01 Jun Tentang bekerja – June 15
By: Robert Tanurahardja
Mencari kepuasan lewat pekerjaan akan berujung pada kegagalan, karena kita manusia yang terbatas. Kita dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk mencoba melakukan pekerjaan kita dengan lebih baik atau mencoba untuk mencintainya dengan lebih. Sepintas mungkin kita bisa mendapatkan kepuasan itu, tetapi kita akan terus haus. Dengan berjalannya waktu, kita akan menjadi letih dan kehabisan stamina karena perkerjaan kita dan segala masalahnya tidak pernah habis.
Selain itu kita juga mungkin mencoba mencari kepuasan melalui pekerjaan yang lain, yang mungkin lebih kita sukai. Namun hal ini pun dapat dengan mudahnya berubah menjadi lomba yang tak henti-henti. Coba mari renungkan: untuk malam hari ini saja, kita susah sekali menentukan untuk makan makanan apa. Kita tidak bisa bersandar kepada hati kita. Keinginan kita mudah sekali berubah karena situasi, dan hal ini menyulitkan pencarian pekerjaan yang tepat itu.
Kedua hal ini membawa saya pada satu konklusi bahwa mencari kepuasan melalui pekerjaan kita adalah hal yang mustahil. Tanpa melihat pada hal yang lebih besar dari diri kita sendiri, kita akan terus tinggal pada perputaran yang sama dan kita akan menjadi lelah. Ada terlulis di alkitab kita tentang kelelahan dalam bekerja. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Tuhan Yesus menjanjikan kita kelegaan. Namun Jawaban Tuhan untuk kita bukanlah tiga langkah jitu untuk lebih mencintai pekerjaan kita atau menjadi lebih baik dalam mengerjakannya, melainkan untuk memikul kuk milik-Nya. Dia telah menerima kita apa adanya. Dia adalah satu-satunya bos yang tidak perlu menuntut prestasi keberhasilan kita dalam bekerja agar dia menerima kita. Dia bisa seperti ini karena pekerjaan-Nya yang sudah selesai di kayu salib.
Oleh sebab itu mari jangan kita bekerja untuk mencari kepuasan. Melainkan kita kejar kepuasan sejati kita di dalam Tuhan, sehingga pada akhirnya kepuasan ini akan berlimpah pada segala hal yang kita kerjakan. Dengan ini pekerjaan kita akan berakar pada kasih Tuhan untuk kita yang tidak pernah habis dan kita dapat melihat bahwa pekerjaan ini bukan suatu keharusan, melainkan kenikmatan cinta antara kita dan Tuhan.
Sorry, the comment form is closed at this time.