Yesus bersama kita lebih dari cukup. Karena ini yang akan terjadi. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada Yesus, kita akan sering menghadapi ketidakmungkinan. Ketika kita hidup dalam misi untuk Yesus, kita akan menemui banyak jalan buntu. Seringkali, kita akan dihadapkan dengan keterbatasan kita. Tetapi inilah kabar baiknya. Yesus tidak dibatasi oleh keterbatasan kita. Keterbatasan kita adalah kesempatan untuk menyaksikan ketidakterbatasan Yesus. Coba pikirkan. Yesus tidak perlu menggunakan para murid untuk memberi makan orang banyak. Dia bisa saja melakukannya sendiri. Tetapi Yesus mengundang para murid untuk mengambil bagian agar mereka dapat menyaksikan kebesarannya. Yesus tidak membutuhkan kontribusi kita untuk mencapai kehendaknya. Tetapi dia dengan murah hati mengundang kita untuk mengambil bagian sehingga kita bisa menyaksikan kebesarannya. Yesus tidak membutuhkan kita untuk menjadi luar biasa. Dia menginginkan kesediaan kita. Yang dia minta dari kita adalah agar kita menyerahkan apa yang ada di tangan kita. Dia tidak meminta kita untuk memikirkan cara memberi makan 15,000 orang dengan kemampuan diri kita sendiri. Dia bertanya, “Berapa banyak roti yang ada padamu?Itu saja. Dan kita mungkin berpikir bahwa apa yang kita miliki tidaklah berarti. Kita mungkin berpikir bahwa apa yang ada di tangan kita tidak berguna. Tetapi jika kita berpikir demikian, kita sudah kehilangan intinya. Karena Yesus tidak mencari 200 dinar. Dia mencari lima roti dan dua ikan. Yesus tidak meminta apa yang kita tidak miliki. Yesus meminta agar kita membawa apa yang kita miliki dan menyerahkannya ke dalam tangannya. Karena dia mampu melipatgandakan apa yang kita miliki untuk kebaikan orang lain dan kemuliaan Tuhan.

Saya jelaskan dengan cara lain. Perhatikan. Yesus tidak membutuhkan kita untuk menjadi kuat. Yesus ingin kita tahu bahwa kita tidak cukup. Dia tidak ingin kita berpikir bahwa kita memiliki apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dia ingin kita mengandalkan dia untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Adalah mudah untuk membawa kekuatan kita kepada Yesus. Tetapi Yesus juga menginginkan keterbatasan kita. Dia ingin kita membawa apa pun yang kita miliki di tangan kita dan mempercayainya. Perhatikan. Ketika kita tahu bahwa hal itu tidak mungkin dan kita tidak mampu dan kita tetap percaya kepada Yesus, disitulah dan hanya disitulah Yesus akan melakukan hal yang mustahil melalui kita. Apakah anda ingin melihat kebesaran Yesus bekerja melalui anda? Bawa lima roti dan dua ikan anda kepada dia dan percayakan itu kepada dia. Dan lihat bagaimana dia melipatgandakannya untuk kebaikan orang lain dan untuk kemuliaan Tuhan.

Namun, ada lapisan lain dari cerita ini yang harus kita bicarakan. Lapisan ini tidak terlalu jelas dalam kitab Markus, tetapi sangat jelas dalam kitab Yohanes. Dan saya pikir titik balik dari cerita ini terletak pada Markus 6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Meskipun kita tidak tahu di mana lokasi tepatnya, tempat sunyi ini kemungkinan besar berada di sekitar tempat di mana banyak kumpulan Zelot berdiam. Zelot adalah kelompok orang yang ingin menggulingkan pemerintahan Romawi. Mereka seperti teroris. Mereka menginginkan sebuah revolusi. Dan mereka membutuhkan seorang raja untuk memimpin revolusi. Itulah sebabnya ketika Yesus melihat kerumunan orang banyak, dia melihat domba-domba yang tidak memiliki gembala. Dia melihat orang-orang yang tidak memiliki raja. Dan jika anda membaca kitab Yohanes, tepat setelah Yesus memberi makan orang banyak, orang banyak tersebut kemudian ingin menjadikan Yesus raja dengan paksa. Mereka ingin Yesus memimpin revolusi mereka melawan pemerintah Romawi. Tetapi Yesus adalah raja yang berbeda dari yang diharapkan orang banyak. Yesus adalah seorang raja. Dan dia memiliki belas kasihan untuk orang banyak. Tetapi yang dibutuhkan mereka bukanlah revolusi militer. Yang dibutuhkan mereka adalah revolusi Injil. Dengarkan apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 6:35 – Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Dengan kata lain, Yesus berkata kepada orang banyak, “Aku datang ke dunia bukan untuk menjadi raja militer. Aku datang untuk menjadi roti hidup.” Ketika kita berpikir tentang roti, apa yang muncul di pikiran kita? Kita segera memikirkan karbohidrat. Namun tidak demikian dengan orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, roti adalah simbol kehidupan. Jadi, bagi Yesus untuk menyebut dirinya sebagai roti hidup berarti bahwa dialah satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan sejati. Dan inilah mengapa Yesus memiliki belas kasihan kepada kerumunan orang banyak. Dia melihat ribuan orang yang sedang menuju kehancuran. Dan itulah alasan Yesus datang ke dunia. Yesus datang ke dunia untuk menjadi roti hidup sehingga siapa pun yang percaya kepada dia akan memiliki hidup yang kekal. Tidak ada yang salah dengan datang kepada Yesus dengan kebutuhan fisik kita. Tetapi kita memiliki kebutuhan yang lebih besar, rasa lapar yang lebih dalam yang harus dikenyangkan. Dan jika rasa lapar kita yang lebih dalam tidak dikenyangkan oleh Yesus, kita akan lapar selamanya. Itulah sebabnya Yesus datang ke dunia bukan untuk memberi kita roti tetapi untuk menjadi roti bagi kita.

Tetapi bagaimana Yesus bisa menjadi roti hidup bagi kita? Inilah caranya. Yesus perlu memberkati kita dan dipecah-pecahkan untuk kita. Dan itulah yang terjadi di kayu salib. Di kayu salib, Yesus memberkati kita dengan pengampunan. Yesus memberkati kita dengan hidupnya. Yesus memberkati kita dengan kebenarannya yang sempurna. Sehingga sewaktu kita menaruh iman kita kepada Yesus, kita menerima setiap berkat rohani. Kita menjadi kudus, benar, dan tidak bercacat di hadapan Tuhan. Yesus membeli keselamatan kita di kayu salib dan dia memberkati kita dengannya. Tetapi untuk memberkati kita, dia juga harus dipecah-pecahkan untuk kita. Ingat, Yesus adalah roti hidup. Jika roti tetap utuh, roti itu tidak ada gunanya bagi kita. Kita akan tetap lapar. Satu-satunya cara bagi kita untuk hidup adalah dengan memecahkan roti menjadi berkeping-keping dan memakannya. Di kayu salib, tubuh Yesus benar-benar dipecah-pecahkan. Dia hancur berkeping-keping. Mengapa? Karena dia menerima hukuman yang pantas kita terima. Yesus naik ke kayu salib untuk mengambil kehancuran yang seharusnya kita terima sehingga kita tidak perlu menerimanya. Apakah anda melihat apa yang terjadi? Jika Yesus tetap utuh, kita akan hancur berkeping-keping. Tetapi karena Yesus hancur berkeping-keping, kita menjadi utuh. Ketika kita melihat Yesus hancur berkeping-keping bagi kita, itulah yang akhirnya mengenyangkan rasa lapar kita dan memberikan istirahat hati. Yesus adalah roti hidup.

Saya akan menutup dengan ini. Saya tahu bahwa ada banyak di antara kita yang kewalahan dengan kehidupan. Beberapa dari anda kewalahan dengan tugas yang harus anda selesaikan minggu depan. Beberapa dari anda kewalahan dengan situasi keluarga. Beberapa dari anda kewalahan dengan proyek di tempat kerja. Beberapa dari anda diliputi oleh ketidakpastian tentang masa depan anda. Beberapa dari anda kewalahan dengan pelayanan di gereja. Beberapa dari anda kewalahan oleh panggilan Tuhan dalam hidup anda. Beberapa dari anda kewalahan dengan pernikahan, membesarkan anak, ataupun masa lajang anda. Dan anda berpikir bahwa anda dihadapkan dengan situasi yang mustahil. Anda terus berkata, “Ini tidak akan berhasil. Aku tidak bisa.” Tetapi saya punya kabar baik bagi anda hari ini. Anda memiliki Yesus bersama dengan anda. Dialah yang paling anda butuhkan. Dan dia telah membuktikan di kayu salib bahwa dia dapat memberikan anda jauh lebih dari apa yang dapat anda minta atau bayangkan. Jadi, bawalah apa pun yang anda miliki di tangan anda kepada dia. Percayakan kepada dia. Karena Yesus dapat mengambil keterbatasan anda dan melipatgandakannya untuk kebaikan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Yesus lebih dari cukup. Mari kita berdoa.

Discussion questions:

  1. All of us have problems with spiritual amnesia. Give examples of it from your daily life.
  2. What is the difference between physical rest and heart rest? Give examples.
  3. Explain the danger and the good of knowing our own limitations. Are you leaning toward seeing the danger or the good? Why?
  4. Why did Jesus leave the disciples with a basket of leftovers each? How does this truth encourage you in your struggle?
  5. How does Jesus satisfy your deep hunger and gives you a heart rest?
  6. Spend time in prayer. Each person to pray for themselves and trust God with their specific limitations.
No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.